Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Gadis berambut merah.
“Tuan Dom, apa salahnya membawa dia. Dia sepertinya gadis yang baik” bujuk Axon.
“Aku bilang tidak!. Maaf Nona, kami adalah petualang dan bukan penjaga gadis sepertimu. Pulanglah” ucap Dominic agak ketus.
“Tolonglah Tuan. Aku tidak memiliki siapa-siapa disini” pinta si gadis.
“Bukankah kau biasa tinggal dengan penduduk desa?” tanya Dominic.
“Iya, tapi aku juga tidak betah tinggal disini. Aku bisa menjadi pelayan atau tukang masak Tuan”
“Sudahlah!. Aku tidak akan membawa gadis manapun. Shhuh..shuuh!” usir Dominic.
Wajah gadis itu ditekuk cemberut. Matanya yang biru mendelik memandang Dominic kesal. Kedua jemarinya menggenggam disamping tubuhnya yang ramping, seolah anak kecil yang dilarang memakan permen.
“Apa!” ujar Dominic pada si gadis.
“Jahat!” jawab si gadis.
“Aku tidak perduli!” ucap Dominic lagi ketus.
Wajah Axon terlihat kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, jika tuannya sudah tidak mengizinkan maka hal itu mustahil untuk ditentang.
“Ayo pergi!. Biarkan saja dia, barangkali ada Pangeran yang mau memperistrinya” ujar Dominic sambil membalik badannya dan pergi meninggalkan si gadis.
Baru selangkah Dominic akan meninggalkan gadis itu tiba-tiba si gadis menangis meraung-raung layaknya anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Semakin Dominic akan meninggalkannya, semakin keras pula tangisan si gadis tadi. Sehingga membuat beberapa penduduk desa terheran.
Dominic menghela nafas kasar sambil menutupi sebelah wajahnya dengan telapak tangan. “Duh!, gadis ini”
“Axon!. Kau urus gadis itu!. Aku sudah lelah” teriak Dominic.
Axon segera berlari, wajahnya berubah semangat menghampiri si gadis dan mengajaknya ikut bersama mereka. “Apa kau tidak takut dengan kami yang sangar-sangar ini?’ tanya Axon.
“Tidak, aku tahu kalian tidak jahat” jawab si gadis sambil mengusap air matanya menggunakan lengan bajunya dan wajahnya berubah sumringah.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju Curtburgh. Dua orang anak buah Dominic di perintahkan langsung menuju ke Kerajaan Franca untuk memberi informasi bahwa mereka mengurungkan niat untuk mencari Puteri Elisa.
Setelah beberapa hari perjalanan, akhirnya mereka sampai di kedai mereka. Dominic tidur di kamarnya. Sedangkan para pria lain beraktifitas seperti biasa.
Di dalam kedai di bangku kayu panjang yang merapat ke dinding, Axon dan gadis berambut merah tengah berbincang santai.
Axon yang bertubuh kekar, dan bertampang garang tiba-tiba terlihat lembut ketika bersama gadis berambut merah.
“Jadi namamu Luvi?” ulang Axon ketika ia menanyakan nama gadis itu.
“Iya Paman”
“Jangan panggil aku Paman. Apa aku setua itu?” senyuman Axon membuat Luvi si gadis berambut merah ikut tersenyum.
“Aku harus panggil apa?”
“Um, panggil saja Axon”
“Baik, Paman Axon” ucap Luvi sambil tertawa ringan. Axon hanya mengulum senyum pasrah.
“Oiya Paman, apa didaerah sini ada tanaman buat Bit?” tanya Luvi.
“Um, setahuku disini tidak ada. Tapi kalau kau mau, aku bisa antar kau ke perkebunan Tuan Ham di dekat desa sebelah. Barangkali disana ada”
“Benarkah Paman. Terimakasih banyak” ucap Luvi semangat.
“Mari ku antar” ajak Axon.
Siang meninggi…
Dominic yang baru keluar dari kamarnya tidak mendapati Axon dan yang lainnya. “Kemana para bandit bodoh itu” ucap Dominic sambil menarik kursi kayu.
Dari luar suara langkah derapan kaki kuda membuat Dominic menegakan kepalanya. Pintu kedai terbuka dan dua orang anak buah Dominic dari Franca sudah tiba, di belakang mereka dua orang prajurit utusan Kerajaan Franca yang kemarin ikut datang bersama mereka.
“Tuan utusan? untuk apa anda datang lagi?” tanya Dominic tanpa basa basi.
Tanpa dipersilahkan duduk, dua utusan itu menarik kursi dan duduk disana. “Begini Tuan Dom. Tolonglah anda jangan menyerah. Kami bisa memberi waktu lagi pada anda paling tidak sampai anda menemukan Puteri Elisa. Raja kami sangat murka dan mengancam kami dengan hukuman mati. Kami juga akan terus mencari, tapi tolong tetap bantu kami mencari Puteri Elisa Tuan Dom. Aku yang akan menjamin bayaran anda berapa kali lipat dari bayaran anda biasanya” pinta si utusan Kerajaan.
Dominic hanya menghempas nafas kasar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.
“Baiklah, akan ku usahakan. Tapi jika kami sudah berusaha tapi tidak juga menemukan Puteri Elisa, aku akan memberitahu kalian dan kalian hanya perlu membayar biaya perjalanan kami” jelas Dominic.
“Baiklah Tuan Dom. Terimakasih. Kami permisi”
“Hey, kau tidak ingin minum dulu, Tuan?” goda Dominic.
“Akh!, kau memperlakukanku tempo hari Tuan Dom. Aku pamit!” keduanya tersenyum.
Setelah kedua utusan itu keluar Dominic meraup kasar rambutnya. ‘Bagaimana aku harus menemukan gadis itu. Menyusahkan saja!’ keluh Dominic di batinnya.
Sorenya Axon dan Luvi pulang membawa sekeranjang buah Bit.
“Dari mana saja kalian?. Hey, rambut merah!. apa kau mau jualan buah itu disini?” tanya Dominic ketus.
“Tidak Tuan, aku hanya memerlukannya untuk dimakan. Kau mau?” Luvi menawarkan sebuah Bit yang masih digenggamnya pada Dominic.
“Lebih baik aku memakan belalang daripada buah itu!” Dominic berdiri kemudian pergi berlalu dari Luvi.
“Paman, pria itu galak sekali!” adu Luvi pada Axon.
“Dia memang begitu, tapi dia adalah yang terkuat diantara kami” ucap Axon sedikit berbisik pada Luvi.
“Axon! Bawakan aku minuman. Bawa ke kamarku!” perintah Dominic suaranya dari lantai atas.
Luvi tadi sempat memperhatikan Dominic sesaat. Baru kali ini ia melihat pria setampan Dominic, tapi Luvi tidak menyukai sikapnya yang galak.
Tok tok tok
Ckrek …
Tampak Dominic yang merebahkan tubuhnya tengkurap dengan bertelanjang dada. Itulah kebiasaanya.
“Yah, taruh saja di meja. Hey, Apa cacing kerajaan itu masih di depan kedai, Ax?”
Sesaat hening …
“Ax?” ulang Dominic
Dominic yang tidak mendapati jawaban, langsung membalik tubuhnya melihat siapa yang berdiri disana.
“Kau?” Dominic langsung duduk dari rebahannya.
“Kenapa kau yang mengantar minuman? Mana Axon?” tanya Dominic pada Luvi.
“Maaf Tuan, tapi aku akan menjadi pelayan disini, dan Paman Axon sudah mengizinkanku untuk melayani anda” Luvi dengan senyum lebarnya memandang kearah Dominic yang tengah bingung.
“Pelayan? Siapa yang mengizinkanmu menjadi pelayanku!”
“Tuan, kumohon. Aku memerlukan uang, jadi aku meminta pekerjaan pada Paman Axon” ucap Luvi memelas.
“Apa dia yang memimpin disini! Mana si bodoh itu!” Dominic berdiri dan akan keluar kamarnya.
Tapi tiba-tiba Luvi menggenggam erat lengan Dominic yang kekar.
“Tuan, tolong jangan salahkan Paman Axon, aku yang meminta padanya”
Dominic yang tengah marah tiba-tiba membatu dan langsung menoleh kearah Luvi yang memegang lengannya.
Binar mata Luvi sangat indah, membuat Dominic terdiam sesaat. Seolah tersihir oleh kecantikan gadis di depannya, pria kekar itu masih terdiam.
“Yah. Baiklah. Kali ini Axon dan kau ku maafkan. Tapi lain kali jika kau meminta keputusan, akulah pemimpinnya. Mengerti!” ujar Dominic membuat wajah Luvi cerah.
“Baiklah, Tuan. Aku mengerti”
“Sekarang lepaskan tanganmu” ucap Dominic yang entah ada sesuatu yang baru mengalir di tubuhnya.
“Ah, m-maaf. Aku permisi Tuan” Luvi langsung melepaskan genggamannya.
Ketika gadis itu sudah akan keluar di bibir pintu,
“Siapa namamu?” tanya Dominic yang membuat Luvi terpaksa membalik tubuhnya.
“Luvi, Tuan”
“Luppy?”
“Luvi, bukan Luppy”
“Luppy. Nama yang aneh” ucap Dominic.
Luvi menurunkan pundaknya melemas.
“Apa kau tidak bisa menyebut Luvi, Tuan?”
“Luppy”
“Yah, terserahlah” ucap Luvi sekilas, lalu ia keluar kamar dengan pasrahnya. ‘Luppy?, kenapa aku merasa seperti peliharaan?’ batin Luvi yang sudah akan menuruni tangga.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.