Senyuman Iblis Di Balik Topeng Cinta

Entah mengapa dirinya ingin pergi ke tempat ini. Jerrel dan Gretel, kedua temannya tidak pernah memberikan solusi sama sekali. Hanya membawanya bersenang-senang menghilangkan penat.

Bagaimana perasaanmu jika berada diantara dua orang yang kamu sayangi? Almira, wanita yang membuatnya jatuh cinta. Di sisi lain ada Dio, kakak kandungnya yang juga mencintai orang yang sama dengannya.

Hal yang penuh perkelahian dan persaingan beberapa bulan ini. Hingga pada akhirnya Dio mengalah, dirinya lah yang mendapatkan Almira. Tapi entah kenapa Derio tidak bahagia sama sekali.

Terkadang Derio melihat sang kakak memukul cermin penuh rasa frustasi. Terkadang pula dirinya melihat senyuman tulus menyungging di bibir Almira, kala bersama dengan Dio.

Menghela napas kasar, masih memakai helm murah. Memeluk pinggang mahasiswi yang entah siapa namanya. Mahasiswi aneh yang tiba-tiba saja muncul, sedikit membuatnya terhibur di tengah perasaannya yang kacau.

"Namamu siapa!?" Tanya Derio, sedikit berteriak mengingat motor matic masih melaju hingga saat ini.

"Fiona!" Teriak Fiona.

"Dona..." Derio salah dengar.

"Fiona!" Ucap Fiona lagi.

"Fi...fi...ah susah! Donat, aku punya masalah." Derio mulai ingin bercerita.

"Em!?" Fiona tersenyum karier, menahan amarah.

"Kamu akan lebih memilih persaudaraan atau cinta?" Tanya Derio ragu, bagaimana bisa orang ini memberikan solusi.

"Keduanya!" Jawaban dari Fiona membuat dirinya terdiam sesaat.

"Keduanya? Jika kamu hanya dapat memilih satu---" Kalimat Derio terpotong.

"Cinta itu seperti ice cream, dan persaudaraan seperti con-nya. Cinta dapat meleleh seperti ice cream, karena itu ada yang namanya mantan kekasih. Tapi saudara? Tidak ada yang namanya mantan saudara. Jika kamu sanggup menikmati ice cream serta con-nya hingga habis, sebaiknya kamu membeli ice cream. Tapi jika kamu hanya dapat menikmati ice cream nya, kemudian membuang con-nya. Bagaimana dengan saudaramu..." Sebuah makna tersirat.

Perlahan Derio mengerti satu hal, mengapa dirinya tidak bahagia. Itu karena con (Dio) yang tidak bahagia bersamanya. Apa keegoisan nya salah? Entahlah, Derio ingin hubungannya dan Dio kembali seperti semula, sebelum Almira hadir diantara mereka.

"Donat, aku ingin bahagia. Menurutmu bagaimana caranya agar aku bisa bahagia?" Tanya Derio.

"Makan martabak! Di sana enak! Kebahagiaan hakiki akan kamu dapatkan saat makan martabak." Gumam Fiona yang lapar berat, kala mereka melewati penjual martabak telor.

"Bisa bahagia dengan makan martabak?" Ide gila yang iseng dicoba oleh Derio pada akhirnya.

*

Dimana tempat mereka berada saat ini?

Pos security, tempat Yudha sedang duduk. Menghela napas kasar, menatap dua bungkus martabak telur spesial. Lalu mengapa Derio dan Fiona berada di tempat ini? Mengganggu ketenangan nya.

"Aku sedang suntuk!" Ucap Derio duduk tanpa ragu, membuka salah satu martabak telur.

"Dia sedang suntuk, jadi kita ditraktir. Kak security, kita makan satu berdua ya..." Fiona membuka satu lagi bungkus martabak telur, hendak menyuapi Yudha.

Tapi dengan cepat pemuda itu menghindar. Fiona tidak menyerah, dengan kecepatan tinggi mencekoki Yudha.

Sedangkan Derio menghelat napas kasar."Kalian benar-benar pacaran?"

"Tidak! Ini hanya cintai sepihak yang tulus, tapi tidak mendapatkan persetujuan dari kak security." Jawaban sang gadis.

"Oh!" Ucap Derio mengangguk. Bagaimana memiliki pacar yang perhatian? Segalanya masih tanda tanya baginya. Matanya masih mengamati bagaimana sang security disuapi oleh Fiona.

Security ini benar-benar beruntung.

Memakan martabak telor perlahan ingin menghilangkan rasa sakitnya, sensasi baru kala menikmati makanan murah.. Derio memakannya dengan lahap.

Benar-benar lupa sejenak dirinya tengah galau tingkat dewa."Donat(Fiona) dari mana kamu tau rasanya enak?"

"Aku ojek online, jadi sudah berpengalaman tentang makanan. Tentang semuanya, jika ada prilaku ku yang tidak mengenakan hari ini. Aku minta maaf ya?" Fiona menunduk beberapa kali.

"Hei! Berhenti menunduk. Teman seorang Yudha tidak pernah menunduk pada orang lain!" Komat-kamit mulut Yudha mengomel.

Perlahan Derio tertawa."Donat, hari ini lumayan menyenangkan. Mungkin aku akan menjadi langganan tetapmu."

"Langganan tetap yang punya mobil?" Yudha mengangkat salah satu alisnya. Entah kenapa dirinya tidak menyukai ini, benar-benar tidak menyukainya.

"Benar! Kamu kan punya mobil." Ucap Fiona penuh tanda cinta. Eh, salah tanda tanya.

"Uang, adalah uangku, bukan uang orang miskin seperti kalian. Bagaimana pun kamu harus menjadi ojek online langgananku. Jika tidak---' Kalimat Derio disela dengan cepat.

"Baik bos!" Ucap gadis biasa yang takut pada pembullyan.

Jangan berharap dirinya seperti gadis-gadis pemeran utama film atau novel yang membuat pemeran utama pria tertarik hanya dengan pemberontakan. Mengapa? Karena ini hanya cerita unik tentang gadis yang mencintai uang serta pria tampan. Seekor pinguin aneh yang lebih realistis.

"Omong ngomong diantara kami berempat yang mana paling kamu sukai?" Tanya Derio mengibaskan rambutnya, memasang pose wajah tampan.

"Kak security! Lebih realistis saja. Kalian semua dari keluarga kaya. Sedangkan aku hanya orang miskin yang kesulitan mencari kerja. Istilahnya begini, tidak mungkin seekor pinguin dapat bersatu dengan singa. Karena itu aku lebih memilih sesama pinguin. Walaupun selalu ditolak." Jawaban panjang lebar dari sang gadis kembali menempel pada Yudha.

Mata Yudha menelisik ke arah Derio dari atas sampai bawah. Inikah pacar Almira? Bahkan tidak ada seujung kuku jari kelingkingnya.

Dirinya membenci pemuda ini. Terutama kala Derio yang kehabisan martabak mulai mencuri martabak milik Fiona.

"Aku yang beli!" Derio makan tanpa rasa malu.

"Tapi ini kan sudah kamu berikan!" Fiona mengomel.

"Berani padaku?" Derio terlihat menahan tawanya.

"Tidak! Ini punya bos." Seketika nyali Fiona ciut. Seperti pinguin yang meluncur dengan perut. Tapi setelah sampai di lautan begitu berbahaya.

"Makanlah!" Derio memaksa Fiona untuk ikut makan.

"Apa ini? Play boy br*ngsek!" Batin Yudha masih terlihat dingin. Ingat! Dirinya cuma cemburu karena Almira, yang cantik bak burung merak. Bukan karena pinguin biasa-biasa saja, matre, bahkan meluncur dengan perut di atas lapisan es.

"Kapan kamu pulang?" Tanya Yudha pada Derio.

"Setelah makan, Fiona akan mengantarku pulang." Jawab Derio yang mungkin ingin diantar ke pantai setelah ini. Menikmati dinginnya laut, sembari bercanda dengan pinguin yang tidak memiliki daya tarik.

Tiba-tiba sang security bangkit. Suara motor matic terdengar kala Yudha menghidupkan nya."Sebaiknya pulang sekarang. Biar aku yang antar."

"Tapi, ini orderan ojek milikku." Tegas Fiona.

"Ini!" Yudha menempelkan selembar uang seratus ribu di dahi Fiona. Hal yang membuat jiwa nasionalisme Fiona, terhadap presiden pertama Indonesia bangkit."Aku yang akan menggantikanmu mengantar Derio!"

"Siap! Kak security! Aku yang menggantikanmu menjaga pos." Tentu saja, kali ini Fiona memberi hormat pada ayang security.

"Tidak bisa begitu! Ojek yang aku sewa drivernya Donat(Fiona)! Bukan kamu!" Ucap Derio dengan mulut penuh.

"Apa begitu menyenangkannya memeluk pinggang wanita?" Tanya Yudha.

"Yang pasti lebih menyenangkan dibandingkan dengan memeluk pinggang sesama batang." Sebuah perdebatan tiada henti.

Sedangkan Fiona? Kini tengah mengamati ketampanan kak security."Aku harus move on! Kedua pria ini sedang memperebutkan Almira." batinnya kembali makan sisa martabak dengan tenang.