Berceritakan tentang karakter utama kita, yang dipindahkan ke dunia lain. Dia sangat senang sekali mengetahui bahwa, dia telah dipindahkan ke dunia lain, seperti di Komik, Manga, dan Novel yang dulu pernah dia baca. Mereka akan mendapatkan jari emas atau sistem, untuk membantunya menjadi kuat dan tak terkalahkan. Tapi... "APA-APAAN INI!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Pengulangan (Time Loop)
Di tempat yang terus menerus berulang, selalu kembali ke awal setelah kematian, Zane sangat menderita karena itu.
"Haaaa!" Teriakan dari Zane, dia melayang di atas para monster, dia mengepalkan tinjunya menariknya kebelakang dengan sekuat tenaga, dia membuat sebuah momentum. "MAATILAAAH!" Zane menghantam kelemahan dari monster itu dan membuatnya meledak, "DUAARR!!!" Darah menyiprat kemana-mana, kedua tangan Zane, penuh dengan kapalan.
"Huff... Hufff... Haaaaaa!" Walapun terengah-engah, dia tetap bertarung dan terus bertarung.
Dia bahkan tidak pernah tidur, tubuhnya sangat kelelahan. Tapi, keadaan memaksanya untuk terus bertarung.
"Mati... Matii... Matiiilaah dasar monster sialan!" Zane terus melakukan teknik yang sama, melompat setelah monster itu menyerang dan mendaratkan serangan yang fatal.
Zane sudah gila, dia sudah tidak bisa berfikir dengan sehat lagi, yang ada di kepalanya hanya, hancurkan, pukul, dan cabik, sampai berkeping-keping.
Berapa kali pun Zane menghancurkan monster itu, mereka seperti tidak ada habisnya, terus menerus bermunculan.
Dia terus menemui dirinya mati, setelah menghabisi beberapa monster, maka dia akan terus melakukan pengulangan.
Zane sudah merasakan semua sensasi kematiannya, dari di bakar hidup-hidup, tercabik-cabik sampai keluar isi perutnya, hancur berkeping-keping tanpa ada sisa dari tubuhnya, bahkan di makan dan dikunyah.
Dia sudah muak dengan semuanya, melakukan hal yang sama terus menerus, mati dan hidup lagi, bahkan Zane berbicara pada kakinya sendiri.
Setelah melakukan pengulangan itu, Zane bisa meratakan semua monster itu dan bisa beristirahat, walaupun hanya 1 menit pada awalnya.
Zane menghitung setelah dia meratakan semua monster, dan juga menghitung perkiraan monster itu muncul kembali.
Semakin lama Zane di tempat ini dia semakin bertambah kuat, waktu istirahatnya bertambah dari 1 menit ke 2 menit dan terus bertambah.
Di atas tumpukan monster itu, "Nyam... Nyam... Krauk... Nyam...." Zane sedang menikmati makanan dari tubuh monster yang sangat amat keras, pada awalnya dia mencoba memakan daging monster itu, karena dia teringat dengan ayam panggang buatan ibunya dan karena penasaran dengan rasanya juga.
Di tempat ini, Zane tidak merasakan lapar sama sekali sebenarnya, karena dia sudah gila, dia mulai mencoba daging dari monster yang telah ia bunuh, dan itu sudah menjadi rutinitasnya setelah dia meratakan semua monster, alias di saat dia mendapat istirahat.
"Sial rasanya selalu saja tidak enak... Andai saja ada api, mungkin akan enak jika di panggang"
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba saja dia terpikirkan sebuah ide, "Hmm... Bagaimana jika, membuat api dengan sihir ya!" Semenjak ide itu terbesit di benaknya, Zane mulai melakukan latihan untuk menggunakan sihir.
Mengingat dari komik dan novel yang ia baca sebelumnya, Zane mulai mempraktikkannya.
"Bukankah jika orang tau aku melakukan seperti yang ada di komik dan novel, mereka mungkin akan menyebutku gila. Tapi, AKU MEMANG SUDAH GILA! HAHAHA...."
Zane mencoba berbagai hal yang dia tau, seperti mengumpulkan mana dalam tubuh, dan mengedarkannya untuk mewujudkan bentuk dari api di tangannya.
Zane melakukan latihan itu terus ketika, waktu istirahatnya, atau setelah meratakan semua monster yang ada.
"Hmm... Api... Api... Bayangkan ada api di telapak tanganmu Zane," dia mengulurkan satu lengan dengan membayangkan nyala api di tangannya, "WOSSSHHHH!!!"
"WAAHH!!" Zane mengibaskan tangannya, yang membuat api itu terlempar kedepan, dan membakar salah satu dari mayat monster.
"Haha... AKU BERHASIL YEAAAHHHH!!"
Entah bagaimana itu bisa berhasil, tapi Zane merasa senang bisa melakukannya.
"Hehe, itu kelihatan sangat lezat! Mari kita coba." dia mengambil sepotong daging monster dan mulai melahapnya, "Selamat makan!"
"Aaap... Nyam... Nyam, ohhh enak sekali" wajahnya sangat senang sekali merasakan daging monster yang sudah ia bakar.
Zane terus melakukannya, memakan daging monster sebagai bentuk penghargaan baginya.
Suatu ketika saat dia sedang dalam pertempuran, terbesit sebuah ide lagi.
"Hmm... Bagaimana jika, melawan mereka menggunakan sihir, hmm... Yaa! ide bagus dari seorang Zane."
Zane mulai menyerang para monster dengan sihir api miliknya, "HAHA... Rasakan ini!" Zane melempar bola api di tangannya, dan membakar monsternya.
"Bagaimana? Hah! Rasanya di bakar hidup-hidup bajingan!" Zane tersnyum dengan wajah jahatnya, dia merasa puas dendamnya sudah terbalaskan.
Tapi, monster itu malah menggaruk-garuk kepalanya, api yang Zane berikan tidak berefek padanya, "Ha... Haha, a-aku hanya bercanda ko okay, kalian te-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, "WOOSSHH." Zane mati terbakar sampai hangus.
Lagi dan lagi, dia kembali ke titik awal, "Sial... Apa yang salah dengan apiku?" Zane langsung mencari kesalahan apa dari teknik sihirnya dan itu membuatnya bersemangat.
"YOOSSSHH, Kita coba lagi membakar mereka semua hahahaha." dia terus melakukan hal yang sama, membakar monster dan dia mati, membakarnya lagi dan dia mati lagi, bukannya putus asa tapi, itu membuatnya sangat bersemangat.
semakin banyak pengulangan yang dia lakukan, fisiknya akan semakin kuat, tubuhnya terus ditempa dengan pengulangan yang terus menerus.
Sihir apinya juga semakin kuat, dengan banyaknya pengulangan yang di alaminya.
"Panas apiku dengan panas semburan api monster, sangat lah berbeda... Hmm, baiklah aku akan membuat api yang sama persis sepertinya. Tidak, aku harus membuat api yang lebih kuat dari api monster itu!" dengan tekad yang kuat seperti biasa, dia berhasil membuat api yang bahkan lebih kuat dari monster itu, dengan cara di bakar hidup-hidup, untuk bisa merasakan api dari monster.
Dan merevisi kekurangan dari api itu, "I-ini... keren! Indah sekali." Dan terciptalah sebuah teknik pamungkas, "Aku akan menamainya! HELL OF FIRE!"
Api itu berwarna hitam pekat dengan sedikit keunguan, ketika Zane ingin melakukan percobaan, seketika monster muncul, dia langsung membuat nyala api yang begitu besar dengan teknik terbarunya.
"HELL OF FIRE!" Api itu mengembun ke atas, membesar dan semakin besar.
"HAHAHA!" dengan tawa mengerikan terpasang di wajahnya, dia menggunakan satu lengannya untuk menopang api yang begitu besar itu.
"BINASALAH KALIAN! BERTERIAKLAH!" Zane melempar nyala api yang begitu besar membara itu ke arah monster.
Dan teriakan dan jeritan dari monster-monster itu, terdengar sebagai irama lagu di telinga Zane, "Ya! Terus begitu! Berteriaklah! Hahaha...." dia sangat menikmatinya, wajahnya tidak bisa menahan kegembiraan, dia bahkan terlihat seperti orang mesum.
"Indah sekali!" setelah melakukannya berulang kali, sampai membuatnya bosan kembali, dan sebuah ide terbesit kembali di kepalanya.
"Hmm... Bagaimana jika aku, berexperiment dengan mencoba semua elemen! Hmm, layak untuk dicoba." setelah itu, Zane melakukan banyak sekali percobaan seperti, mencoba sihir air, tanah, es, angin, semua elemen dia coba kuasai.
Tentunya dengan banyak sekali pengulangan dalam prosesnya, semakin banyak dia kembali, tubuhnya akan semakin kuat begitu juga dengan penguasaan sihirnya.
Bukan cuma sihir saja yang dia coba, Zane juga melakukan seni bela diri, dengan fisiknya yang sempurna, dia mempraktikkan apa yang sudah pernah ia lihat di komik dan novel tentang seni bela diri.
Seperti bermeditasi untuk mendapatkan pencerahan, melatih teknik tinjunya, membuat pedang dari tulang monster dan mempraktikkan seni berpedang, sampai pada tingkat yang absolut.
Semua hal yang Zane ketahui, dia mencoba untuk mempraktikkannya, segala hal dia coba dengan pengulangan yang tiada akhirnya.
Bersambung....