Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandra Again
Hari ini Cia bangun lebih pagi untuk membeli bubur ayam, karena jika sudah jam 7, bubur ayam itu sudah kemas karena habis.
"Bangun demi bubur ayam ya?" Suara perempuan di belakang Cia, yang ternyata kak Nina dengan balita di gendongannya.
"Kak Nina, Eh! siapa nama si kecil ini?" kaget Cia, yang kemudian melihat balita itu dengan gemas.
"Namanya Karamel, halo tante!" jawab Nina.
"Ah! Karamel, lucunya" gemas Cia, tangannya membelai pipi chubby balita di depanya.
Mereka mengantri bersama, Karamel sudah berada dalam gendongan Cia, dia memang mudah menaklukkan para bayi, dan balita. Tapi, nol besar dalam masalah pria. Alasan yang membuat Cia jomblo 27 tahun.
Mereka berpisah di gerbang depan kos Cia, karena Nina di panggil suaminya yang akan berangkat kerja, pria itu ada di depan gerbang rumahnya.
Cia dan Nina berangkat kerja bersama, dengan Nina yang duduk di kursi belakang.
"Ci? Kamu gak tau ya kalau Sandra juga satu kos sama kamu? Tapi, dia ada di bangunan depan kamarmu" tanya Nina dari belakang Cia.
"emang iya kak? Kok kemarin pas pulang kita gak ketemu?" tanya Cia.
"mobil yang masuk kos di depan kita, itu Sandra loh". Nina
"wah gilaaa, ternyata kak Sandra orang kaya?" ucap Cia dengan semangat.
"Kayaknya sih iya. Soalnya dia bukan asli sini sih Ci, dia orang Semarang, dia bawah mobil juga udah dari awal masuk kos". Nina.
"tapi, percuma kalau kaya doang tapi judes kayak gitu, yang mau temenan juga kan males kak" Cia ingat kelakuan Sandra selama jam istirahat kemarin.
"tapi, kak Sandra kayaknya suka deh sama cowok tampan di tempat kerja kita" ucap Cia saat ingat senyum aneh Sandra kemarin.
"Oh! Dia memang ngebet banget sama si Chandra, tapi, nggak di respon sama Chandra" ucap Nina dengan ringan.
"Chandra Chandra itu, orang kaya bukan kak?" tanya Cia.
Nina menatap Cia aneh. Kok bisa tanya kaya atau enggak.
"kakak juga gak tau Ci, kalau ketemu nanti, kamu tanyain dia kaya atu enggak, kakak juga penasaran. Terus, panggil dia kak atau mas gitu, dia seumuran kakak loh" jelas Nina penuh nasihat.
"nggak mau, orang dia aja kemarin pas istirahat, nganggep aku sama Sandra kayak makhluk tak kasat mata. Lagian aku juga gak bakalan manggil dia kak, kan nggak kenal juga. Sayang banget, padahal tampan, dan gagah" ucap Cia dengan kepala yang di geleng-gelengkan pelan.
"aku yakin Ci, kalau kamu deket sama Chandra, bakalan di kejar sama Sandra kamu. Hahaha" tawa Nina.
"Gak mau, tapi, nama mereka mirip ya kak? Chandra sama Sandra. Jodoh kayaknya" ucap Cia asal.
"Chandra yang bakalan memutus tali jodoh itu kayaknya Ci" Nina heran dengan Cia kok sadar sampai nama segala.
"Benar sekali" suara seorang pria, Chandra orangnya.
Suara itu mengagetkan Cia, dan Nina, yang sedari tadi berada di parkiran, karena berangkat lebih awal. Mereka masih duduk di atas sepeda yang mereka kendarai berdua. Mereka melihat ke asal suara di belakang mereka.
"Hai Chan, tumben berangkat pagi?" tanya Nina tanpa merasa bersalah, karena sudah mengghibahi Chandra dan Sandra.
Cia melihat Chandra, yang masih berdiri di belakang mereka, dengan style yang sederhana, karena hanya memakai celana kain yang pas di kakinya, dengan kaos polo warna merah sebagai atasanya.
"Iya, kebetulan aja, ayo masuk" ajak Chandra, matanya menatap Cia sekilas. Karena merasa di perhatikan, Cia balik menatap Chandra, pandangan dua orang itu beradu beberapa saat, sebelum akhirnya sama-sama memalingkan muka.
"kak? Kulitnya bersih banget, tubuhnya tinggi, wajahnya ganteng. Selera para perempuan itu, apalagi kalau kaya, waaaah. Andra and the backbone" ucap Cia menggebu gebu.
"SEMPURNAAAAAA, hahaha" Nina dan Cia kompak berseru dan tertawa setelahnya. Chandra yang berjalan lebih dulu di depan mereka, masih mendengar suara dua wanita di belakangnya. Namun, dia abaikan.
Cia dan Nina segera masuk ke dalam Restoran, mengikuti Chandra yang masuk lebih dulu. Tak lama kemudian, karyawan lain mulai berdatangan. Mereka segera membersihkan area Restoran seperti biasa, sibuk membersihkan bagiannya masing-masing.
Chandra memiliki tubuh tinggi 180 an, sangat tinggi, dengan kulit bersihnya yang tak begitu putih. Katakan saja manly, wajahnya tampan, bibir sexy, hidung mancung, dan mata tajamnya. Tapi sangat datar, kalau ramah, bisa-bisa paket lengkap dia.
"Cia? Mau tukar posisi nggak? Lo sama kak Sandra, gue sama kak Nina?" bisik Riko di samping Cia sebelum Restoran di buka .
"No Riko, nggak mau aku tuh, kemarin ketemu pas istirahat aja pandangannya udah kayak induk ayam yang aku curi anaknya" Cia bergidik pelan.
"males banget tau Ci. Bossy banget orangnya, berasa dia yang punya nih tempat tau! Untung aku cowok, kalau cewek udah nggak balik aku" Riko masih bisik-bisik di samping Cia.
"cowok juga pasti langsung keluar, kalau cowoknya kemayu tapi"
"aku nggak kemayu Ci, tapi pingin keluar. Untung ada cewek inceran di sini"
"Yaelah nih cowok, cepet banget dapetnya. Kasian tuh ceweknya dapet kamu. Udah sana pergi ke kakak kamu sih Sandra, tuh lihat, dia udah berdiri seperti malaikat maut di ujung ruangan" ucap Cia, tangannya mendorong Riko agar segera pergi. Riko berjalan dengan malas ke arah Sandra.
Tak lama setelahnya, Restoran akhirnya di buka. Saat menjelang siang, banyak pelanggan yang mulai berdatangan untuk makan siang. Saat pelanggan mulai berkurang, jam istirahat juga dimulai. Lagi-lagi Cia bertemu dengan dua manusia yang tidak ingin Cia temui, Sandra dan Chandra.
"haaah.. Aku harus sabar, untuk satu minggu ini ketemu sama mereka" Batin Cia.
Cia kembali melihat dua orang yang duduk di tempat seperti kemarin.
"aturannya, aku yang duduk di matras, biar mereka berdua duduk di kursi. Ok, besok aku bakalan duduk di matras. Mau ngilaaaaang" teriak Cia dalam hati dengan frustasi, karena melihat Sandra yang senyum-senyum aneh.
Tak lama kemudian, Chandra membaringkan tubuhnya di atas matras, dengan mata yang sudah terpejam. Sedangkan, Sandra mulai mengangkat kakinya ke atas kursi, dan meluruskannya, hingga membuat Cia terdesak ke ujung, sedangkan kursi di sana cuman satu. Cia memutuskan untuk berdiri, membuat Sandra tersenyum remeh ke arahnya.
"Aaakh" Sandra berteriak dengan kencang, saat tiba-tiba Cia duduk di atas kedua kakinya.
"Dasar gila, lo nggak lihat kaki gue apa hah?" teriak Sandra dengan muka merah, karena marah.
"Lha! Kakak sendiri nggak liat kalau aku tadi duduk di sana? Kok malah kaki kakak di lurusin" jawab Cia setelah berdiri dari duduknya.
"Tau diri dong, duduk di bawah kan bisa" Sandra masih marah, namun suaranya sudah tak sekeras sebelumnya.
"nggak bisa, kan lebih enak kalau kakak yang di bawa, bisa rebahan sekalian" Cia semakin berani. Sudah tidak perduli dengan nasihat Nina, yang melarangnya agar tidak terlibat masalah dengan Sandra.
Sandra segera mengangkat kakinya, dan memindahkannya ke atas meja, karena melihat Chandra yang membuka matanya, dan melihat ke arah mereka berdua, dengan pandangan yang seolah mengatakan jangan ganggu gue.
"Awas aja lo" desis Sandra pelan, yang masih bisa di dengar Cia.
Cia bodo amat, karena inget pesan ayahnya. Kalau ada yang jahat, balas. Jangan diam aja.
"akan aku hadapi semuanya, tapi kalau nggak sanggup ya minta tolong nanti" batin Cia.
Cia kembali bekerja, saat jam istirahat telah usai. Selama dua hari bekerja, tak ada komplain dari pelanggan hingga membuat Cia tenang. Masalahnya, cuman Sandra doang. Tepat pukul 3.30 sore, Nina, dan Cia berjalan bersama untuk mengambil sepeda Nina di parkiran.
"Tadi kakak denger teriakan Sandra, samar-samar dari depan." Nina membuka obrolan di antara mereka.
Dengan ragu, Cia menjawab ucapan Nina.
"tadi aku duduk di atas kakinya"
"kok bisa?" kaget Nina.
"aku kesel kak, orang Cia lagi duduk, dia malah meluruskan kakinya di atas kursi, sampai aku tuh mepet banget di ujung. Yaudah, aku berdiri, terus pas kakinya udah lurus, aku duduk lagi di atas kakinya" jawab Cia dengan enteng.
"kakak suka sama orang yang begini nih" Nina berucap dengan senang.
"Besok aku mau rebahan lebih dulu di kursi, atau nggak di matras. Biar deh sih Sandra sama Chandra duduk barengan, tapi sayang banget, kalau Chandra dapat Sandra" Cia mengatakan idenya pada Nina yang membuatnya tersenyum. Namu, sedih di akhir kalimatnya.
Sesampainya di depan rumah Nina, Cia segera turun, dan berlari kecil ke arah gerbang samping, setelah berterima kasih pada Nina. Cia naik ke lantai dua, dan berdiri di pagar pembatas depan kamarnya. Tak lama, dia melihat mobil memasuki pelataran kos yang tak lain ternyata itu Sandra.
"Beneran kaya dong. Pajero dong, pantes kepanasan terus tuh orang" gumam Cia.
Cia segera masuk ke kamar, setelah melihat Sandra akan keluar dari mobilnya.
Ting..
Suara pesan dari ponselnya mengurungkan niat Cia yang mau rebahan di atas kasur.
"Sayang? Ini tante Celine, kamu bekerja di Restoran mana ya?"
"di Restoran Jodoh tante, kayaknya deket rumah tante deh, soalnya Zara pernah share lock rumah kemarin"
"Nati tante main ke sana ok? Bye bye"
"Cia tunggu tan"
"Kenapa anak sama ibu rutin kirim pesan sih? Belum lagi, bentar lagi pasti Ayah atau Ibu" ucap Cia pelan.
Cia segera mengambil handuknya untuk segera mandi, sebelum ponselnya kembali berdering. Ternyata orang tuanya tak menelfon, saat Cia menelfon orang tuanya beberapa kali tidak di angkat.
Ting..
"Ibu sama Ayah lagi di acara nikahan sodara nak. Percuma kamu telfon nanti nggak kedengeran soalnya soundnya keras banget"
"yaudah kalau gitu besok aja Cia telfonnya bu"
Jam sembilan malam, Cia kembali menutup matanya dengan paksa agar segera tertidur.
BRUUUGH...
Cia segera bangun, saat mendengar suara yang teramat keras dari depan kamarnya. Seperti hantaman batu yang mengenai pintu kamarnya.
"Nih orang bener-bener ya. Nggak bisa apa ya kalau kesel jangan gangguin orang, dasar Sandra bolong" ucap Cia kesal, karena sudah di kagetkan, yang tadinya sudah mau terlelap, jadi melek lagi matanya.
Taukan gimana rasanya udah ngantuk tapi di kaget in? Auto melek sampai dini hari tuh mata.
Cia tau kalau itu pasti sandra yang nglakuin. Cia sih gak masalah ya, tapi kan gangguin orang di kamar sebelah. Tanpa perduli, akhirnya Cia mengambil earphone, dan menyalakan musik di ponselnya, biar tidak terganggu dengan suara keras. sampai jam satu dini hari, Cia baru berhasil tertidur setelah instrumen musik di ulang beberapa kali.
Sedangkan Sandra teramat kesal, karena Cia bahkan tak mengintip di jendela.
.
.
...****************...
P.S (Pajero "panas jobo njero" /panas luar dalam) orangnya yang kepanasan ya bukan mobilnya.