Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?
permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasus Lagi?
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tidak ada yang melakukan voting. Mereka dalam keheningan menunggu waktu dan berpikir apakah cara ini akan berhasil. Jam mulai menunjukkan pukul 10 yang harusnya waktu voting selesai.
"Apa ini akan berhasil?" Tanya Ela kepada Sena.
"Kita lihat." Jawab Sena dengan penuh harapan
Jam menunjukkan pukul 10 malam lewat. Mereka mulai lega dengan apa yang terjadi. Kaizy lega idenya tidak gagal. Sena dan Ela saling berpelukan. Namun, disisi lain Ela merasa ada sesuatu yang aneh di permainan ini. Seakan mustahil bagi pencipta game ini akan membebaskan pemainnya dengan mudah. Beberapa saat kemudian, suara dari mikrofon kembali terdengar.
"PERINGATAN UNTUK MENGAMBIL VOTING! PERINGATAN UNTUK MENGAMBIL VOTING! PERINGATAN UNTUK MENGAMBIL VOTING! PERINGATAN UNTUK MENGAMBIL VOTING DALAM WAKTU 1 MENIT!"
"Sialan!" Ucap beberapa anak laki-laki.
Mereka segera mengambil ponsel masing-masing di saku pakaiannya. Dua orang gadis yang terburu-buru, tiba-tiba menjatuhkan ponsel mereka. Keduanya berlomba-lomba untuk mengambil ponsel masing-masing. Namun, karena terburu-buru, Irene yang juga menjatuhkan ponselnya tanpa sengaja menyenggol ponsel milik Abila hingga terjatuh cukup jauh.
"Maaf."
"Cih." Ucap Abila sembari berlari ke arah ponselnya.
"Kita pilih siapa!?" Cellyn bingung siapa yang harus dia pilih.
"Siapapun!" Ucap Yardan dengan tegas.
Mereka akhirnya saling voting. Memilih satu sama lain agar terhindar dari permainan ini.
"Waktu habis."
"Sialan! AAAARRRGHHH!!!" Sebuah lampu jatuh hingga menimpa Abila.
Beberapa siswi berteriak histeris saat mendengar suara benda yang besar jatuh ke arah Abila. Gadis berambut sebahu itu mati seketika. Kepalanya tertusuk besi yang digunakan untuk pegangan lampu besar tersebut. Sementara tubuhnya hanya tertimpa beberapa lampu yang terlepas.
"Kan?! Gara-gara idenya Kaizy nih!" Ucap Yora yang memandangi gadis yang tengah ketakutan di sebelah Cellyn.
"Aku... aku... tapi bukan aku Seekernya." Kata Kaizy dengan rasa takutnya.
"Kita voting dia sekarang!" Kata Namira.
"Sabar, Mir." Kata Ela dengan tegas.
"Voting sama. Voting dimulai kembali. Waktu kalian 1 menit."
Beberapa anak lain mulai memilih Kaizy sebagai bentuk alasan kematian ke-lima temannya. Yardan dengan wajah kecewanya mulai memilih Kaizy. Begitu juga dengan Sena dengan senyum anehnya. Kaizy berusaha menghentikan teman-temannya, namun mereka tetap memilih Kaizy.
"Gara-gara kamu, kita buang-buang waktu! Gara-gara kamu, kita gak bisa nemuin siapa Seekernya!" Kata Yora dengan marah.
"Tapi, bukan aku!"
"Meskipun itu bukan kamu. Kamu tetep bawa Abila dan ke empat teman kita ke arah kematian, Zy!" Jawab Sena.
Wajah gadis itu terlihat sangat marah. Namun, dia juga puas melihat penderitaan Kaizy. Baginya, setidaknya dia bisa menyingkirkan gadis itu jauh dari Yardan. Sena tidak ingin siapapun memiliki Yardan selain dirinya.
"Voting selesai."
Para siswa mulai meninggalkan Kaizy di lapangan basket dengan air matanya yang mengalir. Mereka semua tidak peduli lagi tentang Kaizy. Gadis itu terus berteriak memanggil teman-temannya. Namun, mereka tetap tidak menghiraukan teriakannya. Mereka kembali untuk mencari tempat persembunyian terbaik.
"YARDAAAAAANNN!!!!!!!" Panggilnya.
Jam mulai menunjukkan pukul 12 malam. Kaizy mulai kehilangan kesadarannya dan terjatuh ke lantai. Seperti biasanya, para boneka berlarian ke sana kemari mencari para Hider. Serta satu gadis kecil berjalan dengan riang gembira ke arah Kaizy yang tidak sadarkan diri. Gadis kecil itu kembali tertawa.
"Aduh aduh! Cuman mau cari perhatian doi. Eh malah mati." Ledeknya.
"Kita lihat, apa sih yang bagus disini. Sebelum itu, aku akan ambil jantungmu dulu." Ucapnya gadis kecil itu.
Seperti yang dia lakukan pada Haru. Gadis kecil tersebut mulai membedah dada hingga perut Kaizy. Mengambil paksa jantung Kaizy hingga terpisah dari tubuhnya. Dirasa belum puas, gadis kecil itu memperhatikan seksama wajah dan mata milik Kaizy. Tidak ada yang istimewa dari gadis tersebut.
Gadis kecil tersebut kemudian kembali mengacak-acak organ perut Kaizy. Hingga dia menemukan hati Kaizy. Gadis itu tertawa dan kembali mengacak-acak organ Kaizy. Dengan puas, gadis kecil tersebut memotong organ hati Kaizy. Hati kecilnya kembali bahagia mendapatkan sesuatu yang bisa dia jadikan bahan koleksi.
"Cantik banget! Kamu pasti makan sehat terus ya? Makanya hati kamu bisa segar begini. Lumayan lah koleksi di kamar. Mata kamu sama kayak mataku. Warna coklat. Makanya aku gak mau punya mata coklat lagi. Coba deh mata kamu kayak punyanya Haru, aku pasti ambil deh!" Ucap gadis itu dengan penuh semangat.
Dirasa cukup, gadis itu kembali ke tempatnya dengan membawa hati dan jantung milik Kaizy. Seperti sebelumnya, gadis kecil itu melihat beberapa boneka berlarian ke sana kemari. Mereka berusaha mencari para Hider. Sementara para Seeker akan muncul beberapa saat kemudian setelah boneka mereka berhasil mengeliminasi Hider.
Para Seeker akan kembali ke tempat mereka, jika boneka mereka sudah mengeliminasi satu Hider. Dan besoknya, polisi akan mencari Seeker yang sudah mengeliminasi Hider. Namun, hingga sekarang polisi tidak juga muncul. Akan tetapi, gak tersebut membuat gadis itu semakin bahagia jika banyak Hider yang mati.
"Kalau Hider udah habis, artinya Seeker adalah pemenangnya!" Ucapnya sembari berjalan menuju tempat asalnya.
...
Keesokan paginya, Sena kembali membantu Ela yang merangkak di bawah kolong tempat tidur. Punggung Sena semakin sakit kali ini. Sementara dada Ela mengalami sedikit rasa sesak karena tidur di tempat yang tertutup.
"Dahlia Dewi Ningsih tereleminasi, Dahlia adalah Hider. Namira Carandra tereleminasi, Namira adalah Hider."
"Sialan, para Seeker itu semakin mudah mencari kita." Ucap Zayyan yang berada di kamarnya.
Yandra kembali mengirimkan pesan kepada teman-temannya untuk segera mencari dia mayat ini. Dahlia di temukan di kamarnya dalam keadaan kepalanya hancur seperti ditimpa sesuatu yang berat. Sementara, Namira ditusuk berulang kali hingga organ tubuhnya keluar.
Mereka membawa dua mayat tersebut ke lapangan golf dan menggali lubang di antara 7 temannya yang sudah meninggal. Sementara ke-dua temannya, Nendra dan Evano berada di luar batas hotel. Jadi, mereka tidak bisa mengambil dua mayat tersebut untuk dikubur.
Zayyan dan Gavin juga membawa mayat Kaizy. Sama halnya dengan Haru, organ milik Kaizy hilang. Terutama jantung. Hal ini membuat mereka penasaran kenapa jantung Kaizy dan Haru diambil. Sementara yang lainnya masih utuh walau hancur. Seperti biasa, mereka kembali berkumpul di lapangan basket. Namun, kali ini mereka tidak menemukan bukti apapun.
"Kalian sadar gak sih. Soal dua mayat ini, mereka seakan dibunuh karena bisa saja Seeker dendam ke mereka. Tusukan di perutnya Namira banyak banget." Ucap Ela.
"Namira ya... dia sering bully orang sih." Ucap Zayyan.
Irene dan Yora yang mendengarnya seketika menatap Jihan. Mereka paling sering membully Jihan hingga gadis itu pernah mengalami luka yang cukup parah. Jihan yang ditatap oleh dua gadis itu, balik menatap mereka. Seakan dirinya tidak takut lagi dengan apa yang terjadi.
"Dan, pasti Jihan Seekernya!" Teriak Irene.
"Kenapa aku?" Tanya Jihan dengan santai.
"Kenapa? Kamu yang paling sering di bully sama Namira. Pasti kamu punya dendam ke mereka." Jawab Yora.
"Kalian gak ada buktinya, kan?" Tanya gadis itu kepada Irene dan Yora.
"Tapi, itu udah pasti jelas kamu!" Ucap Yora yang tetap pada keputusannya.
Yora dan Irene menuduh Jihan atas kematian dua sahabatnya. Ela memperhatikan jari Jihan. Nampak gadis itu seperti terluka oleh sesuatu yang tajam. Namun, mengingat Khandra juga memiliki luka yang sama, membuat Ela bingung siapa yang membunuh ke empat temannya sekaligus dua gadis dari geng Cicipi.
Sementara Zayyan menyadari sesuatu. Banyak luka di tangan Jihan. Seakan gadis itu mengalami penyiksaan yang luar biasa. Anak laki-laki tersebut menghampiri Jihan dan menarik tangan kirinya. Tangan kecil gadis itu memiliki banyak sekali goresan.
"Apa?!" Kata Jihan sembari menarik kembali tangannya.
"Aku cuman ngecek apa kamu baik-baik aja?"
"Gak usah sok perhatian gitu deh." Ucap Jihan.
"Apaan sih?" Kata Zayyan sembari menjauh dari gadis itu.
"Irene memilih Jihan. Yora memilih Jihan."
"Sialan, aku bukan Seeker!" Ucap Jihan.
"Udah jelas itu kamu!" Kata Irene.
Jihan mulai merasa marah. Irene dan Yora tidak pernah melihat Jihan semarah ini. Gadis itu mengambil sebuah besi yang berada di pojok lapangan. Kemudian, berlari ke arah Irene dan Yora dengan niat untuk memukul ke dia gadis itu.
"Aku bukan Seeker!" Teriaknya sembari terus berlari ke arah mereka.
Keduanya tentu berlari menjauh dari gadis yang mulai menggila tersebut. Sena dan Zahra berusaha menghentikan Jihan. Namun gadis itu malah mendorong Zahra hingga gadis itu terjatuh. Teman-temannya yang lain juga berusaha menghindar dari Jihan.
"Kalian gak tau rasanya disiksa! Namira pantas dapat itu! Kalian pikir, disiksa hingga hampir mati itu menyenangkan!? APA ADA YANG MEMBELAKU SAAT AKU DISIKSA?? GAK ADA!!! Kenapa giliran Namira yang mati, kalian semua menganggapku sebagai penjahat? Kenapa bukan Namira?" Ucap Jihan.
"Beneran kamu yang bunuh mereka?" Tanya Ela dengan wajah yang tidak percaya.
"Ke-empat teman kita juga?" Tanya Sena.
"Ya! Mereka suruhan Namira untuk menyiksaku demi uang! Dasar mereka penjudi!" Jawab Jihan.
"Aku gak percaya kamu lakuin ini, Jihan. Aku selalu bela kamu, dan kamu bilang gak ada yang bela kamu!? Benar-benar." Zahra mengambil ponselnya dan mulai memilih Jihan.
"Zahra memilih Jihan."
"Hehehehe kamu sama aja kayak mereka!" Jihan berlari ke arah gadis dengan hijab biru muda tersebut.
Jihan berusaha memukul Zahra. Namun, gadis itu jauh lebih baik darinya dalam berkelahi. Dalam sesaat, Jihan terjatuh ke lantai. Zahra menatap temannya ini dengan perasaan jijik. Dia tidak percaya bahwa Jihan yang melakukan hal buruk seperti ini kepada teman-temannya.
"Kalau kamu dendam, gak gini caranya." Ucap Zahra.
"Voting aja. Dia Seekernya." Kata Zahra kepada teman-temannya.
Jihan berusaha untuk bangkit, namun telapak tangan kirinya ditahan oleh kaki Zahra. Gadis itu merasa kesakitan karena Zahra terus menekan pergelangan tangan Jihan. Gadis rambut sebahu itu berusaha untuk menjauhkan kali Zahra darinya. Meskipun Zahra lebih kecil dari Jihan, namun gadis itu jauh lebih kuat darinya.
Teman-temannya yang lain sudah memilih Jihan sebagai Seeker. Mereka tidak menduga sosok polos seperti Jihan yang seperti malaikat mampu melakukan kejahatan. Manusia sangat berbeda dengan malaikat. Manusia bisa menjadi sosok yang sangat baik, namun mereka juga bisa menjadi sosok yang sangat jahat diwaktu yang bersamaan.
Zahra melepaskan kakinya dari pergelangan Jihan. Kemudian, meninggalkan gadis itu yang tergeletak kesakitan karena lukanya. Gadis dengan rambut sebahu itu memegangi pergelangan tangannya yang mulai sakit. Temannya yang lain meninggalkan gadis itu untuk kembali ke tempat mereka masing-masing. Mereka harus kembali bersembunyi sebelum kehilangan kesadaran.
"Voting selesai. Jihan Azahra tereleminasi. Jihan adalah Seeker."
"Sialan. Tapi, setidaknya dendamku terbayar." Ucapnya.
Jam mulai menunjukkan pukul 12 malam. Tiga boneka mulai berlari mencari para Hider dan gadis kecil itu kembali. Jihan dalam keadaan tidak sadarkan diri di lapangan basket. Gadis kecil itu menarik sebuah boneka berbentuk kelinci putih dengan benang merah yang ditarik keluar dengan paksa.
"Kau bebas setelah ini. Pemilikmu sudah mati." Ucapnya.
Tepat di sebelah Jihan, gadis kecil tersebut mulai merobek-robek boneka kelinci tersebut. Beras yang berada dalam tubuh boneka itu mulai keluar dari tubuhnya. Gadis kecil itu tertawa sembari menoleh ke arah Jihan yang tidak sadarkan diri.
Gadis kecil itu kembali membedah dada Jihan dan mengambil jantungnya dengan paksa. Tak hanya itu, gadis kecil itu kembali mengacak-acak organ milik Jihan seolah mencari sesuatu. Gadis itu mulai mendesah karena dia sangat kesal tidak menemukan apapun yang menarik. Yang menarik hanyalah wajah Jihan.
Gadis kecil tersebut kembali tertawa. Dia pergi sebentar dan kembali dengan sebuah pisau besar untuk mengiris daging. Bukannya mengambil kulit Jihan, gadis kecil tersebut justru memotong kepala Jihan. Dia tertawa senang sembari memotong kepala gadis yang ada didepannya ini.
"Sayang kalau cantik-cantik gini dibiarin aja." Ucapnya.
Kepala Jihan terlepas dari tubuhnya. Gadis kecil tersebut tertawa puas mendapatkan apa yang dia inginkan. Segera dia mengambil kepala Jihan serta jantungnya. Rasa puas menghampiri diri gadis kecil tersebut. Dia berjalan dengan menyeret kepala Jihan di tangan kanannya. Sementara jantung milik Jihan di tangan kirinya.
Gadis kecil itu kembali menyanyikan lagu menyeramkan itu. Seolah lagu ini benar-benar sesuai dengan keadaan yang dia dapatkan. Gadis kecil tersebut berjalan dengan riang gembira selayaknya anak-anak yang mendapatkan mainan dari orang tuanya.
Your beauty is mine.
Everything you own is mine.
Whatever it is, it's all mine!
"Permainan ini semakin menyenangkan. Aku tidak berharap pada gadis itu. Namun, Seeker yang lain sangat lihai. Mereka benar-benar melakukan pekerjaannya. Padahal jika mereka mati begitu cepat, aku ingin memulai permainan baru. Tapi, aku lebih suka permainan petak umpet! Hehehe ini menyenangkan! Apa lain kali aku bisa bermain dengan mereka? Itu akan semakin mengasyikkan!" Ucapnya sembari terus berjalan.
Tiga boneka tersebut masih berlarian diikuti oleh para Seeker untuk mencari Hider. Saat mereka bertemu dengan gadis kecil tersebut yang membawa kepala Jihan serta jantungnya, para Seekernya awalnya merinding. Namun, mereka kembali terbiasa dengan penyiksaan yang ada di tempat ini. Tidak ada ampunan bagi pemain. Bahkan satu Seeker mampu membunuh 4 siswa dalam semalam. Namun, kali ini mereka lebih berhati-hati dalam membunuh Hider.
Dan Hider semakin hari semakin pintar bersembunyi. Membuat para Seeker kerepotan. Mereka semua terpisah saat jumlah mereka hanya sedikit. Tidak seperti dulu yang selalu bersembunyi bersama-sama.
"Kita pilih mana yang harus dibunuh selanjutnya." Ucap salah satu Seeker.
Bersambung...