Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
.
.
.
saat perjalanan akan kembali ke kelasnya Aluna melihat beberapa Cewek dengan penampilan modis menghampiri seseorang yang memegang bekal dan yahh tertutup, tak seperti mereka
"ayo mana uang nya? ayo dong kasi"
"mana mana?"
"sa-saya nggak punya uang" lirihnya
"alah, alasan!! grebek! ambil uang nya"
"tolong! jangan ambil uang saya!! kalau kalian ambil saya nggak akan punya uang lagi, saya bukan orang berada seperti kalian" lirihnya
"bodo amat!! cepat!!"
Aluna menatap ketiga pembully yang mulai melancarkan aksinya namun Aluna melihat CCTV dan mengambil sebuah kursi, ia mengarahkan nya ke arah pembullyan tersebut
"Hai! sedang apa?" tanya Aluna mendekati ketiganya
"lu?! lu siswa baru itu kan? yang rumornya dekat dengan rain? gak usah belagu lu"
"kenapa?" sinis Aluna
"lu siswa barukan? belum tau kita siapa? mendingan lu pergi dari sini sebelum-"
"sebelum apa? hah? kalian pikir aku takut? cuih, kecil" sinis Aluna menghina mereka agar gadis tersebut bisa lepas dari pegangan salah satu pembully tersebut
"habisi dia!!" teriak seseorang yang merupakan bos nya
rain yang berniat menghampiri Aluna tiba-tiba di tarik si trio, rain khawatir Aluna akan berakhir babak belur jika berurusan dengan geng pembully itu
setiap aksi mereka selalu berhasil lolos dari CCTV sekolah, namun Aluna juga sudah berpikir sejauh lima langkah dari mereka yang di bully, dia mengarahkan kamera CCTV ke mereka sekarang
"jangan, liat aja, cewek lu itu hebat" bisik Rio
"tapi sisir itu..."
"tenang aja, Aluna menang nanti" bujuk tio
sedangkan Aluna yang di layangkan bogem berhasil menghindar kemudian menendang bokong wanita itu secara bergantian hingga mereka terpental tepat ke kaki rain dan si trio kembar
"ra-rain?" kaget mereka
bagi yang belum dekat dengan rain, pria itu tampak seperti malaikat maut dengan wajahnya yang sangat tampan
"kamu!! beraninya ka-"
brugh
Aluna menendang pergelangan kaki bos pembully itu, ia menarik rambut nya kemudian mengambil sisir gadis itu, Aluna tau itu, ia berasal dari Australia dan itu adalah hal biasa di luar negara namun Aluna tau silsilah di Indonesia berbeda dengan Australia
"lu berniat mengancam gadis itu kan? dengan pisau murahan lu ini?" tanya Aluna
"iya!! kenapa?! lu nggak suka, hah?!!" bentaknya
"jelas aku tak suka makanya gue mau memberantas kalian!"
"justru akan jadi boomerang karena lu sudah menodongkan senjata tajam ke kami"
"masa? aaahh takut" ledek Aluna
"sayangnya gue nggak sebodoh itu, lihat" tunjuk Aluna ke CCTV yang sejak tadi merekam mereka
"say hello dong, hay" ajak Aluna
gadis tersebut memberontak kemudian membuat pisau yang di pegang Aluna menggores tangannya, bahkan rain bisa melihat darah menetes ke lantai
"SIALAN!"
"mau kemana lu, hah?!" halang si trio kemudian tak lama beberapa guru dan seorang kepala sekolah datang untuk mengamankan ketiga anak itu
"Aluna" panik rain
rain segera melepas dasinya dan melilit luka Aluna yang seperti nya lumayan lebar
"nggak sampai menyentuh nadi kok, aman"
"aku nggak peduli, luka ya luka" sinis rain kemudian membersihkan darah Aluna yang tadi menetes ke lantai
"ka-kakak?"
"iya?"
"terimakasih, seandainya bukan karena kakak, aku pasti sudah kehilangan uang ku"
"iya nggak papa, lain kali orang seperti mereka itu harus di berantas! oke? lawan! jangan diam aja, ya?" bujuk Aluna
"i-iya kak"
"sekarang kamu ikut ke bk dan katakan semua kejahatan mereka, jangan takut, ada kami kok, dan kamu nggak usah khawatir, kamu sekarang akan berada di pengawasan kak rain"
"aku?! kenapa aku?!"
"cuma kamu yang terkenal, aku nggak"
"i-iya"
"ayo sana" usir rain
"i-iya kak"
rain menghela nafas, Aluna ujung ujungnya akan menyusahkan dirinya seperti sekarang, meskipun Aluna yang akan terus mengawasi gadis itu hanya saja dengan embel embel namanya yang ada ia akan semakin terkenal
"aku hebat kan sayang?" tanya Aluna dengan bangga, namun kata terakhir itu membuat rain bergetar tak karuan
"he-hebat"
"aku cinta kamu"
"aku nggak" dingin rain
"nggak papa, tapi aku tetap sayang sama kamu dan akan terus memanggil kamu sayang"
"ta-"
"kamu tuh ya! udah nolak aku! sekarang me-"
"ya ya ya terserah kamu"
rain menatap luka Aluna yang sepertinya lumayan lebar, rain langsung menariknya untuk ke UKS dan mendapatkan penangan di sana
. UKS.
"luka Aluna cukup dalam, kalian bisa ke rumah sakit dekat sini untuk mendapatkan jahitan, mungkin Aluna akan di rawat inap 24 jam"
"tapi-"
"baik, bisa tolong siapkan surat rujukan nya? saya akan antar dia ke sana"
"baik"
"rain! apa apaan sih kamu?! aku nggak mau? palingan ini-"
"kamu nggak tuli kan Aluna?! ini dalam dan lebar! bisa menyebabkan kamu kekurangan banyak darah, kenapa sih"
"aku nggak mau nggak masuk sekolah masa..."
"nggak usah khawatirkan itu"
"ta-"
"diam aja!!"
brak
"ALUNA!!!"
Aluna tersenyum kikuk, ia lupa bahwa ia juga punya sahabat, bisa saja setelah tau berita itu ia akan ke UKS dengan air mata yang sudah menganak sungai
"aaaaahhh lu nggak papakan?! si brutal itu ak-"
"udah udah nggak usah khawatir, aku ba-"
"ayo ke rumah sakit sekarang" dingin rain
"rumah sakit? Aluna kenapa rain?"
"lukanya cukup dalam dan lebar, harus di jahit, di sini nggak ada suntik bius biar Aluna nggak kesakitan"
"ta-"
"yaudah kamu antar Aluna biar aku bikinin kalian surat izin, ya?" ujar lita
"ta-"
"den, mobilnya sudah siap"
"ayo"
"ta-"
"DIAM!" bentak lita dan rain
"yaudah"
.....
"nomor mama kamu mana?"
"mau ngapain? nggak usah nanti mama ak-"
"mana!"
"iya iya, bentar aku kirimin"
"nama mama kamu siapa?"
"Aiya Xander"
"oke"
rain menunjukkan chat nya kemudian membuat Aluna sedikit tantrum, ia tak bisa membayangkan mamanya membombardir dirinya dengan banyak pertanyaan
"kenapa chat mama ku sih!!"
"kenapa?"
"udah biasa ka-"
"ini Indonesia bukan Australia, kamu nggak pulang di sana nggak masalah, Indonesia kalau kamu nggak pulang maka banyak yang akan menjadi tanda tanya"
"iya iya si paling pinter tau semua"
"sini"
rain menarik karet yang ada di kantung mobilnya kemudian mengikat rambut Aluna yang tergerai, khawatir nya sehelai rambut Aluna akan terjatuh dan mengenai lukanya nanti
"kamu tuh sebenarnya cinta nggak sih sama aku? kok care banget"
"aku nggak cinta sama kamu" sinis rain kesal dengan pertanyaan Aluna yang itu itu saja, bahkan tak ada selain itu yang mau Aluna lontarkan
"den, sudah sampai"
"ayo, kamu bisa jalan kan? kalau nggak ak-"
"nggak usah nanti ka-"
rain segera turun dan meminta Aluna juga turun, namun benar kata rain, karena darahnya yang kian berkurang membuat Aluna pusing
grep
"ayo rain! dia kekasih mu!! kamu harus kuat! demi Aluna" batin rain mengangkat tubuh Aluna ala bridal style
namun jauh dari prediksi nya, ternyata Aluna tak seberat itu, ia bisa dengan entengnya menggendong Aluna yang mulai ingin pingsan
"Ada apa?!"
rain langsung menyodorkan kertas hasil rujukan dari sekolah nya, perawat yang berjaga di sana segera meminta agar Aluna di baringkan di brankar dan menuju ICU
...
bersambung