Anak itu tumbuh di keluarga kaya. Dia mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan segala macam hal-hal yang penting bagi orang kaya. Namun, dia terlalu fokus pada semua itu. Anak itu tumbuh menjadi orang egois, dia merasa tidak pernah bantuan orang lain, uang bisa melakukan segalanya. namun suatu ketika ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan, dia tinggal sendiri bersama para bawahannya, tapi ketika dia sakit, seluruh hartanya di curi dan semua bawahannya meninggalkannya. dalam keadaan menderita dia terbaring di rumah sakit, tanpa keluarga dan istri. dia baru menyadari pentingnya seorang istri, dan keluarganya. meninggal dalam penyesalan dan bereinkarnasi di Dunia lain. Dunia yang unik dan penuh dengan kultivasi. di sini dia akan berjuang demi kehidupan yang layak dan berdiri di puncak kultivasi.
Namun dia tidak punya akar spiritual, bagaimana dia bisa berdiri di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musim semi
Tiga orang itu melayang-layang mendekat, menyimpan pedang terbangnya lalu berjalan.
Pria tua itu lumayan rupawan. Dia memancarkan aura peri yang kuat. Energi Hijau memenuhi ujung kakinya ketika melangkah. Menatap bayi di pelukan Liu Changhai, matanya berbinar-binar. Dia kemudian menghela nafas menyaksikan keengganan di wajah Liu Changhai. Pria itu tahu apa yang dipikirkannya. Dia mengulurkan tangannya.
Cahaya hijau menyelimuti tubuh bayi perempuan itu. Liu Changhai ingin mempertahankannya, tapi tangannya terlalu lemah dan bayi itu melayang-layang ke depan. Liu Changhai berlari, tapi dua wanita di samping menjentikkan jarinya, dan tanaman rambat muncul melilit tubuh Liu Changhai dan tidak membiarkannya bergerak. Sementara Sang bidan hanya bisa bersujud ketakutan. Dia tidak akan berani melawan.
Liu Changhai hanya bisa merelakannya sembari menangis. Sementara Xiao Li bersembunyi, bertanya-tanya apa peri abadi itu akan mengambil akar spiritual adiknya.
Dia ingin menghentikannya, tapi apa yang bisa dilakukannya? Xiao Li hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa.
Ketika bayi itu mendarat, Pria itu berkata, “anak ini akan menjadi abadi yang kuat, biarkan aku yang membawanya.”
Ketika tiga orang itu ingin berbalik, Liu Changhai berkata, “Anakku baru lahir, apa kalian para peri sangat tega kepadaku? Selain itu, dia masih bayi dan membutuhkan seorang ibu. Kalian para peri sudah mengetahuinya, putriku akan menjadi peri abadi yang berbakat. Aku sangat senang dapat melahirkannya dan desa kami sangat bangga akan memiliki seorang peri, namun tidak ada artinya jika putriku nantinya tidak mengenaliku dan desanya sendiri.”
Pria itu menatap bayi di pelukannya. Menyentuh dahinya, ada seberkas cahaya hijau muncul lalu terbang ke arah dahi Liu Changha. Pria itu lalu berkata, “dia akan mengenali ibu dan desanya ketika besar.”
Berbalik lalu secepat kilat menghilang, dan tanaman rambat yang mengurung Liu Changhai perlahan-lahan menghilang.
Bidan yang bersujud berdiri. Dia tidak bisa berkata apa-apa tentang semua ini. Dia sangat ketakutan terhadap tiga orang Sekte langit dan tidak ada yang berani menentang mereka.
Dia memberi hormat dan salam lalu pergi dari sana.
Liu Changhai lama menatap langit. Matanya mulai bergenang air mata. Dia bertanya-tanya apa menjadi peri abadi hidupnya akan seperti ini? Putrinya baru lahir dan dia belum sempat melihat wajahnya langsung diambil begitu saja. Bagaimana putrinya akan hidup di sekte itu? Siapa yang akan menjadi ibu keduanya di sekte itu, dan meskipun dia mengetahui orang tuanya, apa putrinya akan mengakui mereka berdua?
Xiao Li memahami penderitaan ibunya. Dia perlahan-lahan mendekat, bertanya hati-hati, tapi sebelum itu, Liu Changhai berkata, “Para peri membawa adikmu pergi. Mereka akan membuatnya menjadi peri abadi. Kamu harus bangga, tidak banyak anak-anak yang dapat masuk ke Sekte langit.”
Meski ibunya berkata seperti itu, Xiao Li kecil memahami apa yang dikatakannya; orang dewasa bisa berkata lain, tapi hatinya tidak pernah berbohong. Memegang tangannya, menatap langit hitam penuh bintang-bintang lalu bertanya, “ibu, bagaimana cara menjadi peri abadi?”
“Ibu tidak tahu. Hanya orang-orang yang ditakdirkan langit yang bisa menjadi peri abadi, menjelajah seluruh dunia dan berhak memimpin dunia. Kita para manusia fana tidak akan mengetahuinya dan bukan takdir kita untuk bertanya seperti itu. Li’er, jika kamu ingin menjadi peri abadi, kamu bukan orangnya. Adikkmu mungkin menjadi seorang peri besar nantinya, tapi ibu takut, dia....”
Ibunya tidak melanjutkan.
Xiao Li penasaran, mengangkat wajahnya menatap bibirnya tapi dia tidak bertanya. Dia memiliki filosofi, jangan terlalu banyak bicara, jangan terlalu ingin tahu hati seseorang dan jangan percaya kepada seseorang.
...****************...
...****************...
Pada musim semi awal tahun, umur Xiao Li akhirnya menginjakkan empat tahun. Dia diberikan bebas berkeliaran. Tapi, dia masih anak yang aneh. Ketika para anak-anak sibuk bermain, dia duduk di jembatan memandang aliran sungai yang tenang. Teman-temannya menanggap sangat aneh. Mereka penasaran dan ikut duduk bersamanya. Xiao Li tidak memancing tapi memperhatikan aliran sungai.
Ketika teman-temannya bertanya, dia menjawab, “Aku mencari sesuatu di dalam aliran sungai.”
“Kau hanya duduk, apa bisa kau dapatkan?”
Xiao Li tidak menjawabnya. Itu membuat orang-orang kesal dan meninggalkannya.
Yang lewat dari aliran sungai hanya barang-barang yang tidak berguna, hanya daun-daun kering, ranting dan sampah-sampah yang tidak berguna. Xiao Li ingat dengan masa mudanya di kehidupan sebelumnya. Dia yakin, hanya orang lemah yang mengikuti arus dan dia tidak akan mendapatkan sesuatu yang berharga dari mengikut arus. Jadi dia harus bergerak maju meski menyakitkan.
Pada saat itu masih pagi. Pada jam sembilan hingga sepuluh Xiao Li sering melakukannya. Dia yakin dengan seperti ini tulangnya akan jauh lebih kuat dan sehat.
Aliran sungai yang tenang dan jernih dapat memantulkan cahaya biru langit dan matahari.
Di sungai itu, ibunya sering mencuci. Xiao Li tidak suka mencuci dengan manual, sehingga dia memerlukan penyesuaian. Dia anak yang mandiri, namun dia masih memerlukan waktu untuk mencari uang sendiri. Xiao Li berencana secepat mungkin memulai bisnis dan menjadi milyarder di dunia ini. Selain itu.... Dia juga ingin menjelajahi dunia kultivasi, tapi bagaimana caranya?
Dia belum tahu caranya tapi dia yakin bisa mendapatkannya dari buku.
Sepanjang musim semi Xiao Li melakukan hari-harinya dengan merenung.