"Aku tidak mau menikah dengan Rizky!" teriak Lisa. Tapi apa daya takdir seolah-olah mengikat pernikahan itu.Kini ia tengah menangisi dirinya sendiri karena akan menjadi calon pengantin baru setelah malam perpisahan ini.
Siapa sangka bahwa dirinya sudah dijodohkan saat berumur 10 tahun oleh kedua belah pihak. Rizky yang baru saja berumur 18 tahun itulah yang melamar Lisa yang masih kecil dan polos.
Bahkan pertemuan mereka hanya terjadi sekali sewaktu Lisa berumur 10 tahun. Tidak adanya keakraban maupun kemesraan yang terjadi apalagi cinta.
Akankah pernikahan tanpa berlandaskan cinta dapat terus bertahan? Apakah Lisa hanya akan diam dan tidak memberontak mengenai pernikahan ini?
Kepoin cerita serunya yuk! Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lei., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Aku Berada di Jalan yang Tepat?
Perkataan masih belum diucapkan ibunya tetapi ibunya sudah langsung memegang erat kedua bahu Lisa.
Gadis itu pun sampai terkejut dan ketakutan.
“Gawat. Apa aku sudah ketahuan? Gimana ini jika Ibu sampai marah?”
Seribu pikiran Lisa membuat dirinya semakin takut dan khawatir ditambah lagi dengan pandangan Ibunya yang lurus dan mendalam.
“Ke-kenapa, Bu?” tanya gadis sekali untuk memastikan.
“Huh.”
Helaan napas panjang Ibu membuat Lisa semakin bingung dan merasa aneh.
Seharusnya setelah ujian dan berlanjut ke malam perpisahan, gadis itu akan pergi menikah.
Ibu dan ayahnya seharusnya sudah menikmati keuntungan sesuai kesepakatan.
“Lalu buat apa Ibu tampang sedih begini lagi?” ucap batin gadis itu.
“Nak ... soal kamu nikah dua hari lagi ... Ibu ... mau bilang sesuatu sama kamu.”
Gadis itu pun tetap berusaha untuk tidak terharu dengan drama apa yang akan dimainkan oleh ibunya.
“Soal kehadiran kamu, itu memang keinginan kami. Ta-“
“Gak usah bertele-tele lagi, Bu. Kehadiranku adalah keinginan kalian dan bagaimana alur hidupku juga harus sesuai dengan keinginan kalian. Aku muak!”
Setelah kalimat itu diucapkan, gadis itu berusaha melepaskan bahunya dari cengkraman ibunya.
Tetapi sayangnya tidak berhasil dan tampak wajah Ibu Lisa semakin memerah.
Entah semakin terlarut dengan badai kesedihan atau semakin berkobar api kemarahan.
“Dengar, Nak. Apa yang terjadi dengan dirimu dan apa yang telah kamu lihat selama ini bukanlah suatu kesimpulan yang bisa langsung kamu ambil.”
“Hah? Apa maksud, Ibu?”
Ibu pun menarik napas dalam-dalam dan membuangnya begitu panjang seperti cinta kasihnya selama ini kepada anaknya.
“Kamu akan mengetahui jawabannya setelah menikah nanti. Suatu hari, kamu akan mendapatkan kesimpulan sesungguhnya yang jauh dari pemikiranmu selama ini.”
Lisa pun hanya menatap bingung dan masih belum begitu percaya dengan apa yang telah diucapkan sang Ibu.
Ia masih belum sanggup mencerna arti sesungguhnya dari kalimat itu.
Ibu pun memberikan kecupan kecil kepada anak gadisnya sebagai ucapan selamat malam dan hendak beranjak pergi dari kamarnya.
Tetapi saat Ibu sudah membuka pintu dan melihat anak gadisnya sekali lagi yang masih mematung, ia pun berkata sedikit renungan.
“Nak, tidak ada orang tua yang tidak sayang dengan anak kandung sendiri. Terkadang cara penyampaian orang tua saja yang salah. Jadi jangan sampai kamu membenci sama orang tua sendiri.”
“Krek.”
Pintu pun tertutup rapat meninggalkan Lisa seorang diri di kamar kosong dan sepi itu.
Masih banyak yang belum dimengerti Lisa karena ucapan orang tuanya yang sangat membingungkan.
“Apa-apaan ini? Semuanya bukan sesuai dengan pemikiranku? Hah? Bukannya sudah terpampang jelas kalau aku ini hanya memberi mereka keuntungan?”
Beberapa menit kemudian, Lisa bergegas pergi ke kamar ibunya untuk hendak mempertanyakan kebingungannya selama ini.
Tapi di saat Lisa sudah memegang gagang pintu kamar orang tua mereka, gadis itu malah terdengar perbincangan orang tuanya.
“Pa, Lisa sudah mau nikah. Papa janganlah begitu tegas dan galak kepada dirinya lagi. Lisa hanya a-“
“Sudahlah Ma! Mau bagaimana pun seorang Ayah harus mempunyai didikan keras. Tidak usah Mama tegur!”
“Itulah kesalahanmu, Pa! Kamu tetap akan membuat dia salah paham terus. Mau sampai kapan kamu selalu menegur anak kita dengan alasan keuntungan yang didapatkan sesuai kesepakatan? Padahal kamu sendiri yang memberinya kebahagiaan dan kenyamanan!”
“Hah!” sontak Lisa.
Omongan itu membuat Lisa terkejut sampai tidak sengaja tangannya bergerak sendiri sehingga menghasilkan bunyi pintu.
“SIAPA?” teriak Ibu.
Lisa pun menoleh ke sana sini karena panik.
“Aduh! Apa aku langsung kabur saja ya?”
Suara langkah kaki Ayah yang berat terdengar semakin jelas.
Lisa pun sampai membeku sendirinya karena panik dan entah mengapa tubuh seperti tidak bisa digerakkan.
“Lisa ya?” ujar Ibu sekali lagi.
“Ah, i-iya, Bu. Ini Lisa.”
“Krek.”
Pintu pun dibuka oleh Ayah dan tampak wajah ayahnya yang sangat galak di hadapan gadis kecilnya.
Ibu pun mengintip dari dalam dan bertanya kepada anaknya, “Ada apa, Nak?”
“Oh, tidak apa-apa. Salah jalan saja.”
Lisa pun berjalan kembali ke kamarnya dengan gaya jalan robot yang kaku.
...----------------...
Keesokan harinya setelah ujian akhir sekolah selesai, Lisa pun pulang ke rumah dan makan dengan lahap semua lauk-lauk yang tersedia.
“Harus makan lebih banyak biar ga cepat laper waktu kabur. Ini harusnya bentar lagi Bibi Siti datang buat alihkan perhatian Ibu dan Ayah. Aku harus cepat.”
Ia pun langsung bergegas masuk ke kamar dan berusaha mendorong lemari itu lebih kuat lagi untuk mengambil koper yang tersembunyi.
“Ting Tong.”
Bel pintu berdering dan terdengar oleh Lisa.
“INI SAATNYA LARI!”
Lisa pun mengintip Ayah dan ibunya yang sedang berbincang-bincang dengan keluarga Bibi Siti.
Kemudian ia pun membuka kamar pintunya pelan-pelan sambil membawa koper itu keluar.
Dengan senyap ia membawa koper tersebut ke halaman belakang.
Tetapi saat ia mulai mendorong ke koper tersebut, dari kejauhan terdengar “LISA! LISA!”
Gadis itu mulai panik dengan teriakan Ibu yang mencarinya.
“Aduh! Harus segera balik ini. Kalau tidak, Ibu pasti sadar kalau aku hilang!”
Lisa langsung berlari masuk kembali ke rumah dan bergegas menuju kamarnya kembali.
Tapi sayangnya ia terlambat selangkah karena ibunya sudah membuka pintu kamarnya dan tidak menemukan dirinya di kamar.
“Hosh, hosh.”
Suara napas terengah-engah Lisa malah membuat Ibu terkejut dan khawatir melihatnya.
“Kenapa kamu, Nak? Kok sampai napas terengah-engah begitu?”
“Ibu sih yang teriak Lisa dari ... tadi sampai Lisa ... lari cepat-cepat gini, huh.”
Ibu pun mengelap keringat di wajahnya dengan lembut.
“Ibu cuma mau suruh kamu sapa tamu di luar kok.”
Setelah Lisa begitu lama bersosialisasi di ruang tamu, ia pun bergegas menjalankan kembali rencana untuk melarikan diri.
Tapi sebelum itu, gadis cantik nan pintar itu berpura-pura terlebih dahulu untuk masuk ke kamar agar tidak terjadi kecurigaan oleh orang tuanya.
Beberapa menit kemudian, gadis itu pun bangkit berdiri karena waktunya sudah tiba untuk melarikan diri.
Tapi saat ia berjalan dan memegang gagang pintu, ada pikiran-pikiran yang terlintas tiba-tiba di benaknya.
“Apakah ... aku sudah berada di jalan yang tepat? Bagaimana dengan Ayah dan Ibu? Apakah mereka akan baik-baik saja? Atau ... mereka bisa sedih dan sakit hati?”
Akhirnya gadis itu pun menunda waktu lebih lama lagi karena berjalan mondar-mandir memikirkan segala konsekuensi.
“Tapi ... rencana ini sudah lama ku tunggu.
Aku ga boleh luluh dan rencana selama 3 tahun ini gagal!”
Ia pun keluar dari kamar dan menuju halaman belakang.
Tapi sebelum menginjakkan kaki di luar, ia pun memejamkan matanya sebentar. "Semoga ini adalah jalan terbaikku."
1 /Coffee/ kopi + 2 /Rose//Rose/ bunga sebagai semangat..