NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:39.5k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlalu Lancang

Naura terpaksa harus menunda niat awalnya untuk pergi ke dokter lantaran Bagas yang tiba-tiba datang menghampiri dan membawanya ke tempat ini. Sebuah restauran yang pengunjungnya tidak begitu ramai, dengan posisi duduk paling pojok kanan, tepat di dekat jendela yang melihatkan jalanan yang dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Awalnya, Naura menolak keras untuk ikut. Bagaimanapun ia belum kenal betul dengan Bagas, dan harus berhati-hati mengingat Bagas yang merupakan teman dari Regan-si brengsek yang menghancurkannya pada malam itu. Biasanya, sikap seseorang tergantung pada teman bergaulnya, bukan?

Tidak menutup kemungkinan bahwa Bagas juga memiliki sikap jahat yang sama dengan Regan.

Dan Naura harus waspada dengan hal itu.

Namun, sekuat apa pun ia menolak, Bagas tetap memaksanya. Bahkan cowok itu sampai menyebutkan bahwa dia berani bertanggung jawab jika saja akan terjadi sesuatu nantinya. Bagas juga mengatakan bahwa ia ingin bicara mengenai kejadian pada malam itu.

Entah membicarakan hal apa.

Selain malu, Naura bahkan sangat muak ketika mengingat hal mengerikan itu lagi.

"Kamu mau pesan apa?"

Baru beberapa saat mendudukkan tubuhnya di kursi, Naura sudah ditanya ingin memesan menu apa di restauran itu. Jujur, itu membuat Naura kebingungan di tempatnya. Bagaimana bisa ia menyebutkan makanan yang ia inginkan di tempat ini, sedangkan untuk duduk saja sebenarnya ia tidak mau.

Naura diam saja, dengan pandangan yang tak tentu arah, membuat Bagas yang mengerti akan hal itu, hanya menghela napas panjang di tempatnya. "Baiklah, saya anggap kamu menyerahkan semuanya kepada saya. Biar saya pesan menu yang sama saja."

Lagi dan lagi Naura tidak menjawab di tempatnya. Sebenarnya Bagas ingin bicara atau makan bersama? Bukannya apa, kalau niat awal hanya ingin bicara, harusnya dia membawa Naura ke tempat yang sedikit sepi atau semisal taman, contohnya. Bukan malah ke tempat makan seperti ini. naura jadi semakin kebingungan di tempatnya.

Untuk menyebutkan makanan saja ia tidak berani, apalagi jika harus makan di hadapan laki-laki yang bahkan ia sendiri belum mengenalnya. Bagaimana nantinya? Ditambah dengan perasaan resah mengenai harga makanan yang akan ia bayar nantinya. Takut kalau uang di dompetnya tidak mencukupi.

"Naura? Saya mau bertanya."

Naura yang mulanya menundukkan kepala, sedikit mendongak dan menatap Bagas. "Kenapa ?"

"Mohon maaf sebelumnya, beberapa hari terakhir ini saya mengikuti kamu dan memerhatikan kamu dari kejauhan. Saya rasa, kamu juga menyadari hal itu. Benar?" Bagas berkata dengan tatapan yang entah bagaimana maksudnya. Seperti tatapan yang penuh dengan rasa iba.

Tanpa ragu, Naura mengangguk karena ia memang tahu kalau Bagas mengikuti dan memerhatikannya beberapa terakhir ini.

"Saya sudah lama mencari kamu."

Ucapan Bagas membuat Naura mengerutkan kening di tempatnya. "Untuk apa?"

Tidak terdengar jawaban beberapa saat sampai Naura mendengar helaan napas panjang yang berasal dari cowok yang ada di hadapannya. "Sebagai sahabat, jujur saya tidak menyangka kalau Regan akan melakukan hal sejahat itu sama orang yang bahkan nggak dia kenal sedikitpun. Saya tahu, kelakuannya sangat keji, dan berdampak buruk bagi kamu. Saya minta maaf akan hal itu."

Bagas ini hanya sekadar sahabat dari seorang Regan, tapi kenapa sampai meminta maaf seperti itu?

Naura tahu, ia sendiri akan merasakan hal yang sama jika berada dalam posisi yang sama juga. Yang ia herankan, kenapa harus Bagas yang minta maaf? kenapa harus dia yang datang dan mencaritahu tentangnya? Kenapa dia yang merasa bersalah?

Sedangkan si pelaku entah ke mana dan bagaimana.

Naura kembali menundukkan kepalanya, menautkan jemari tangan pertanda bahwa ia bingung harus berkata apa. Di sini ia benar-benar takut dan gugup.

"Naura, sebagai seorang sahabat, saya juga tidak mau kalau sahabat saya menjadi orang jahat yang tidak bertanggung jawab. Saya tahu, kejadian itu selain membuat tubuh kamu rusak dan hancur, kemungkinan akan membuat kamu menerima kenyataan yang akan lebih sakit lagi nantinya. Maksud saya sorry, hamil."

Tatapan Bagas kepada Naura berubah, seperti merasa bersalah karena sudah mengatakan hal selancang itu. Bagaimanapun kenyataan itu tidak harus ia jelaskan secara gamblang, ia juga tidak memiliki hak yang lebih untuk membahas hal itu. Namun, seperti yang ia katakan bahwa sebagai sahabat, ia tidak mau kalau Regan-sahabatnya menjadi orang jahat yang tidak bertanggung jawab. Setidaknya, ia harus segera mempertemukan kedua orang itu dan membicarakan apa pun yang harus dibicarakan nantinya.

Meski sampai detik ini, cewek yang ada di hadapannya hanya diam saja dengan wajah penuh takut dan kebingungannya.

"Naura, mohon maaf sebelumnya kalau saya lancang." Bagas berdeham, sedikit ragu untuk menanyakan hal itu. "Kamu ... sudah memastikan semuanya? Maksudnya kamu sudah pergi ke dokter untuk periksa?"

Demi apa pun, Naura sendiri sedikit terkejut mendengar Bagas mengatakan hal itu. Memang, siapapun tahu kalau kejadian malam itu mungkin akan berdampak lebih selain kehancuran dalam hidupnya. Bukan hanya cowok itu, Naura sendiri pun sudah mengira hal yang sama. Namun, Naura tidak ingin mendengar pertanyaan seperti itu dari orang lain. Bertanya kepada diri sendiri saja sudah membuatnya merasa menjadi perempuan paling kotor sedunia, apalagi jika ditanyakan oleh orang lain.

Naura menelan ludah ditempatnya. Persetan dengan apa yang ia rasakan, harusnya kenyataan itu sudah bukan menjadi rahasia lagi jikalau Bagas memang sudah tahu mengenai kejadian itu. Tidak ada salahnya ia mengatakan hal yang sejujur-jujurnya kepada Bagas. Jujur kalau saat ini ia juga belum tahu menganai kenyataan itu.

"A-aku belum tahu."

Bagas mengerutkan keningnya. "Kamu belum memeriksanya?"

Naura menggeleng sebagai jawaban.

Bagas menelan ludah, menyiapkan kata-kata yang mungkin akan lebih lancang lagi daripada sebelumnya. "Sorry, Naura, saya akan kembali menanyakan hal yang mungkin terdengar lancang bagi sebagian orang. Selama ini, apa kamu sudah merasakan tanda-tandanya?"

Sebagai seorang laki-laki, harusnya Bagas tidak setahu itu mengenai apa yang mereka bicarakan. Tidak perlu diperjelas pun Naura sudah tahu bagaimana maksudnya. Mungkin pertanda yang dimaksud adalah pertanda kehamilan yang memang sudah ia rasakan beberapa hari belakangan. Lalu bagaimana? Apakah Naura juga harus menceritakan hal itu?

Kalau iya, jika memang ia hamil, memang apa yang akan dilakukan oleh Bagas?

Memberitahu kepada si pelaku atau hanya mengatakan kata-kata iba dan kasihan saja?

"Naura?" Bagas kembali berkata karena Naura belum juga memberikan jawaban. Meski ia sudah tahu kalau diamnya Naura adalah sebuah jawaban yang secara tidak langsung dia mengatakan kalau pertanda itu memang sudah ada dan sudah dirasakan olehnya. Bagas hanya ingin memastikan saja, agar ia bisa tahu hal apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

"Iya." Dengan jawaban singkat itu, Naura berharap kalau Bagas tidak akan bertanya lebih dalam lagi karena jujur saja, Naura sudah tidak sanggup menjawabnya. Bayangkan, sudah seberani apa Naura sekarang. Di saat Ibu dan orang terdekatnya saja tidak tahu dengan hal itu, dia malah menceritakannya kepada Bagas yang asal-usulnya saja ia belum tahu.

Sebagaimana yang Naura harapakan, beberapa menit ia tidak mendengar bagas bersuara lagi, membuat hati dan pikirannya sedikit lega. Namun tidak lama dari itu, lagi dan lagi naura mendengar helaan napas panjang dari Bagas. Entah karena apa, mungkin karena ketidakpercayaannya dengan apa yang diucapkan oleh Naura sendiri.

Atau mungkin, helaan napas panjang itu bentuk dari rasa iba dari seorang Bagas.

"Saya benar-benar tidak menyangka dengan ini semua. Anggap saja saya terlalu berlebihan, tapi, bisa kamu pastikan dengan saya langsung? Maksudnya, biar saya antar kamu ke rumah sakit untuk memastikan semuanya."

1
who i am?
sudah GK ada harapan lagi kah Thor..?
Reyhan Gaming
sudah dtunggu ni
Reyhan Gaming
kok updet lagi ,22
Emi Maesa
kerennnn
Hani: mampir dikaryaku ya readers /Pray/
total 1 replies
kopisusu
author kemana kok gak up sma sekali, aku nungguin thor, 😭
Reyhan Gaming
kok nggak up lagi sedang asik crita nya
who i am ?
thor kenapa belum up juga,
syisya
Regan udah mulai nakal 😂
kopisusu
kapan up thor
who i am ?
belum up Thor..?di tungguin lhooo
Neneng Dwi Nurhayati
gak jelas orang tua
lebih milih orang lain dari pada anak keluarga nya
kopisusu
iya jdi kesel banget sma naura gk keluar, sdh tau bagas memicu terjadinya perang
who i am ?
kenapa Naura ga keluar rumah aja si...
kopisusu
nyesek banget rasa nya 😭
Ketut Arsani
dari judul dan cerita sih bagus, tapi pas di baca sedikit berat dan puyeng jadi gk pengen lanjut, maaf y thor di ringankan dikit tulisan nya, padahal keren, semangat trs y
who i am ?
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
kopisusu
gk sabar nunggu naura cerita ke regan
who i am ?
semangat terus thorr
kopisusu
aaaa sayang bgt gk tuh nauraaa
kopisusu
naura jaga kepercayaan regan yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!