NovelToon NovelToon
Pelukan Mantan Ketua Gangster

Pelukan Mantan Ketua Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Model / Romansa / Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Dentuman musik dj dengan bass keras mengisi udara kosong di atas kerumunan orang yang sedang menari-nari di tengah ruangan. Lampu remang-remang berwarna keunguan dan lampu sorot yang bergerak kesana-kemari membuat tempat itu seakan menjadi lebih hidup.

"Hi, cantik..," ucap seorang pria pada wanita yang menari dari tadi di tengah kerumunan. Dia hanyut dalam gerakan pelan namun menggoda wanita itu, banyak pria bergantian untuk bisa menari di dekatnya. Gaun mini, stocking jaring dan makeup natural yang menampakkan kecantikan alaminya menarik mata para pria yang melihatnya.

Florin sudah hampir dua jam berada disana. Sebuah bar yang berada di sudut kota. Dia sungguh menikmati tiap gerakan yang menampakkan lekuk tubuhnya dengan sangat jelas, seakan dia sengaja melakukannya meski dalam kondisi setengah sadar. Dia sudah menghabiskan tiga botol wine sebelum bergabung dengan kerumunan.

"Ahh kepalaku sakit," gumamnya mencoba keluar dari kerumunan.

"Kau mau kemana?" seorang pria tak dikenalnya menahan tangannya. Merasa enggan jika Florin pergi dari sana. Tapi tanpa menjawab, Florin menatap pria itu tajam dan melepas tangannya dengan mudah. Dia berusaha berjalan tegak keluar dari kerumunan, dia sempoyongan dan butuh sesuatu sebagai penahan dirinya agar tak terjatuh.

Florin melangkah masuk ke lorong yang berada disudut bar. Dia mencoba melihat papan penujuk arah yang bertuliskan toilet dengan jelas, tulisannya tampak kabur. Dia yakin ke arah yang benar, toilet. Dia menyusuri lorong dan mencari toilet. Terlalu banyak pintu di lorong itu, dan tak ada tulisan ataupun tanda toilet terpampang.

Lorongnya juga tampak sepi, Florin masih berusaha maju dengan menempelkan telapak tangannya ke dinding. Menyusuri lorong itu berharap bisa menemukan toilet dan menyadarkan dirinya. Tanpa dia sadari, ada yang mengikutinya.

"Ahh," rintih Flo saat kakinya kesandung oleh kakinya sendiri dan hampir terjatuh. Tapi herannya dia tak merasa sakit sedikitpun. Seseorang menangkap nya, pria yang barusaja membuka pintu dan keluar dari salah satu ruangan menahan dirinya agar tak terjatuh.

Pria itu mengernyit tak suka, dia melihat sekitarnya. Dua orang pria berada tak jauh di belakang wanita yang baru saja muncul di hadapannya. Dia memperhatikan dua orang itu dengan seksama, dan tak lama keduanya berbalik dan pergi.

"Kenapa kau berbalik?" tanya salah satu pria itu pada pria lainnya.

"Kau ingin mati? Itu Liam," jawabnya panik. Dia mempercepat langkahnya berharap keluar dari lorong segera.

"Liam? Maksudmu Ketua Geng Zion?"

"Ya, lupakan wanita itu. Kalau kau tak ingin mati bersamanya."

"Kasihan sekali, wanita yang malang."

Dua pria itu menghilang dengan cepat di ujung lorong, sekarang hanya ada dia dan pria itu, berdua. Florin dan seorang pria bernama Liam. Florin mendongakkan kepalanya, melihat tangan siapa yang berada di bawah dadanya.

"Kau..! Kau pria tampan," Florin mengedipkan matanya perlahan beberapa kali. Dia masih mencoba untuk berdiri tegak, dan.. Puk. Kedua tangannya merangkup wajah pria yang tak dikenal nya dalam telapak tangannya.

"Whooaa," sekelompok pria yang ada di dalam ruangan bersorak histeris melihat apa yang dia lakukan. Sementara Liam hanya mengernyit tampak menahan amarahnya.

"Ternyata ada pria yang lebih tampan dari si brengsek itu." Flo memain-mainkan pipi kanan dan kiri Liam seperti slime. Dia sungguh sudah diluar kendali sekarang. "Karena kau tampan, kau boleh menyentuhku. Dia bahkan menjadikannya alasan, Brengsek itu..?!" Flo meraih tangan pria itu dan meletakkan nya tepat di dadanya.

Gluk.

Terdengar bunyi aneh dari dalam ruangan, sekelompok pria tadi menelan ludah serentak ketakutan melihat apa yang sudah Florin lakukan.

Liam menarik tangannya dan hampir membuat wanita itu terhuyung hampir jatuh, tapi dia langsung menangkapnya lagi.

"Keluar!" bentak Liam dengan suara berat yang tegas. Sontak membuat sekelompok pria itu bergegas keluar dari ruangan, lewat di belakang Florin dengan hati-hati berusaha tidak mengenainya. Lebih dari sepuluh orang keluar dari dalam sana dan bergegas pergi menyusuri lorong.

"Ehh? Eh? kenapa banyak sekali yang keluar dari dalam sana? Apa ruangannya sebesar itu?" Florin berniat ingin melihat ke dalam ruangan, namun tepat saat dia bergerak Liam menggenggam tangannya dan menariknya masuk. Dia menutup pintu keras, membuat sekelompok pria yang baru saja keluar terkejut.

"Sepertinya ini akan menjadi pekerjaan penutup kita," ucap seorang pria yang masih berjalan tak jauh dari ruangan tempatnya berada tadi. "Begitu Liam keluar, langsung bereskan mayatnya nanti."

Dua pria yang mendengar nya langsung mengangguk dan berdiri di depan pintu. Menjaga ruangan itu tetap aman tanpa ada gangguan.

Sementara di dalam ruangan, Liam mendorong Flo kasar membuatnya terduduk di sofa hitam.

"Hei wanita, aku tak tau siapa yang mengirimmu. Tapi aku sudah memutuskan untuk membubarkan Geng Zion. Jadi katakan pada bos mu kalau aku tak akan terlibat lagi.," ucap Liam setelah berjongkok dan menatap Flo serius.

"nakksdehjdkajshdndje," Flo meracau tak jelas. Sesuatu yang tak bisa di artikan.

"Apa yang kau katakan?" Liam mengernyit tak paham, "Aku tak peduli apa yang akan kau sampaikan, jadi keluarlah sekarang. Aku tak ingin menyakiti siapapun."

Tuk.

Kepala mereka terbentur saat Florin menunduk, Liam sungguh sudah menahan dirinya dari tadi. Jiwa gangster nya sangat ingin mencabik-cabik wanita itu karena sudah menyentuhnya. Tapi dia sudah bertekad untuk mengubah dirinya dan melanjutkan hidupnya menjadi orang baik.

Liam mendorong kepala Flo dengan ujung jari telunjuknya, membuat Flo tersandar ke sofa. Wanita itu tampak sedang berusaha membuka matanya lebar-lebar.

"Kau.. Kau—kenapa kau mengusirku? Bukankah kau ingin menyentuhku? Sentuh aku, lakukan itu denganku." Flo meraih rambut pria itu dan menjambaknya. "Kenapa kau melakukan itu dengannya, dia sahabat ku. Kau tau itu, dari semua banyak wanita di dunia ini mengapa harus dia.?! Brengsek?!! Kau pria biadab."

"Kau wanita gila!? Lepaskan tanganmu dari rambut ku!" Liam mencoba melepaskan rambutnya dari wanita itu. Tapi genggaman tangan kecil wanita itu membuatnya harus merasakan sakit saat melepas tangannya, untung saja rambutnya tak copot.

"Apa dia hanya seorang wanita yang mabuk karena putus cinta?" gumam Liam. "Ah sudahlah, terserah kau saja. Kalau kau tak ingin keluar biar aku saja."

Deg. Deg—Deg..

Jantungnya tiba-tiba berdebar saat Florin menahannya, saat wanita itu menggenggam tangannya ingin ia tetap disana. Ini pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang berbeda. Debaran itu menjadi tak karuan saat melihat wajah Flo yang memerah dan menggoda. Dadanya menyembul di atas gaun mini yang dia kenakan, membuat pikiran Liam tak fokus.

Dan satu tarikan.. Liam terdorong padanya, Flo menariknya. Wajah mereka dekat, sangat dekat. Mereka bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, Liam mencium bau wine yang menyengat dari wanita itu. Jika dia tidak menahan tangannya di sandaran sofa mungkin wajah mereka akan bertemu—bibir.

Florin tersenyum, "Ternyata kau memang bukan dia, tapi kenapa kau begitu tampan? Kau bahkan lebih tampan, kukira tak ada lagi pria yang lebih tampan darinya. Kau..," Flo tiba-tiba meraih sesuatu di balik celana jeans yang di pakai pria itu. Liam langsung terkejut, merasakan sesuatu tiba-tiba mengeras di bawahnya.

"Kau.?!" bentak Liam padanya.

"Aku juga ingin merasakannya..," ucap Flo dengan wajah memelas yang penuh hasrat namun tatapannya memancarkan kesedihan yang mendalam. Membuat pikiran Liam langsung melayang ingin meniduri wanita itu di bawahnya, dia tak bisa lagi menahannya.

"Jangan menyesalinya," tanpa aba-aba apapun Liam mencium Flo dengan begitu brutal dan ganas. Mulutnya seakan ingin memakan Flo hidup-hidup. Bibir mereka tertaut satu sama lain seakan menyatu menjadi satu. Sementara tangan Liam berada di paha wanita itu, terus ke bawah. Liam melepaskan heels perak yang Flo kenakan tanpa melihatnya. Dia mendorong tubuh Flo bersandar kuat pada sofa.

Liam duduk di sofa dan berganti posisi, dia mengangkat tubuh Flo dengan mudah berada dalam pangkuannya. Kakinya terbuka lebar karena instruksi Liam yang bisa melakukan apapun dengan tangannya yang berotot. Mereka kembali berciuman, hanyut dalam gelora panas yang diciptakan oleh lidah masing-masing.

"Kau manis, sangat manis.. Mmhhhmmmhh," Liam menarik wajahnya untuk tak menjauh, tangannya memegang kepala Flo dan perlahan membelainya. Ciumannya terlepas.

"Ahh," rintih Flo saat Liam menghempaskannya berbaring di sofa. Tubuhnya mengeliat di bawah pria itu, sementara Liam sedang membuka kancing kemejanya dan melepasnya, membuangnya entah kemana. Kaki Flo menyiku, membuat gaunnya terangkat hingga pinggangnya. Menampakkan segitiga berenda berwarna hitam di antara pahanya.

Liam menciumnya lagi sebelum tangannya memegang gaun keperakan wanita itu dan menariknya ke atas, melepasnya hingga membuat wanita itu setengah telanjang di hadapannya. Dada yang padat dan perut langsing tanpa lemak, Liam mulai menyusuri nya. Tak melewatkan satu lekuk pun.

Desahan-desahan nikmat terdengar dari mulut Flo yang setengah terbuka. Ini pertama kalinya dia merasakannya, merasakan bercinta dengan seseorang. Seorang pria yang bahkan dia tak tahu namanya.

"Kau ingin merasakannya kan," Liam tersenyum lebar saat mengeluarkan sesuatu dari balik celananya.

"Aaaaauuuhhhhh," rintih Flo kesakitan.

Dua pria yang berdiri di depan ruangan bisa mendengar rintihannya. Bayangan kematian tragis wanita itu terbayang dalam benak keduanya saat mereka bertatapan. Seolah mereka memikirkan hal yang sama. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.

Sementara itu udara dalam ruangan semakin memanas dan dipenuhi suara desahan nikmat tak bisa dijelaskan. Di bawah cahaya lampu yang remang-remang, dua insan menyatu di tengah malam. Merasakan percikan kenikmatan yang mereka ciptakan.

...----------------...

1
Luka Ingin Mencintai
mampir kak...🙏, folow aku balik ya kak.../Smile/
Agus Tina
kayaknya bagus ... cuus
ros
Luar biasa
LxyHa
kasian nya si flo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!