NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah

Terpaksa Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Ririn Yulandari

Kara sangat terkejut saat Ibunya tiba-tiba saja memintanya pulang dan berkata bahwa ada laki-laki yang telah melamarnya. Terhitung dari sekarang pernikahannya 2 minggu lagi.

Karna marah dan kecewa, Kara memutuskan untuk tidak pulang, walaupun di hari pernikahannya berlangsung. Tapi, ada atau tidaknya Kara, pernikahan tetap berlanjut dan ia tetap sah menjadi istri dari seorang CEO bernama Sagara Dewanagari. Akan kah pernikahan mereka bahagia atau tidak? Apakah Kara bisa menjalaninya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Yulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berbohong

Paginya, aku datang kekantor dengan mata sembap. Karna tak ingin orang-orang kantor tahu bahwa mata ku bengkak karna terlalu banyak menangis, aku memutuskan untuk memakai kacamata. Tentu saja orang-orang menatap ku dengan pandangan aneh. Tapi tak ku hiraukan.

Sampai di ruang kerja aku mendapati sudah ada beberapa orang kemudian aku menyapa mereka seperti biasa. Salah satu dari mereka kemudian bertanya kenapa ku memakai kacamata hitam di dalam ruangan begini.

Dengan tetap mencoba terlihat santai, aku menjawab dengan sedikit berbohong bahwa mata ku sedang sakit. Ya, benar aku sakit tapi bukan sakit mata , tapi sakit hati. Aku kemudian mulai mengecek apa saja yang akan aku kerjakan hari ini. Mengecek komputer dan lain-lain. Kebetulan aku bekerja di bagian pemasaran.

"Gilaa! Cewek independen gue udah dateng nih. Kenapa tuh Buk tumben pake kacamata di dalam ruangan kaya gini. Kacamata hitam lagi."

Kaget? Tentu saja, karna sedang asik menyusun list kerjaan hari ini, aku tiba-tiba di kagetkan dengan suara cempreng yang bersumber di samping ku.

"Ck, ngagetin lo!" aku berdecak kesal karna kaget mendengar suara cempreng sahabatku.

"Kenapa lo, sakit mata apa sakit hati?" tebak Disha asal. Sahabat ku sejak kuliah sampai sekarang, persahabatan kami sudah terjalin kurang lebih 6 tahun.

"Udah gak usah tanya-tanya, dan jangan natap gue kaya gitu kalau gak mau ketularan sakit mata," ujar ku berbohong mengalihkan pandangan ku dari Disha.

"Beneran??? Padahal gue cuman asal ceplos lho??"

"Udah gak usah cerewet, kerjain kerjaan lo. Ketahuan Bu Adis, gue gak mau ikut-ikutan di marahin."

"Ck, orang belum datang kali. Gak usah takut," kata Disha mulai menyalakan komputernya.

Aku memilih tak menyahuti perkataan Disha, karna jika di jawab maka urusannya akan panjang.

Tak lama dari itu Ibu Adisty tepatnya Bos di divisi pemasaran pun datang. Ia berjalan dengan elegant masuk keruangan tanpa membalas sapaan dari para bawahannya.

Ruangan yang tadinya hening semakin hening saat tau Ibu Adis sudah datang. Bahkan untuk sekedar bergerak saja kami semua kaku. Kami semua semakin menyibukkan diri lebih tepatnya sok menyibukkan diri. Setengah jam Bu Adis berada di dalam ruangannya dan kemudian kembali keluar. Untuk mengontrol dan mengecek pekerjaan kami, ku lihat dia melangkah mendekat padaku.

"Yang saya suruh kemarin apa udah siap?" tanya Bu Adis to the point.

"Oh iya Bu, kebetulan sudah saya cek semua dan kebanyak ga sesuai kriteria perusahaan kita Bu, hanya ada sepuluh orang yang termasuk Bu," jawab ku sopan. Ya, pekerjaan ku adalah staff HRD.

"Ya sudah, bawakan saya datanya."

"Baik Bu." Aku mengangguk paham lalu bernafas lega saat Bu Adis pergi. Tiba-tiba saja wanita itu kembali berbalik lagi menatap ku, membuat ku menahan nafas. Takut ada kesalahan yang ku perbuat.

"Itu kacamata lupa kamu lepas? Apa gak gelap kamu lihat komputernya??"

Aku menarik napas. "Maaf Bu, sebelumnya. Mata saya sedang sakit Bu, saya takut ini akan menular, jadi saya pakai kacamata Bu."

Bu Adis tampak membulatkan bibirnya dan mengangguk mengerti. "Oh yasudah, lanjutin pekerjaan kamu dan ga usah natap saya kaya gitu."

Aku menunduk sopan saat sadar tatapan ku pada Bu Adis sedikit intens. "Maaf Bu."

Tanpa berniat menjawab perkataan ku, Bu Adis pun berlalu pergi masuk kembali keruangannya.

"Ra, tumben lo kepo??" suara Disha dari samping membuat ku menoleh ke arahnya dimana Disha sedang menatap komputer yang ada di depan ku.

"Hah? Maksud lo?" tanya ku bingung.

"Itu komputer lo di pencariannya  nanya siapa anak pemilik Dewaganari grup?" Disha langsung tersenyum misterius.

"Apa? Gue salah pencet."

"Ah, masa? Gue percaya gak yaa?" Disha semakin tersenyum menggoda.

"Yaudah kalau mau percaya terserah, kalau enggak percaya juga terserah. Gak ada pengaruhnya di gue," ucapku kembali memfokuskan pandangan pada komputer didepanku. Mengetik asal disana agar Disha tak semakin curiga.

"Gue dengar-dengar nih ya, anaknya Pak Dewa ganteng lho. Masih muda udah jabat CEO. Duh, yaallah calon suami idaman banget," Disha merasa berbunga-bunga saat mengatakannya.

"Gak sedikit juga anak pejabat dan anak teman Pak Dewa yang mau jodohin anaknya ke anak Pak Dewa."

"Gue gak nanya. Mohon maaf aja," ucap ku seakan tidak perduli.

"Lo kan belum sempat nyari info tentang anaknya Pak Dewa. Jadi, karna gue sedikit tau gue kasi tau lo lah,"cibir Disha merasa kesal.

"Makasih infonya, tapi, sekarang gue mau kerja. Jadi ceritanya di pending dulu aja."

"So sibuk lo," Disha semakin mencibir.

"Emang sibuk kok," sahut ku akan menuju ruangan Bu Adis.

"Awas aja kalau lu dimakan. Gue yang paling pertama ketawain," kata Disha. Tapi, takku hiraukan ucapannya.

...Ω...

Aku mengetuk pintu ruangan Bu Adisty pelan. Sambil berkata. "Ini saya Bu, Kara."

Bu Adhisty segera menyahut dan mempersilahkan ku masuk. Di dalam aku melihat Bu Adhisty membaca sebuah dokumen. Saat dia menatap ku segara aku membuka suara dan memperlihatkan laporan pemasaran yang ku bawa. "Ini bu data-data pelamar yang Ibu minta," ujar ku memberikannya sebuah dokumen kepada Ibu Adhisty.

"Oke, nanti saya periksa lagi ," katanya. "Oh iya, saya panggil kamu kesini bukan cuma buat minta bawain data pelamar, saya mau ngomong sesuatu."

Perkataan Ibu Adisty barusan membuat aku seketika gugup bercampur takut, takut ada kesalahan yang ku perbuat sehingga dia akan memarahi ku. Dengan berusaha terlihat tenang aku menyahuti. "Apa itu bu? Apakah saya ada kesalahan atau Ibu memerlukan sesutu?"

Wanita itu menggeleng. "Bukan, saya cuma mau ngasi tau. Rencananya mau ajak kamu dan teman-teman kamu buat liburan, yang mungkin cuma ke puncak lah. Buat refresing karna tiga bulan ini kalian sudah berkerja keras dan beberapa kali lembur," ucap Ibu Adisty membuat aku bisa bernafas lega mendengarnya.

"Baik bu, nanti saya info kan ke yang lainnya dan akan menanyakan kapan mereka bisa."

"Kalau menurut saya sih pas wekeend, tapi minggu depan saya mau ada acara keluarga dulu. Sebaiknya minggu setelahnya lagi, bagaimana menurut kamu?"

Aku mengangguk. "Itu hari yang bagus bu, nanti saya tanyakan ke yang lain. Apakah bisa hari minggu kedua atau tidak."

"Oke, nanti info kan ke saya. Kamu boleh balik," kata Bu Adisty setelah dia merasa tak ada lagi yang akan di sampaikan kepada ku.

Aku pun mengangguk lalu pamit dari ruangan itu, aku tak lupa menutup pintu kembali setalah berada di luar. Ku lihat Disha yang menatap penasaran ke arah ku, dan saat aku sudah duduk di kursi gadis itu langsung saja melayangkan pertanyaannya. "Di tanya apa aja lu sama Ibu Adis?"

"Cuma ngasi data-data orang yang lamar kerja, terus kita semua di ajak buat liburan ke puncak buat dua minggu ke depan. Katanya sebagai refresing karna tiga bulan ini kita semua udah bekerja keras," ulangku menjelaskan perkataan Bu Adisty kepada Disha.

"Wah seru tuh, tumben Bu Adis baik dan kepikiran ke sana. Gue sih gas aja, tapi tanyain ke yang lain mereka bisa apa ngga. Tapi, harus di usahakan bisa sih," ujar Disha.

Aku pun mengangguk. "Nanti kalau istirahat baru gue infoin ke mereka. Sekarang kerja dulu," kata ku segera mengusir Disha agar balik ke mejanya.

"Gapapa gue mau gosip sesuatu, jangan di usir dulu," katanya yang tak aku hiraukan.

"Lagi banyak kerjaan gaada waktu buat ngegosip, mau lu di omelin Bu Adisty kalau ketahuan??" tanya ku dan Disha langsung menggeleng.

Dengan perasaan sedikit kesal ia pun kembali ke mejanya yang ada di samping kanan ku. "Dengan terpaksa ceritanya harus gue pendam dulu," gumamnya yang masih bisa aku dengar.

1
Keyla Fatimah Az-zahra
sangat bagus saya suka
Lutfi_NL
good👍👍
Lutfi_NL
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!