Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Awalnya Anthony tidak memperhatikan kalau di dalam kerumunan pengunjung dan wartawan yang ada di hadapannya, terdapat wanita itu. Dia baru tahu setelah wanita itu merogoh saku dan mulai mendekatinya dengan cepat. Saat jarak mereka mulai menipis.
Untung saja Anthony berhasil menangkap tangan wanita itu sebelum berhasil menikamnya. Karena pisau yang ditemukannya terjatuh di lantai sangatlah tajam. Pisau yang kecil namun setajam itu akan dapat membuat luka fatal di tubuhnya.
Dia tidak pernah menyangka wanita itu berani melakukan hal ini. Tapi ... Menurut laporan yang diberikan oleh sekertarisnya, dia bisa mengerti kalau wanita itu mencoba membunuhnya.
Dan sekarang wanita penuh hawa balas dendam itu takluk lagi di bawahnya. Tubuhnya sedikit lebih kurus dari terakhir mereka bertemu. Tapi tatapan mata membara serta penolakan yang kuat membuat Anthony bersemangat. Dia penasaran bagaimana rasa wanita yang kini perangainya berubah itu.
Mungkin pergumulan mereka akan disertai beberapa cakaran yang seksi. Juga gigitan-gigitan kecil yang mulai membuat gairah Anthony membara. Berbeda dari pertama kali mereka melakukannya.
Tapi saat wanita itu lebih memilih mati daripada harus bersamanya, Anthony mundur. Dia melepas tangan wanita itu dan duduk di tempatnya.
"Tidak ada gunanya aku membunuhmu" jawabnya menanggapi permintaan wanita itu.
"Kau sudah membunuh kedua orang tuaku, menghancurkan hidupku dan merebut tunanganku. Kenapa kau tidak membunuhku juga??" kata wanita itu dengan suara kecil namun penuh amarah.
"Aku tidak membunuh mereka"
"Apa?? Kau memang biadab"
Wanita itu meloncat ke arahnya berusaha untuk memukul. Tapi Anthony lebih cepat dan berhasil membuat wanita itu duduk di pangkuannya. Hal itu membuatnya menegang. Apalagi wanita itu tidak berhenti meronta dan menggoyangkan tubuh di atasnya. Sebuah pose yang nyaman, pikir Anthony. Tapi dia tidak akan melakukan hal itu di mobil.
"Diam lah! Tidak lama lagi kita akan sampai dan kau boleh memukulku nanti" goda Anthony lalu menempatkan wanita itu kembali di tempatnya.
Mobil masuk ke dalam kawasan rumah utama keluarga Cooper. Wanita yang sejak tadi fokus pada dirinya mulai melihat keluar jendela.
"Dimana ini?" tanya wanita itu.
"Rumahku"
Rumah? Kawasan seluas ini disebut rumah oleh pria biadab itu?
Joanna tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Sebuah kawasan seluas lima hektar yang dibangun dengan sangat terperinci. Terdiri dari lima rumah besar dipisahkan halaman seluas lapangan bola, lapangan tenis, kolam renang, lapangan golf, danau dan sungai buatan. Serta beberapa hutan kecil yang dibuat begitu estetik, memperhatikan jenis tanaman musiman yang ditanam. Sehingga dapat memperlihatkan keindahan kawasan ini sepanjang tahun disebut rumah oleh pria biadab itu?
"Gila" ucap Jo kesal karena melihat kemegahan kawasan rumah utama keluarga Cooper. Apalagi deretan pengawal yang membungkuk saat mobil melewati mereka.
Mobil berhenti di sebuah rumah yang memiliki gaya eksterior seperti istana seorang pemimpin negara. Beberapa orang membentuk garis ke pintu masuk rumah, juga membungkuk saat pria itu keluar dari mobil.
Dengan kompak mereka menyapa pria itu
"Selamat datang Tuan"
Bagaimana bisa pria biadab itu hidup sebaik ini? Padahal kegemarannya menghancurkan hidup orang lain.
"Keluar!!" perintah pria itu padanya. Tentu saja Jo menolak.
"Untuk apa aku kesini. Kau tidak berhak membawaku kemari"
"Percobaan pembunuhan pewaris terkaya di negeri ini, menurutmu hukuman apa yang diberikan polisi pada penjahat seperti itu?"
"Aku tidak peduli hukuman apa yang akan mereka berikan" jawab Jo tidak menyangka kalau pria itu akan menarik dan mengangkatnya seperti karung beras.
"Tuan, apa tidak sebaiknya kami yang ..." kata salah seorang pengawal yang mendekat tapi pria itu menolak bantuan mereka.
"Aku bisa menangani ini"
"Sial, lepaskan aku!!!" teriak Joanna yang terus meronta sampai akhirnya punggungnya terhempas kuat di sebuah landasan yang empuk.
"Wanita yang merepotkan" kata pria itu melepas jas dan kemeja. Mempertontonkan dada telanjang lalu kembali menekannya di atas ranjang.
"Apa yang akan kau lakukan?! Lepaskan aku!!"
"Cobalah kalau bisa"
Sial, pikir Jo mulai memiliki firasat kalau pria itu akan melakukan hal itu padanya. Mengingat betapa sakit saat pertama kali pria itu melakukannya, dia mencoba untuk melarikan diri dengan sepenuh hati. Tapi perlawanannya tidak berarti bila dibandingkan kekuatan tubuh pria itu. Kaosnya dengan mudah robek dan terlempar entah kemana. Begitu juga celananya yang tidak lagi berada di tempatnya.
Lalu pria itu membalik tubuhnya, Membuat Jo seolah-olah seperti manusia kertas yang dapat dengan mudah dihancurkan begitu saja.
"Aaahhhh" teriak Joanna saat pria itu mulai memasuki dirinya lagi. Meski kali ini tidak terlalu sakit seperti pertama kali. Tetap saja dia tidak siap.
"Apa masih terasa sakit? Tenanglah, tidak akan terasa sakit setelah beberapa saat" kata pria itu lalu membungkamnya dengan tangannya yang besar. Sedang tangan yang lain mencengkeram dada Jo yang menggantung.
Kata-kata pria itu terbukti, setelah beberapa saat memang tidak terasa sakit. Hanya saja, harga diri Joanna terlanjur terluka karena bisa dengan mudah diperlakukan seperti ini oleh pria itu. Dia hanya bisa pasrah saat pria itu terus masuk dan memuaskan diri di dalam dirinya.
Napas terengah-engah pria itu terdengar di telinga Jo. Seakan baru saja berlari lebih dari lima kilometer. Sedangkan Joanna tidak merasakan apa-apa selain marah dan kesal.
Pria itu membalikkan tubuh Jo dan mereka saling menatap selama beberapa waktu. Tapi Jo merasa jijik. Dia memilih untuk mengabaikan tatapan pria itu dan melihat ke arah lain.
"Istirahatlah. Aku akan menyuruh orang untuk menyediakan makan untukmu"
Pria itu bangkit, membetulkan celananya, menarik selimut untuk menutupi tubuh Jo dan pergi.
Jo bangun, melihat bajunya yang terlempar jauh dari ranjang. Dia ingin mengumpulkan semuanya tapi pintu terbuka membuatnya cepat-cepat kembali di balik selimut.
"Selamat siang. Ini adalah beberapa makanan yang kami pikir Anda sukai. Dan juga baju ganti untuk Anda" kata seseorang yang tampak seperti pelayan. Namun memiliki mimik wajah kurang menyenangkan.
Jo diam saja, tidak menjawab. Dia tidak suka ada orang melihatnya dalam keadaan seperti ini. Sangat memalukan.
Setelah pelayan itu pergi, Jo segera mengumpulkan pakaiannya. Kaosnya tidak bisa dipakai lagi, tapi celananya bisa. Untuk menutupi badan bagian atas , dia memutuskan memakai jaketnya saja. Lalu Jo membuka pintu dan berharap bisa melenggang pergi keluar dari rumah ini. Namun ...
"Anda tidak diperbolehkan keluar. Perintah Tuan Cooper" ucap dua pengawal yang berada tepat di depan pintu.
Apa Jo menurut? Tentu tidak. Dia tetap saja berjalan keluar tapi dua orang berbadan gempal itu mengembalikannya ke dalam kamar. Lalu menutup pintu dengan keras.
Jo melihat jendela yang besar dan mulai berpikir akan pergi dari sana. Begitu dia membuka jendela, Jo sadar hal itu mustahil dilakukan. Dua pengawal telah bersiap di bawah jendela yang terletak tiga lantai dari permukaan tanah.
Lalu, bagaimana caranya dia bisa pulang? Kalaupun dia bisa keluar dari rumah pria itu, bagaimana caranya dia melewati pengamanan berlapis kawasan istana Cooper ini? Takutnya, sebelum bisa benar-benar keluar dari kawasan ini, dia hilang didalam hutan dan mati sia-sia.