Dijebak suami sampah? Di tipu sahabat sendiri? Di buang oleh keluarganya? ya itu semua adalah kehidupan suram Fellora di masa lalu, Tapi ia kini bangkit dengan indentitas baru untuk membalaskan dendam nya.
"Mengapa kita tidak memotongmu menjadi potongan kecil dan memberikannya untuk anjingmu? Hm? Kemudian kita akan lihat seberapa setia anjing lapar yang sebenarnya.
Kamu tidak akan pernah mengerti kehancuran yang kamu lakukan pada seseorang sampai hal yang sama dilakukan padamu."~Fellora
"Gue nggak peduli ayah dari bayi ini,benih yang ditanam di rahim lo ini! Yang pasti gue cuman ingin menjadi ayah untuk bayi ini, meskipun ini bukan darah daging gue,gue akan memperlakukan layaknya anak kandung. Dan gue juga nggak bakalan melarang lo buat deket sama cowok lain! Yang penting gue bisa jadi ayah yang baik buat bayi ini!"
_Farka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Nurapiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
first meet
Casandra mencoba menenangkan diri dengan menghirup udara malam yang segar, tetapi angin yang menusuk tulang rusuknya hanya membuat hatinya semakin nyeri. Perasaan yang terluka dan kecewa memenuhi pikirannya, menciptakan lingkaran kegelisahan yang tak terputus.
Ditengah gelapnya malam, Casandra merasa terpukul dan tak memiliki tempat untuk pulang. Dia merasakan beban hidupnya menekannya dengan begitu berat. Rasa putus asa menguasai pikirannya, dan dia berlutut di sisi jalan jembatan, menyadari kesalahannya dalam membuat keputusan pernikahan yang salah.
"Hiks!"
Isakan itu terus keluar dari mulut Casandra, bergema di sekitar jembatan yang sepi. Tubuhnya gemetar karena kehancuran emosional yang dia alami. Kehidupannya terasa seperti reruntuhan di hadapannya, dan dia merasa tidak mampu lagi merangkai potongan-potongan itu menjadi utuh.
Sementara itu, di kejauhan, mobil hitam bermerek Chevrolet Camaro RS melintas dengan kecepatan tinggi. Farka, yang merasa kesal dan frustasi dengan panggilan di earphone-nya, memutuskan untuk mematikan sambungan itu.
Dia menarik earphone-nya, melemparkannya dengan geram ke kursi mobil dibelakangnya dan menghela nafas dalam-dalam.
"Kalau bukan karena bisnis, udah lama gue putuskan pertunangan ini!" gumam Farka dengan kesal.
Tepat saat mobil itu mendekati jembatan, Farka, sang pengemudi, memperhatikan seseorang yang berdiri di pinggir jembatan.
"Apa yang dia lakukan!" ucap Farka dengan nada kebingungan, terkejut melihat perempuan yang tampak rapuh dan lemah melihat ke bawah.
Tanpa berpikir panjang, Farka menghentikan laju mobilnya dengan cepat. Ia melompat keluar, meninggalkan pintu mobil terbuka dan langsung berlari menarik tangan Casandra dengan spontan kehadapannya.
"Gila ya lo!!" sergah Farka dengan suara yang penuh kekhawatiran, mencoba mencengkeram tangan Casandra untuk menjauhkannya dari pagar jembatan.
Casandra, yang terkejut dengan kehadiran Farka, menatapnya dengan kebingungan dan kelelahan. Air mata masih mengalir deras di wajahnya, mencerminkan keputusasaan yang mendalam.
Casandra, yang semakin menangis, mencoba melepaskan cengkeraman Farka. Dengan suara lemah, dia berkata,
"Gue nggak pantes hidup!! Gue... Hiks." Tangisannya membuat perkataannya terputus.
Farka tidak tinggal diam. Dia terus menggenggam erat tangan Casandra, tidak membiarkannya pergi. Dengan nada tegas, dia berkata,
"Lo mau apa? Mau terjun?? Emangnya kalau lo udah nggak ada semuanya bakalan selesai??" Rasa khawatir dan emosinya terpancar dari tatapannya.
"Gue... ngga peduli!" gumam Casandra dengan lirih.
Namun sebelum Casandra bisa memegang pagar besi, Farka dengan cepat memeluknya erat dalam dekapannya. Dia memeluknya memberikan tempat yang aman bagi perempuan yang lemah itu.
Benar saja, begitu Casandra merasakan pelukan itu, dia terduduk lemas di pinggir jalan di sisi jembatan, sambil terus menangis. Farka tetap memeluknya erat, sambil mengusap lembut punggung Casandra.
"Keluarin semuanya! Keluarin saja semuanya!" gumam Farka dengan penuh empati. Dia memahami bahwa menangis adalah cara yang baik untuk melepaskan beban emosional yang terlalu berat.
Dalam keadaan yang menyayat hati, Casandra terus menangis dengan keras. Air matanya mengalir deras, mengguncang hati Farka yang kuat. Dia merasakan beban emosional perempuan itu dan hatinya terenyuh.
"Hiks hiks!!" suara isakan Casandra terdengar menusuk hati, sambil terus memukul-mukul pahanya dengan putus asa.
Farka, yang tidak pernah melepaskan pelukan, memutuskan untuk menghentikan tindakan Casandra yang menyakiti dirinya sendiri. Dengan lembut, ia menahan tangan Casandra dan berkata,
"Pukul gue aja! Jangan menyakiti diri lo sendiri!"
Casandra, yang terombang-ambing dalam kesedihan, pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Farka. Ia memukul pelan dada bidang Farka, melepaskan emosi kesedihannya. Suara pukulan itu terdengar di tengah guyuran hujan yang semakin deras.
Dibawah hujan yang terus membasahi mereka, Farka berusaha menenangkan perempuan asing ini. Ini adalah pertemuan pertama mereka, tetapi entah mengapa farka merasa iba melihat perempuan hamil muda ini menangis dihadapannya.
...Bersambung...