Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
Gedung tinggi sebuah perusahaan besar begitu nampak sibuk di saat jam makan siang sudah selesai. Kesibukan mereka yaitu kembali ke tempat kerja masing-masing.
Tapi perhatian semua orang teralihkan kala seorang gadis memasuki kantor tersebut. Dengan langkah anggun yang penuh pesona gadis itu melangkah menuju meja Resepsionis.
Bukan langkah anggun yang di sengaja, tapi memang begitulah Zea. Setiap gerakan tubuhnya terlihat anggun dan elegan. Benar-benar gadis berkelas yang terlihat sulit di jangkau.
"Permisi, ruangan Pak Riki di lantai berapa ya?" Tanya Zea.
Perempuan yang di tanyai bukannya menjawab tapi malah tertegun melihat Zea. Seakan baru pertama kali melihat seorang wanita cantik. Perempuan yang di meja Resepsionis itu malah mengungkapkan kekagumannya.
"Ya Tuhan, betapa indah ciptaanmu. Nikmat mana lagi yang kau dustakan," gumamnya.
Kening Zea mengerut mendengar apa yang di ucapkan oleh perempuan di depannya. Gadis itu melambaikan satu tangannya di depan si Resepsionis agar tersadar.
"Halo, permisi Mbak!" Tersentak kaget si Resepsionis.
"Ah, iya Mbak. Ada yang bisa di bantu?" Tanyanya.
"Ruangan Pak Riki di lantai berapa, ya?" Tanya Zea lagi mengulang pertanyaan.
"Ada di lantai 30, apa Mbak sudah buat janji sebelumnya?"
"Belum sih, katakan saja Zea datang."
"Baik, mohon tunggu sebentar ya Mbak."
Zea mengangguk sembari tersenyum kecil, pandangannya mengarah pada dua orang perempuan lain yang berdiri bak patung menatapnya.
Tersenyum ramah sembari menganggukkan kepala sebentar sebagai tanda menyapa. Kedua perempuan itu sontak saja mengikuti apa yang di lakukan Zea.
"Mbak Zea, silahkan ke ruangan Pak Riki. Beliau sudah ada di tempat dan menunggu Anda," kata si Resepsionis memberitahu.
"Baiklah, terimakasih."
Melangkahkan kedua kaki jenjangnya meninggalkan area lobi perusahaan. Di mana masih cukup banyak karyawan yang berdiri dengan diam menatap ke arahnya.
Antara kagum sekaligus penuh tanya, siapa gerangan gadis cantik yang datang dan mencari atasan mereka.
Setibanya di ruangan yang di carinya, Zea mengetuk pintu dan baru masuk saat sudah di persilahkan. Langkahnya yang pasti membawanya masuk ke dalam.
Di tengah ruangan ada Riki yang sedang duduk dengan gagahnya di balik meja kerja. Setumpuk berkas menjadi pemandangan yang menyakiti mata bagi Zea.
Ia yang lebih suka dengan hal yang berbau seni lukis. Tentu saja sangat tidak suka dengan tumpukan kertas berisi data yang membuatnya pusing. Sebenarnya membuat pusing bukan karena Zea tidak bisa memahami.
Hanya saja Zea memang tidak suka dengan urusan kantor. Meski ia kuliah dengan jurusan bisnis itu hanya di anggap formalitas bagi Zea. Karena tuntutan keadaan keluarga yang memang harus ia mengerti tentang bisnis.
Sedangkan melukis merupakan hobinya dan keluarga juga mendukung untuk itu. Tapi memang Zea berkuliah bisnis dari awal agar ia mengerti tentang urusan perusahaan. Meski gadis itu tidak akan mungkin di biarkan capek-capek bekerja mencari uang.
"Wah wah wah, siapa ini yang datang bertamu ke perusahaan? Ada angin apa yang membawa putri kesayangan Bapak Bambang Prasetya datang ke mari?" Tanya Riki sembari menggoda sang adik.
"Angin kanan kiri," sahut Zea asal.
Riki terkekeh mendengar hal itu, ia berdiri dari duduknya dan mendekati Zea yang sudah duduk di sofa.
"Kenapa, Dek? Apa ini ada hubungannya sama pacar kamu itu?" Tebak Riki yang di angguki oleh Zea.
"Mas, sudah dapat semuanya. Ini lihat sendiri." Zea mengambil ponsel Riki yang di sodorkan ke padanya lalu melihat sesuatu di sana.
Ada berupa pesan teks sekaligus gambar yang tercantum di dalamnya. Tiba-tiba perasaan Zea seperti mati kala mendapati kenyataan yang memang sudah dapat di tebaknya.
Meski Zea baru pertama kali berpacaran dengan Joni. Tapi bukan berarti ia orang bodoh yang tidak bisa menebak tingkah Joni selama ini.
Helaan napas panjang terdengar dari gadis itu yang membuat Riki mendekat. Ia merangkul pundak sang adik lalu mengelusnya dengan lembut.
"Jangn bersedih, lepaskan saja laki-laki seperti itu. Dia cuma mengandalkan kekuasaan dan jabatan saja untuk bisa naik ke level yang lebih tinggi. Memaksakan diri menjadi yang terbaik dengan memanfaatkan orang lain. Mas, gak mau kamu terus sama dia, bisa-bisa kamu di jadikan batu loncatan demi kesuksesannya sendiri."
Lagi-lagi hanya helaan napas panjang yang di kelurkan oleh Zea. Bagaimana pun ia tetap merasa sakit hati terhadap apa yang di lakukan oleh Joni.
Walau harus di akui oleh Zea kalau perasaannya pada Joni memang bukan cinta yang kuat. Mengingat kalau Joni juga tidak pernah memperlakukannya bagaikan seorang kekasih. Perlakuan Joni sejak awal biasa saja dan terkesan monoton, hanya seperti seorang teman biasa bukan kekasih.
Di tambah lagi ia yang sangat sulit di hubungi beberapa bulan ini. Jadilah perasaan cinta di hati Zea sudah memudar untuknya. Namun karena mereka juga pernah bersama dan saling berjanji untuk setia sebelum perpisahan tiga tahun lalu.
Ada rasa sakit yang menusuk di hati Zea, ia selalu berusaha menanamkan keyakinan untuk setia pada satu orang saja. Nyatanya janji setia itu hanya berlaku untuk dirinya sendiri. Orang yang pertama kali mengucapkan janji justru telah mengingkari.
"Sebenarnya aku sudah curiga sejak lama, Mas. Apa lagi ada sebuah akun yang selalu memposting foto yang begitu mirip sama dia. Meski bukan secara gamblang foto itu di unggah, tapi daru beberapa hal yang terlihat aku bisa menebak itu siapa."
Riki menatap sang adik kasihan dan iba, cinta pertmanya terhadap seorang laki-laki lain selain keluarganya. Harus berakhir dengan pengkhianatan hanya demi sebuah status sosial saja.
Dari laporan yang di terima Riki tadi pagi ketika tiba di perusahaan. Di sana tertera dengan jelas mengenai Joni dan semua beritanya.
Joni yang di katakan oleh Zea adalah kekasihnya sejak tiga tahun lalu itu memang benar adanya. Hanya saja sejak datang ke ibu kota, laki-laki itu berubah jadi semakin ganas saat mengenal pergaulan yang lebih luas.
Bahkan banyak hal baru yang di coba oleh Joni sampai hal yang di larang. Namun semua itu tertutupi oleh pera petinggi negara yang menjadi tameng untuknya.
Belum lagi Joni yang juga sudah berselingkuh dengn seorang anak pengusaha yang tidak lain adalah anak dari atasan Joni. Demi mendapatkan status sosial yang lebih tinggi dan di pandang sangat hebat.
Joni mendekati anak pemilik perusahaan tenpatnya bekerja. Dan mereka menjalin hubungan sudah setahun setelah enam bulan pendekatan. Jadi kebersamaan mereka sudah setahun enam bulan, dan enam bulan sisanya ia bersenang-senang. Itu sebabnya Joni sangat sulit di hubungi.
"Mas, dapat undangan pesta pertunangan dari keluarga si perempuan itu. Kalau kamu mau kita bisa ke sana tiga hari lagi," kata Riki.
"Baiklah, aku ikut Mas ke sana. Aku mau lihat dia akan bagaimana kalau melihatku datang di acara itu," ucap Zea.
lanjut torrr