Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 3 Lapor Bunda
•••
Kenzio menatap lama pintu kamarnya, ragu ingin memasuki kamarnya sendiri karena Zafanya ada didalam. Semalam setelah dari kamar mandi, cowok itu segera keluar kamar dan tidur dikamar tamu, mengabaikan Zafanya yang terisak dengan selimut yang menutupi seluruh badan hingga kepalanya.
Setelah beberapa kali ia mengetuk pintu dan tak ada sahutan, akhirnya membuat ia berani untuk masuk kedalam.
Cewek itu masih tertidur meringkuk dengan mata sembab, membuat perasaan bersalah kembali hadir dalam diri Kenzio. Dia berlutut disi ranjang, menepuk pelan bahu Zafanya, Kenzio lalu berbisik membangunkan perempuan itu.
"Za," panggilnya.
Zafanya mengerjapkan matanya, langsung terbangun dengan Kenzio tepat didepan wajahnya.
"Lo ada kelas pagi ini, kan?" Kata Kenzio.
Zafanya diam, berusaha mengumpulkan kesadaran dalam posisi yang belum berubah. Menatap lama Kenzio, dan air matanya tiba-tiba mengalir mengingat kejadian semalam. Sontak ia langsung membelakangi Kenzio, tak berani berhadapan dengan lelaki itu.
"Za," panggil Kenzio tak enak, "maafin gue ya, gue salah, maafin gue." Katanya menyentuh bahu Zafanya yang segera cewek itu tarik bahunya, tak ingin disentuh. Isak tangisnya mulai terdengar.
"Jangan nangis, Za, maafin gue."
"Zafanya," panggil Kenzio lagi, cowok itu mengacak rambutnya, tak tau bagaimana cara menenangkan cewek itu.
"Za, gue minta maaf, gue gila kemaren, nggak waras, maafin gue ya, Za? Jangan nangis lagi."
"Liat gue dulu, Zafanya," panggil Kenzio, dia menarik bahu Zafanya hingga cewek itu jadi tidur telentang.
Sedangkan Zafanya tak ingin menatap cowok sedikitpun, hanya menatap kosong langit-langit kamar. Air mata semakin banyak banyak mengalir karena ia berusaha menahan tangisnya.
Kenzio duduk disisi kasur, tangannya terangkat menghapus air mata Zafanya, "Jangan nangis, Za, gue minta maaf, okey? Nggak akan gue ulangin, Za. Janji."
"Brengsek," lirih Zafanya.
"Iya, gue brengsek, maafin gue, gue nggak tau kenapa kemaren, Za. Gue bejat, brengsek, gila, nggak waras. Lo boleh katain gue apapun, asalkan jangan diemin gue, Za."
"Jangan nangis lagi, Zafanya," Cowok itu kembali menghapus air mata di kedua pipi Zafanya, lalu menyingkirkan rambut Zafanya yang menempel diwajahnya karena air mata.
"Gue harus apa supaya lo berhenti nangis?" Tanya cowok itu bingung, kembali mengacak rambutnya kasar.
Dalam hatinya ia berdebat. Ini salahnya, tapi ia juga ingin menyalahkan Zafanya yang juga salah. Karena hal itu berawal dari Zafanya yang memancingnya terlebih dahulu. Tapi bagaimanapun jelas-jelas ia yang paling bersalah.
Zafanya duduk, lalu mengambil handphone dan menghubungi seseorang. Kenzio hanya diam mengamati gadis itu. Tangannya kembali terangkat untuk merapikan anak rambut Zafanya, menyelipkannya dibelakang daun telinga cewek itu.
Saat telepon tersambung, Zafanya langsung berbicara dengan suara seraknya, "Bunda, mau pulang..." Ucapnya lirih.
"Nggak mau disini, Bunda..." Adunya kembali menangis, membuat Kenzio mengacak rambutnya entah untuk keberapa kali. Dia tak pernah berurusan dengan yang namanya cewek, tentu pusing jika oknum itu menangis tak henti-henti seperti ini.
"Kenapa, Sayang? Ada masalah apa? Kak Ken dimana?"
Kenzio dapat mendengar dengan samar suara Maishafa diseberang sana.
"Mau pulang, Bunda... Nggak mau disini, nggak mau... Kak Ken kemaren—"
Kenzio segera merebut ponsel cewek itu dengan mata melotot terkejut. Dia menelan ludahnya kasar, takut sekali jika Zafanya memberitahu bundanya. Bisa-bisa ia langsung dicoret dari Kartu Keluarga oleh ayahnya.
Kenzio sedikit menjauhi Zafanya yang menatapnya kesal dengan wajah menangis, berbicara dengan Maishafa diseberang sana.
"Halo, Tante, ini Kenzio."
"Oh, Ken. Zafanya kenapa lagi tu, manja banget minta pulang segala." Kata Shafa.
"Zafa lagi demam Tant, terus kemaren Kenzio jahilin Zafa sampai dia jatoh pas ngejar Ken, Tant." Kata cowok itu sembari meringis merasa bersalah, "Maaf ya Tant, anak Tante luka dikit."
Actingnya hebat sekali, bukan?
Zafanya yang mendengarnya menatap cowok itu tak terima, langsung melempari Kenzio dengan bantal-bantal yang ada dikasur sebagai bentuk amukannya.
"Sakit, Za!" Bisiknya pada cewek itu.
"Ohh, gitu doang, manja banget sampe minta pulang. Pasti dia ngerepotin kamu, kan?"
"Enggak kok Tante, pokoknya Tante nggak usah khawatir, Tante percaya kan sama Kenzio, Ken bakal jagain Zafanya kok kayak adek sendiri."
"Iya, Tante percaya, Ayah kamu sering cerita kamu pengen banget punya adek cewek. Yaudah, Tante matiin ya, Ken."
"Iya, Tant."
Telepon sudah mati. Kenzio kembali mendekat pada Zafanya, duduk disisi kasur menghadap cewek itu. Menatap dalam Zafanya dengan perasaan bersalah yang menghimpit dadanya.
"Maafin, ya?" Ucapnya pelan, benar-benar meminta maaf dengan tulus.
"Za?" Panggil Kenzio lagi karna cewek itu hanya diam menatapnya, tangannya bergerak menyentuh tangan Zafanya.
"Maafin gue ya, Za?" Mohonnya lagi.
"Nggak akan pernah gue ulangin lagi, Za, janji. Lo tau'kan gue udah anggap lo adek gue. Maaf, ya? Janji, nggak akan gue ulangin."
Zafanya langsung menarik kasar tangannya mendengar ucapan cowok itu. Cuma adik? Setelah apa yang laki-laki itu lakukan padanya semalam dia masih menganggap Zafanya hanya sebagai adiknya?
"Mau lapor Bunda!" Katanya kesal hampir menangis lagi.
Kenzio segera menyembunyikan handphone cewek itu, "Gue salah apa lagi, Za???" Tanyanya frustasi.
"Keluar, Kak. Males banget banget liat muka lo." Kata Zafanya kembali merebahkan tubuhnya membelakangi Kenzio.
"Ini kamar gue."
"CK!" Zafanya berdecak kesal, dengan wajah kesal menahan tangis dia bangkit dari tidurnya dan keluar dari kamar Kenzio.
Sedangkan Kenzio hanya menatap heran cewek yang menghentak-hentakkan kakinya itu.
"Apa salah gua, njir?"
•••
Kenzio⬇️⬇️
Like komennya mana woiiii!
Candaa
Kakak kakak cantik likenya juseyooo🙂↕️🙂↕️