Saksikan perjalanan seorang gadis yang tidak menyadari apa yang telah disiapkan takdir untuknya. Seorang gadis yang berjuang untuk memahami konsep cinta sampai dia bertemu 'dia', seorang laki-laki yang membimbingnya menuju jalan yang lebih cerah dalam hidup. Yuk rasakan suka duka perjalanan hidup gadis ini di setiap chapternya.
Happy Reading 🌷
Jangan lupa likenyaa💐💐💐
Semoga kalian betah sampai akhir kisah Alsha🌷 Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Eliyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. OSIS
...Assalamualaikum guys!! Sebelum baca, bantu support yaa dengan follow, Like dan komen di setiap paragraf nya!! Karena support kalian sangat berarti bagiku💐Makasiiii!🌷...
...••••...
...🌷Happy Reading 🌷...
...•...
...•...
...•...
...Kita gak pernah tau ke arah mana jalan pikiran kita bermuara. Kita juga gak pernah tau rasa itu berlabuh ke siapa. Faktanya, cinta datang tanpa aba-aba....
...°°°°...
"Kamu ga mau nyalonkan jadi kandidat Ketua OSIS?" tanya Aline yang sambil mengaduk-aduk semangkok baksonya
"Engga deh kayaknya, aku ada kesibukan lain." jawabku sambil memakan satu pentol berukuran sedang.
"Sibuk apa sih kamu Alsha, keknya nganggur-nganggur aja deh."
"Hmm.. aku ga tertarik ikut gituan Aline." Aku mengambil segelas air mineral dan meminumnya
"Mending kamu aja deh yang ikut, kan kamu cocok tuh misal jadi ketua OSIS."
"Cocok darimana? Yang ada nanti anggota nya dididik militer sama dia." Kafka tiba-tiba muncul dari belakang kursi ku, ia ikut bergabung duduk dengan kami
"Hai, Sheena." sapa Keenan, membuat Aline ga jadi merespon ucapan Kafka.
Seperti biasa, aku hanya membalasnya dengan senyum. Meskipun sudah ada 'sesuatu' di antara kami.
"Kayaknya tadi kalo ga salah denger, para guru nyebutin nama Alsha deh." ucap Kafka membuatku sedikit tersedak
"Pelan-pelan Sheena minumnya." ucap Keenan yang membuatku sedikit malu, aku mengangguk pelan.
"Buat apa nyebut namaku?"
"Entah." Kafka mengangkat kedua bahunya
"KALO INFORMASINYA BELUM LENGKAP TUH JANGAN NGASIH TAU. BIKIN ORANG PENASARAN AJA." akhirnya Aline mulai melampiaskan kemarahannya setelah seperkian detik yang lalu Kafka mengejeknya.
"Satu sama!" Abhi menarik bangku di samping Kafka setelah ia memesan makanan
"Siapa yang nyuruh kalian duduk di sini. Hus hus! Tuh banyak bangku yang masih kosong." ucap Aline dengan nada ketusnya
"Ini tuh fasilitas umum, kok Lo yang ngatur sih." balas Kafka
"Tengkar Mulu kerjaannya." ucap Nevan yang sedari tadi diam
"Awas cinlok, baru tau rasa nanti." ceplos Abhi
"Dih." decak Aline. Sedangkan Kafka hanya diam saja, memasang wajah datar.
"Neng Alsha, buku dari Abang Keenan sudah dibaca belum?" tanya Abhi dengan nada genitnya
Aku langsung melihat Keenan yang sedang menatapku juga, sepertinya dia juga menunggu jawabanku.
"Belum sempat baca, kita semalem belajar sampe ketiduran." jawabku
"Seriusan kalian belajar sampe ketiduran?" ucap Nevan seperti gak percaya
"Rajin amat neng."
"Kalo aku sih percaya sama Alsha, tapi kalo sama yang itu tuh.." Kafka sambil melirik ke arah Aline
"ENAK AJA! GUE BUKAN LO YANG SUKA KELUYURAN GAK JELAS YA!" Aline mulai bersuara lagi
Abhi nyikut lengan Kafka, "Naksir loh ya ke Aline? Nyari perkara mulu." Kafka yang mendengar itu semua langsung menginjak kaki Abhi. Dia berteriak, membuat seluruh siswa yang ada di kantin menoleh ke meja kami.
"Heran deh punya temen suka nyari perkara mulu." ucap Nevan dengan nada santai
"HEH! NGACA LO!" Abhi dan Kafka kompak
"Woy! Kalo rame tuh jangan disini! Di hutan sana loh." tiba-tiba segerombolan kakak kelas menghampiri kami. Sepertinya mereka terganggu.
"Ekhem." Keenan tiba-tiba batuk, matanya melirik ke arah segerombolan siswa itu
"Maafin ya kak, ga bakal rame lagi kok." jawabku
"Iya dek gapapa." ucap salah satu dari mereka. Dia adalah ketua OSIS yang bentar lagi masa jabatannya selesai.
"Buset, pas negur aja judes banget, giliran ke Alsha jadi lembek kek tisu kena air." ceplos Nevan setelah segerombolan siswa tadi pergi
"Udahlah, kalian ga usah nyari perkara mulu." ucap Keenan ke temen-temen nya yang langsung membuat mereka terdiam
Setelah beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang, mereka pun langsung melahapnya. Sedangkan aku dan Aline sudah selesai makan, kami hendak beranjak menuju kelas.
"Sheena, bukunya jangan lupa dibaca ya." ucap Keenan yang membuatku menoleh sebentar ke
arahnya. Tangannya sibuk menuang saos ke mangkok mie ayamnya. Sedangkan teman-temannya melihatku dengan senyum kecil. Aku hanya mengangguk pelan, setelah itu pergi ke kelas. Entah kapan aku sempat.
Setelah sampai di depan kelas, tiba-tiba ada suara dari speaker sekolah membuat langkah kami terhenti.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Mohon perhatiannya sebentar, untuk siswa yang disebutkan namanya harap langsung ke kantor guru. Clarabella Belvani XI IPA 1, Elysia Tamara XI IPA 1, Rey Algara XI IPA 1, Arshaka Najendra XI IPA 1, Ghisela Ananta XI IPA 2 dan Alshameyzea Afsheena XI IPA 2. Sekali lagi, siswa yang yang disebut namanya tadi dimohon segera berkumpul di kantor guru, terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
"Loh, ada nama kamu tuh. Buruan sana ke ruang guru." ucap Aline
"Duh, kenapa ya kok aku dipanggil? Apa aku buat kesalahan?" tanyaku dengan nada agak takut
"Gak lah, yang bener aja. Gak mungkin." ucap Aline mencoba menenangkanku
"Udah sana buruan Alsha, daripada nanti kamu kena omel guru" Aline mendorongku supaya cepat berjalan
"Sama kamu yaa." Aku menyeret tangan Aline, terpaksa dia ikut denganku
Setelah sampai sana, kami tak sengaja melihat Nevan yang sedang duduk dengan guru BK.
"Tuh anak ya, baru aja tadi diomongin." Aline menepuk jidatnya. Aku juga heran dengan Nevan, dia hampir setiap hari masuk ke ruang BK. Entah kesalahan apa aja yang selalu Nevan buat.
---------
"Tadi Alsha dan Ghisela dipanggil ya sama Pak Iwan?" tanya Bu Sri, guru fisika sekaligus walikelas kami. Beliau adalah walikelas yang sangat baik menurutku, saat ngajar selalu punya cara supaya kami bisa fokus ke pelajaran, tau sendiri kan kalo kelas kami itu terkenal dengan kelas rame nya. Cuma, kalo soal prestasi, kelas kami masih bisa ngimbangin dengan kelas sebelah. Kalo Pak Iwan itu adalah pembina OSIS sekaligus guru matematika paling galak di sekolah ini, beliau terkenal killer nya. Saking killernya, kalo ada siswa yang telat masuk kelas 5 menit saja, maka siswa itu tidak bisa ikut pelajaran sampai bel pulang sekolah, belum lagi nilai raport kita akan otomatis berkurang duluan meskipun ujian belum dimulai.
"Iya Bu." jawabku
"Emang tadi ngapain Bu dipanggil? Buat perwakilan lomba ya Bu?" tanya Abhi yang duduknya paling belakang sendiri
"Bukan, jadi dalam waktu dekat ini sekolah kita akan mengadakan pemilihan ketua OSIS. Dan siswa yang tadi dipanggil itu adalah kandidatnya."
"Loh cuma dua Bu perwakilan dari kelas kita?" tanya Nevan
"Mentang-mentang Pak Iwan walasnya XI IPA 1, jadi beliau milih anak buahnya." nada Nevan iri
"Hus! Ngawur banget omongan Lo Van." Abhi menyikut Nevan
"Nevan! Kamu sepertinya tidak ada jeranya yaaa masuk ruang BK." Nada Bu Sri mulai tinggi, semua siswa menoleh ke arahnya, membuat Nevan nunduk sebentar.
"Anak itu emang ga pernah kapok ya." ucap Aline
"Sudah sudah, jadi.. kandidat OSIS baru bisa terpilih karena sudah dipertimbangkan baik-baik oleh para guru dan pengurus OSIS lama. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan pembina OSIS yang pilih kasih."
"Baiklah, kita mulai pelajarannya saja, silahkan buka bukunya, PR yang kemaren kita bahas sekarang.." teman-teman sekelas ber-hu pelan. Padahal niat mereka mengajak bicara Bu Sri supaya Pekerjaan Rumah yang kemaren tidak dibahas, sayang sekali Bu Sri bukan tipe guru yang mudah dikelabuhi.
"Yang belum selesai PR nya silahkan maju ke depan." ucap Bu Sri sambil mengeluarkan berkas-berkas yang dibawanya tadi
Tiba-tiba Keenan dan ketiga temannya maju ke depan.
"Astaghfirullah! Kalian lagi!? Sampai kapan kalian begini heh? Kalian tidak bosan dihukum terus sama Bu guru?" Bu Sri mengeluh, seperti sudah capek melihat kelakuan empat siswanya itu.
Mereka hanya diam, menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal sambil nunduk.
"Seragamnya sudah dikeluarkan, atribut tidak lengkap, apalagi kamu!" Bu Sri menarik-narik seragam Keenan yang kosongan. "Mana bet seragam mu?" Keenan hanya diam, membuat walikelas kami semakin naik darah, sepertinya Bu Sri hari ini mood nya kurang baik.
"CEPETAN LARI KELILINGI HALAMAN SEKOLAH 50 KALI!! teriak Bu Sri, membuat kami semua nunduk ketakutan. Ini adalah hukuman paling berat menurutku.
Sebenarnya aku ga berani mengangkat kepalaku, tapi entah kenapa aku ingin sekali melihat reaksi Keenan. Sepertinya aku mulai mengkhawatirkan keadaannya.
"Apa yang kamu rasain saat ini, Sheena?." Keenan mencoba membuka obrolan saat kami sedang berjalan beriringan menuju kelas
"Aku nggak tau, Keenan."
"Aku juga.."
"Ragu, Sheena."
Aku menoleh. Membuat langkahku berhenti, Keenan juga berhenti, laki-laki pemilik wajah tegas itu menatapku.
"Kalo kamu ragu, kenapa kamu ngucapin kalimat tadi?"
"Karena kita gak pernah tau kearah mana pikiran kita bermuara, kita juga gak pernah bisa mengontrol apa yang sudah dirasa. Meskipun aku ragu saat ini, tapi kalimat yang ku lontarkan tadi tulus, Sheena."
Memang iya. Keliatan dari cara dia menatapku dan gaya bicaranya. Itu nyata.
"Sheena? Kenapa diam?" ucapnya lagi setelah melihatku hanya diam menatapnya
"Sheena, terkadang kita dibunuh oleh pikiran kita sendiri, padahal itu belum tentu akan terjadi."
Kenapa pikiranku saat ini dipenuhi oleh nama Keenan sih? Aku melendeh di kursi teras. Sekarang udah jam 11 malam, tapi aku masih belum ngantuk sama sekali. Akhirnya aku memilih keluar rumah, menatap langsung langit malam. Hobiku.
"Dunia itu jahat banget ya buat kita yang susah tidur dan gampang kepikiran." ucapku pada langit malam.
Aku membuang napas panjang, berdiri, hendak masuk ke dalam.
"Lebih jahat lagi, kalo dunia gak mau merayakan dua orang yang saling cinta." ucap seseorang di belakangku. Aku menoleh, eh? Sosok laki-laki tinggi yang memakai Hoodie berwarna putih dan celana biru dongker. Earphone putih melekat di telinganya.
"Lo belum tidur?" ucapnya lagi
"Ini mau tidur."
"Syukurlah."
"Kamu ngapain ke sini, Kafka?"
"Disuruh Keenan."
"Trus Keenan nya mana?",
"Ada urusan. Mangkanya dia nyuruh gue buat memastikan, Lo tidur nyenyak malam ini."
Aku menghela napas panjang. Ngapain Keenan ngelakuin ini semua?
"Oh ya, ada sesuatu yang perlu Lo tau. Sebenarnya yang nyuruh gue buat ngebelain Lo pas di koridor kelas 1 itu, Keenan. Dia yang nyuruh gue buat jaga Lo dari jauh."
Kenapa bukan Keenan sendiri?
"Mungkin, Lo mikirnya, ini berlebihan, tapi percayalah, Keenan benar-benar tulus ke Lo. Dan sekarang Lo rumahnya, jadi gue mohon, jadilah rumah yang nyaman buat dia."
Aku masih menelaah ucapan Kafka. Rumah?
"Gue pergi dulu, jangan lupa kunci pintunya, tutup semua jendela. Gue gak mau angin malam ini, ganggu kenyamanan dua insan yang baru saja meluapkan perasaannya."
Satu insan, Kafka.
Kafka sudah melangkah jauh, dia memarkirkan motornya di depan gerbang rumah, pantes tidak ketahuan. Aku pun masuk ke dalam dengan pikiran yang tambah banyak.
Memoriku terus memutar kejadian itu. Aku benar-benar terjebak. Dan benar, cinta datang tanpa aba-aba.
Nek, aku tidak tau, apa ini cinta yang dimaksud nenek, dulu?
...BERSAMBUNG...
#alshameyzea
#alsha
#keenan
#aboutme
#fiksiremaja
------
Assalamu'alaikum, Hellow guys!! Bantu support yaa dengan follow, Like ❤️ dan komen di setiap paragraf nya!! Makasiiii!🌷💖
Mari kepoin cerita kami di ig: @_flowvtry
Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖
Komen sebanyak-banyaknya yaaa!!!
Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget!!
Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir!!💐
jd pengen baca terus menerus.
ditunggu updatenya kaak