Dia menyukai hujan. Namun tidak semua tentang hujan bisa ia terima. Ia tidak suka kehujanan. Ia pun tidak suka kedinginan. Ia hanya suka ketenangan dibalik berisiknya tiap tetes air hujan yang luruh ke bumi. Sama halnya dengan hujan. Dia menyukai Raka. Namun ia menyukai semua tentang Raka . Tentang cara tersenyum yang justru lebih tenang dari berisiknya air hujan. Tentang mata yang jauh lebih teduh dari langit abu sehabis hujan. Ia hanya mengikuti alur hati yang jatuh cinta. Ia tidak menolak ataupun menahan perasaan itu. Ia menikmati semua cinta dan luka yang ia peroleh dari jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon .Esperanza., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
Bel pulang akhirnya berbunyi. Siswa-siswi yang sudah lesu karena lapar akhirnya kembali menjadi makhluk hiperaktif yang bergegas membereskan buku-buku dan bersiap untuk pulang dan mengisi perut yang sudah kelaparan. "Nitip pulpen dong bu" Tanpa menunggu persetujuan pemilik tas, Raka sudah memasukkan pulpennya ke dalam tas milik Sekar, kemudian menimpuk pelan kepala gadis itu membuat si gadis Sekar berontak marah. Namun sayang, Raka sudah berlari menghindar dari amukan Sekar.
"Gue sumpahin tuh si Raka bakal kena sial" omel Sekar yang tidak bisa mengejar Raka yang sudah terlampau jauh.
"Guys entar malam jadi kan" tanya Zidan dengan suara kalem. Zidan memang paling cool di kelas mereka. Bagaimana tidak laki-laki tinggi dengan kulit putih itu merupakan ketua tim basket yang belum pensiun dari jabatannya, membuat ia semakin digemari para ciwi-ciwi.
"Jadi dong , entar langsung ke tempat biasa aja jam 7 an " sahut Rian yang di angguki oleh semua anggota kelas.
" Eh Sena ,lo jangan lupa noh kasih tau si goblok Raka, karena tadi kan dia nggak tau rencana kita" ujar Aldi karena Sena memang rumahnya bersebelahan dengan Raka.
"Okeh entar gue sampein" Sena menggandeng tangan Sekar untuk pulang meskipun mereka akan berpisah di gerbang karena arah rumah yang berbeda.
"Kar,gue mau tanya boleh nggak?" ujar Sena dengan nada sedikit takut-takut kalau Sekar akan marah kepadanya.
"Dih mau nanya apa sih? kayak serius gitu"
"Emmm lo nggak naruh hati kan sama Raka?" tanya Sena dengan sangat hati-hati.
"Haahahahhahaha apaan sih Sen,kirain mau nanya apa. Ya kali gue naruh hati sama modelan kaya Raka" Sekar menggeleng kan kepalanya tidak percaya dengan pemikiran gadis di sebelahnya meskipun kin hatinya dag dig dug karena ia sendiri juga bingung dengan perasaannya.
"Bagus deh kalau gitu Kar. Soalnya ya Raka itu gila perempuan banget. Di mana aja ada cewe cantik pasti dia nyantol di situ" Sena membalas dengan senyuman lega.
"Iya lo tenang aja kali, gue mah nggak akan kemakan sama modus nya Raka"
"Ya udah bye Sekar, sampai ketemu ntar malam yah" Sena melambaikan tangannya pelan ke arah Sekar ketika mereka sudah tiba di gerbang.
"Bye Sena" Sekar balas melambaikan tangan dan melangkah kan kakinya ke arah berlawanan. Sebenarnya Sekar tidak sendirian , masih banyak siswa lain yang berkeliaran melewati jalan itu . Namun hanya ia seorang dari kelas XII IPA 3 yang arah rumahnya ke situ. Jadi ia merasa sendirian , sebab ia tidak dekat dengan teman-teman dari kelas lain.
Suara motor berhenti didekatnya membuat Sekar menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Mau bareng nggak?" tanya laki-laki pemilik senyuman manis bermata sipit yang duduk dengan wajah songongnya menatap ke arah Sekar.
Sekar memutar bola matanya malas " No thanks Ka,duluan aja"
"Yee jangan gitu ih,ayo aku anterin. Udah ikhlas loh ini" kata Raka yang sedikit memaksa membuat mereka menjadi pusat perhatian dari adik kelas yang juga melewati jalan itu. Sekar yang malu akhirnya naik ke atas motor Raka dengan terus mendumel menyumpahi Raka.
Raka tersenyum penuh kemenangan karena selalu bisa membuat Sekar kesal.
"Gitu dong, pegangan ya tuan putri" katanya yang langsung dihadiahi sebuah cubitan di perut yang membuatnya meringis namun kembali tertawa jahil.
"Becanda aja Sekar,galak amat sih"
"Dih bodo,udah buruan jalan"
"Siapp tuan putri"
Sekar tidak banyak bicara dalam perjalanan pulang. Ia tidak ingin luluh lagi karena sikap Raka. Karena ia tidak ingin berharap lebih.
"Mau mampir makan dulu nggak?" tanya Raka dengan sedikit berteriak mengingat percakapan pagi tadi yang agak ribet .
"Nggak deh Ka,mau langsung pulang aja " tolak Sekar yang tidak ingin berlama-lama berduaan dengan Raka.
"Kamu nggak bisa nolak kali Kar, kan aku yang bawa motornya jadi terserah aku dong "
Sekali lagi Sekar mencubitnya "Ya terus kenapa pake nanya sih bego"
"Basa basi aja Kar,abisnya kamu diam kek patung"
"Males ngomong soalnya, lagi hemat suara"
"Songong banget sih, serah kamu aja deh"
Raka menghentikan motornya di sebuah kedai langganan nya .Entah Sekar suka atau tidak dia bodo amat yang penting ia bisa mengisi perutnya. Sekar hanya mengekori nya dari belakang tanpa banyak bicara.
"Bu bakso spesial dua ya" kata Raka yang kepada ibu-ibu pemilik kedai yang nampak akrab.
Setelah selesai makan, Raka mengantar Sekar pulang.
"Thanks ya Ka" ucap Sekar yang turun dari motor dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Sama-sama cantik,ntar malam perlu aku jemput?" tanya Raka yang sudah tahu perihal acara mereka malam nanti karena diberitahu Sekar dalam perjalanan tadi.
Sekar menggeleng "nggak usah deh nanti aku sama Caca aja"
"Oke. Bye"
"Bye"
Raka melajukan motornya meninggalkan Sekar yang kini berjalan memasuki rumah.
Sekar tinggal bersama kedua orang tuanya. Keluarganya tidak kaya namun sungguh sebuah keluarga yang menjadi idaman semua orang. Sekar sangat disayang di rumahnya. Karena ia adalah anak satu-satunya yang membuatnya amat berharga.
...****************...
Sekar sudah minta izin kepada orang tuanya untuk keluar dan kumpul dengan teman-teman sekelasnya. Kedua orang tuanya mengiyakan dan mengingatkan untuk tidak pulang larut malam. Sekar berangkat dengan Caca yang setuju untuk menjemput Sekar dengan scoopynya. "Kar,lo mau tau nggak?" tanya Caca saat dalam perjalanan.
"Apaan?"
"Sekarang lagi trend loh nyari sugar daddy" kata Caca yang matanya tetap fokus menatap jalanan yang ramai.
"Lah terus?"
"Lo nggak mau join trend gitu? keren banget loh bisa jadi kaya mendadak" canda Caca yang membuat Sekar tertawa terbahak-bahak.
"Apaan sih Caca bego"
Setibanya di sebuah taman dekat danau yang nampak sepi, mereka turun dan berjalan menuju tempat yang biasa jadi tongkrongan mereka. Seperti semesta sudah menyiapkan tempat khusus untuk kelas mereka berkumpul di waktu luar sekolah. Tempat itu sudah ramai. Sepertinya mereka berdua orang terakhir yang tiba.
"Ayok sini langsung gabung aja" teriak Yaya yang melambaikan tangan semangat . Suasana seperti ini memang selalu menjadi part favorit mereka karena mereka akan bercerita banyak hal tanpa ada yang harus ditutupi.
"Kok lama sih?" tanya Lia yang kali ini tumben tidak menempel di lengan Davi.
"Abis open BO say" sahut Caca enteng.
"Yee bocah songong"
...Seperti mati lampuh ya sayang..... Adit kini berubah menjadi biduan yang menyanyi dengan jogetan yang letoy ditemani Aldi dan Raka yang sibuk sawer-saweran. Semuanya hanya menyaksikan acara amal yang dibawakan oleh tiga orang itu.