Ujung Cerita

Ujung Cerita

Part 1

Sore itu, Sekar tengah duduk dan menatap jalanan yang becek sehabis hujan. Ia tidak sedang berteduh karena hujan telah berhenti jauh sebelumnya. Ia sedang menunggu seseorang yang beberapa tahun silam menaruh sebuah harapan untuknya. Ia kembali melihat ke arah arloji yang melekat di pergelangan tangannya. Kembali menarik nafas dalam untuk mengurangi rasa gugupnya. Pukul 17.00, itu sudah lewat satu jam dari janji temunya dengan lelaki itu. Sekar tidak menyerah semudah itu. Baginya waktu 1 jam tidak ada artinya dari penantian panjangnya selama 5 tahun terakhir. Langit mulai gelap dan jalanan sudah dipenuhi oleh lalu-lalang orang yang lelah bekerja seharian. Sekar makin gelisah sambil terus menatap arlojinya. Untuk kesekian kalinya Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Langit sudah gelap. Hari sudah malam. Sekar hanya menatap nanar jalanan dihadapannya. Sepasang sepatu putih berada tepat di hadapannya. Dengan ragu Sekar mengangkat kepalanya untuk menatap sosok pemilik sepatu putih itu. Dengan mata sayu ia menatap sosok itu. Sosok yang telah menjadi perhentian terakhir dari kisah cintanya. Sekar tersenyum tulus menatap Raka yang kini ada di hadapannya. Mata teduh yang selalu ia rindukan masih sama seperti kali terakhir mereka berjumpa. Senyum manis yang sekali lagi membuat Sekar jatuh hati pada lelaki itu, tepat seperti 6 tahun lalu saat pertama kali mereka berjumpa.

••••

"Pagiii Sekar"

2 tahun terakhir Sekar selalu mendapat ucapan selamat pagi dari lelaki manis yang katanya menaruh hati pada Sekar. Sekar tidak terlalu peduli karena ia sedang tidak ingin menjalin kisah asmara.

Sekar berjalan melewati anak lelaki yang bersender di gerbang sekolah menunggunya.

Sekar hanya membalas dengan sebuah senyuman kecil untuk menghormati perjuangan lelaki itu. Namun justru karena sikapnya itu anak lelaki bernama Raka itu semakin tertantang untung mendekatinya dan memenangkan hatinya.

"Dijawab dong Sekar jangan senyum aja" ucap Raka yang hanya ingin menggoda Sekar yang sudah berjalan lebih dulu.

Raka menatap punggung gadis itu.Gadis yang amat memikat hatinya 2 tahun terakhir . Gadis cantik dengan rambut panjang yang memesona.Bagi Raka gadis itu sederhana dan istimewa . Sekeras apapun usahanya untuk melupakan Sekar, Ia justru semakin jatuh hati kepadanya.Raka tidak mengejar Sekar yang berjalan jauh di depannya. Ia hanya mengikutinya dari belakang dengan langkah pelan seolah terus menjaga gadis nya dari jarak jauh.

Bel telah berbunyi.Anak-anak dengan seragam putih abu itu berlarian memasuki kelas yang akan segera dimulai. Raka berjalan menghampiri tempat duduknya .Namun ia berhenti tepat di meja yang berada di depan tempat duduknya.

"Puplen dong"

Dengan wajah ketus, Sekar mengeluarkan sebuah Pulpen dari tasnya yang notabenenya milik Raka yang selalu di titipkan di tasnya. Sekar tidak keberatan dengan keberadaan Raka yang terus mengganggunya. Ia hanya merasa risi dengan omongan anak-anak lainnya tentang mereka.

"Jangan galak-galak Sekar, nanti jatuh hati" teman sekelas Sekar justru menggodanya karena selalu memasang muka ketus kepada Raka. Teman-teman sekelas mereka memang sudah menjodohkan keduanya mengingat perjuangan Raka yang luar biasa menunggu balasan perasaannya dari sang pujaan hati. Namun apa boleh buat, hati Sekar ini sulit ditakhlukkan.Raka hanya tersenyum ketika ada yang menggoda keduanya. Dalam hati ia selalu berharap seandainya Sekar bisa menjadi miliknya.

Raka sebagai ketua kelas di kelas XII IPA 3 yang selalu rapi dan bersih dan menjadi kesayangan para guru. Namun sikap usil yang Raka miliki membuat banyak orang yang tidak menyukai nya.

Ruang kelas itu mungkin sederhana dan tidak elegan seperti ruang kelas di sekolah- sekolah lain. Namun ruang kelas itu penuh momen berarti bagi tiap-tiap penghuninya. Ruang kelas itu telah menjadi saksi bisu dari percintaan yang berlangsung begitu saja.

Teman sekelas Raka dan Sekar ada yang menjalin hubungan kasmaran. Terdengar cukup aneh namun itu menyenangkan bagi yang merasakan . Debaran hati yang selalu berpacu ketika saling tatap dan rasa malu ketika digoda seisi kelas. Itu menjadi momen tersendiri bagi penghuni kelas itu.

Pelajaran sejarah yang amat membosankan akhirnya berakhir. Para siswa langsung merentangkan untuk meregangkan otot yang telah tersiksa bosan selama 2 jam.

Ketika bunyi lonceng terdengar semua mata langsung berbinar. Karena pelajaran selanjutnya adalah pelajaran olahraga yang menjadi waktu bermain terbaik bagi mereka.

"Yaya,kepangin rambut akuu yah" mohon caca yang sudah siap dengan dua ikat rambut kecil di tangannya.

Yaya yang menjadi duta kepang di kelas mereka memutar bola matanya malas.

"Ih caca, sekarang waktunya main bukan kepang. Entar aja yah"

"Nggak lama kok, ayolahh Ya.Aku tuh mau pamer sama pacar aku di kelas sebelah" Caca terus memohon yang berujung memaksa membuat Yaya terpaksa menunda waktu bermainnya untuk mengepang rambut Caca.

"Pipiiiiii,kita nggak usah ikut yah. Aku mau berduaan aja sama kamu di kelas" ujar Lia yang menggelayut manja pada lengan pacarnya.

"Emm iya deh sayang kita di kelas aja" sahut Dafi yang membalas dengan manja sikap pacarnya itu.

Sementara itu anak-anak yang lain sudah siap pada posisi masing- masing untuk bermain.

Mereka melakukan semua hal yang mereka suka tanpa ada yang membatasi. Tanpa rasa malu dan canggung karena mereka sudah 3 tahun bersama-sama.

Hari itu langit terlihat biru tanpa sedikit awan yang menghiasi. Sekar tertawa lepas bersama teman-temannya . Tawa yang selalu menjadi obyek favorit dari sang pak ketua kelas yang enggan melepas pandangannya dari sang juwita.

Sekar tahu bahwa Raka selalu memperhatikannya secara intens. Namun anehnya Ia merasa senang karena selalu menjadi obyek favorit lelaki itu.

"Minum Sekar" Raka menyerahkan sebotol air mineral kepada Sekar yang tengah duduk bersama teman-temannya yang lain di bawah pohon karena lelah sehabis main.

Sekar merasa tidak enak kepada teman-teman yang lain karena hanya ia yang ditawarkan minuman oleh Raka.

"Emm no thanks Ka, aku nggak haus"

"Ekhemmm"

"Cie ciehhh"

"Terima aja kali Kar, kita mah udah paham"

"Santai aja lagi kalo sama kita mah aman"

Teman-teman yang lain sudah mulai menggoda karena mereka sudah tahu pasti bagaimana perasaan Raka untuk Sekar. Jadi bukan tanpa alasan Raka memberikan perhatian lebih kepada Sekar.

Raka hanya tersenyum malu ketika diolok oleh teman-temannya begitupun dengan Sekar yang kini mengeluarkan tangan menerima botol air dari Raka.

"Thanks ya" ujarnya sambil mengangkat botol air tersebut yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Raka.

Sekar berusaha untuk mengontrol dirinya agar tidak mudah luluh pada setiap perlakuan manis Raka. Karena biasanya laki-laki itu akan mengganggu nya sampai ia merasa kesal luar biasa.Namun akhir-akhir ini sepertinya Raka tidak mau main-main lagi,ia terlihat llebih serius karena akhir-akhir ini pula Sekar merespon dengan baik perlakuan Raka . Sikap Raka yang berubah serius dan manis seperti ini cukup berbahaya dan aneh bagi Sekar yang selalu menjadi target keusilan Raka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!