Luna Shang Yuan adalah Ratu dari Kerajaan Shang Yuan, sebuah negeri yang makmur dan kaya raya. Di bawah kepemimpinannya, Shang Yuan mencapai puncak kejayaan, dengan rakyat yang sejahtera dan perdamaian yang terjaga. Namun, meski berada di puncak kemakmuran, hati Luna merindukan petualangan dan kebebasan. Dia memutuskan untuk melepaskan diri dari tugas kerajaan dan berkelana mengelilingi dunia.
Dengan mengenakan hanfu yang anggun dan membawa seruling serta belatinya, Luna memulai perjalanannya. Dia melintasi berbagai negeri, dari hutan belantara hingga pegunungan yang tertutup salju, bertemu dengan berbagai suku dan bangsa. Sepanjang perjalanan, Luna menggunakan suara merdunya untuk membawa kedamaian, menyembuhkan hati yang terluka, dan mengusir kegelapan yang mengancam.
Luna segera menyadari bahwa takdirnya lebih besar daripada sekadar berkelana. Luna menginspirasi banyak orang dan menciptakan legenda yang akan dikenang sepanjang masa.
[Soundtrack mp3: Indila Instrumental]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Sulit Sang Ratu
Luna berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri dengan hati yang diliputi kekhawatiran.
Hanfu putih yang dikenakannya tampak kontras dengan rambut hitam panjangnya yang mengalir lembut di punggungnya. Dia mengangkat lengannya, merasakan kain yang lembut jatuh perlahan dari siku ke pergelangan tangannya, seperti melambangkan beban keputusan yang harus diambilnya.
"Keputusan yang sulit, tapi aku tidak ingin melukai siapapun," gumamnya pada bayangannya sendiri. Dia merasakan getaran kekuatan es yang mengalir melalui tubuhnya, mengingatkannya akan potensi ancaman yang bisa ditimbulkan oleh kekuatan yang dimilikinya.
Meskipun kerajaan ini makmur dan rakyatnya mencintainya, Luna tahu bahwa kekuatannya bisa menjadi pedang bermata dua. "Kerajaan ini sudah tidak membutuhkanku lagi, mungkin... aku harus pergi berkelana," bisiknya.
Dengan hati yang sangat berat, Luna menuliskan surat kepada dewan penasihatnya. Kata-kata yang tergores di kertas mengungkapkan rasa cinta dan rasa tanggung jawabnya terhadap kerajaan, serta rincian tugas-tugas yang harus dilakukan untuk memastikan stabilitas tanpa kehadirannya.
Surat itu ditinggalkannya di meja kerja, satu-satunya saksi sunyi keputusannya yang besar.
Di siang hari yang cerah, penduduk Kerajaan Shang Yuan berkumpul di depan kastil, sebuah pemandangan yang jarang namun selalu penuh antusiasme. Langit biru bersih tanpa awan, dan sinar matahari menyoroti halaman kastil yang luas, menciptakan bayangan lembut dari pepohonan rapi yang mengelilinginya. Kerumunan orang dari berbagai lapisan masyarakat petani, pedagang, hingga bangsawan, berdiri berdampingan, berbicara dengan rasa toleransi yang besar, tentang pengumuman apa yang mungkin akan mereka dengar.
Para bangsawan, termasuk keluarga Wang dan Li, tampak berdiri dengan pakaian mewah berhiaskan sulaman emas dan perak, menunjukkan status dan kehormatan mereka. Mereka menunggu dengan sabar, meskipun rasa ingin tahu dan kekhawatiran tergambar jelas di wajah mereka.
Panggung kayu besar berdiri di depan kastil, dihiasi kain merah dan emas yang berkibar lembut tertiup angin. Bendera kerajaan berkibar di atas, menandakan kebesaran dan kekuatan Kerajaan Shang Yuan.
Para penjaga berdiri berjaga di sekitar panggung dengan sikap tegas namun bersahabat, menjaga ketertiban di tengah suasana yang penuh kehangatan dan harapan. Penjaga-penjaga disana tersenyum ramah dan sangat dekat dengan para penduduk.
Anak-anak berlarian di antara kerumunan, tawa dan canda mereka menambah suasana ceria, sementara orang tua mereka berbicara dengan penuh rasa ingin tahu. Namun, seiring dengan alunan lembut suara trompet, kerumunan itu segera hening, dan semua mata tertuju ke arah pintu kastil besar yang perlahan terbuka.
Luna muncul..
mengenakan gaun panjang berwarna putih dengan hiasan bunga elegan. Rambutnya yang hitam tergerai indah, dan matanya yang halus memancarkan ketenangan serta kebijaksanaan. Dia melangkah maju dengan anggun, setiap gerakannya dipenuhi keanggunan dan ketenangan. Senyum lembut menghiasi wajahnya, menyebarkan rasa damai kepada setiap orang yang melihatnya.
Penduduk dan bangsawan sama-sama memberikan hormat dengan menundukkan kepala, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan mereka yang mendalam. Luna berdiri di atas panggung, menatap kerumunan di depannya dengan senyum lembut.
Dia melambaikan tangan kepada anak-anak yang berdiri di barisan depan, membuat mereka tertawa riang. Dengan kedipan mata yang menggoda, Luna membuat mereka merasa istimewa, seolah-olah Luna memberikan perhatian pribadi kepada masing-masing dari mereka, membuat mereka sangat bahagia.
Kemudian, Luna berdiri tegak dan mengangkat setengah lengannya, memberi isyarat bahwa dia akan berbicara. Kerumunan menjadi hening, semua mata tertuju padanya. "Rakyat Kerajaan Shang Yuan yang tercinta dan yang aku sayangi," kata Luna dengan suara merdu yang memecah keheningan, "Hari ini, aku ingin memberitahukan sesuatu yang penting. Aku telah memutuskan untuk berpergian sendiri."
Sejenak, kerumunan terdiam. Para bangsawan, termasuk keluarga Wang dan Li, tampak terkejut. Mereka segera maju ke depan panggung, menunjukkan ketidaksetujuan mereka dengan tegas.
"Yang Mulia, kami menolak keputusan ini!" seru seorang bangsawan dari keluarga Wang. "Nona Luna seperti keluarga bagi kami, seperti anak yang kami sayangi. Kami tidak bisa membiarkan Nona berpergian sendirian. Kami khawatir akan keselamatan Nona."
"Benar, Yang Mulia," tambah seorang bangsawan dari keluarga Li. "Kerajaan ini membutuhkan Nona. Kami tidak bisa membiarkan Nona Luna pergi tanpa perlindungan."
"Kenapa Yang Mulia ingin pergi?" perlahan-lahan berbagai pertanyaan membanjiri disituasi yang tiba-tiba sangat menegangkan. Betapa kerasnya mereka tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Luna. "Aku tidak ingin Yang Mulia pergi!"
Anak-anak yang sebelumnya tertawa dan bermain kini tampak sedih. "Kenapa? Kenapa? Ka Luna, kenapa ingin pergi?"
Wajah mereka yang polos menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam, seolah-olah mereka tidak ingin Luna meninggalkan mereka. Para penduduk terdiam seolah mereka mendapatkan kabar yang sangat buruk. Bagi mereka, Luna adalah perempuan muda yang mereka sayangi seperti anak-anaknya.
Luna terdiam sejenak, merasakan kekhawatiran dan kasih sayang yang tulus dari rakyatnya. Dia kemudian menarik napas dalam-dalam dan mulai mencurahkan isi hatinya.
"Aku mengerti kekhawatiran kalian semua. Aku menghargai cinta dan perhatian yang kalian berikan padaku. Tetapi, ada sesuatu yang selalu aku impikan, sesuatu yang belum pernah aku rasakan. Aku ingin melihat dunia di luar Kerajaan Shang Yuan. Aku ingin berjalan di tempat-tempat yang belum pernah semua orang kunjungi, merasakan kebebasan dan petualangan yang ada di luar sana."
Mata Luna bersinar dengan antusias dan semangat, menyembunyikan kesedihannya untuk kebaikan para penduduknya. "Aku tidak meninggalkan kalian. Aku membawa kalian dalam hatiku ke mana pun aku pergi. Perjalanan ini bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk kita semua. Aku ingin membawa kembali cerita-cerita baru, pengetahuan baru, dan pengalaman yang bisa aku bagikan bersama. Dunia ini begitu luas, dan aku ingin semua merasakannya."
Kerumunan mulai memahami niat tulus Luna. Meskipun masih ada kekhawatiran, mereka juga mulai merasakan semangat dan kebebasan yang Luna ingin capai. Para bangsawan, meskipun berat hati, mulai menerima bahwa Luna memiliki impian yang besar.
Dengan hati yang penuh harapan dan keberanian, Luna mengakhiri pidatonya. "Percayalah, aku akan kembali. Seperti Luna yang kalian sayangi."
Penduduk dan para bangsawan tak bisa menyembunyikan perasaan mereka. Banyak dari mereka meneteskan air mata, terharu dan khawatir mendengar keinginan Luna yang begitu kuat untuk berpergian.
Dan mereka tidak bisa mencegah keinginan Luna, seorang Ratu yang sudah membuat negri itu menjadi sangat baik dan damai.
Anak-anak yang biasanya ceria tampak menahan tangis, mata mereka berkilauan dengan air mata yang nyaris tumpah. Mereka berdiri di depan Luna, penuh dengan perasaan campur aduk antara sedih dan kagum mendengar keinginan Luna untuk pergi.
Luna, yang berdiri di atas panggung, merasakan getaran emosi dari rakyatnya. Hatinya tersentuh oleh cinta dan perhatian yang begitu tulus. Dia melihat sekeliling, melihat wajah-wajah yang begitu akrab dan penuh rasa hormat.
Bahkan para prajuritnya juga tampak khawatir, meskipun mereka berusaha keras menyembunyikan perasaan itu dari Ratu mereka. Kekhawatiran mereka tampak jelas di mata mereka yang biasanya penuh keteguhan.
Dengan langkah perlahan, Luna berjalan ke tepi panggung, mendekati kerumunan anak-anak yang tampak paling sedih. Dia berlutut di depan seorang gadis kecil dengan rambut hitam yang dikepang rapi. Gadis itu menatap Luna dengan mata besar yang penuh dengan air mata yang tertahan. Luna meraih dagu gadis kecil itu dengan lembut, mengangkat wajahnya agar mata mereka bertemu.
"Xiao. Aku berjanji akan kembali," katanya dengan suara lembut dan penuh kasih sayang.
Luna tersenyum, senyum yang selalu mampu memberikan rasa tenang dan damai kepada siapa pun yang melihatnya. Tetapi kali ini, senyum itu diiringi oleh tetesan air mata yang perlahan mengalir di pipi Luna. Air mata yang menunjukkan betapa berat hatinya untuk meninggalkan mereka, meskipun dia tahu bahwa perjalanannya ini penting baginya.
Gadis kecil itu mengangguk pelan, matanya masih dipenuhi air mata, tetapi ada secercah harapan di dalamnya. Luna menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya, merasakan kehangatan dan cinta dari anak-anak yang mengelilinginya. Dia berdiri kembali, menatap seluruh rakyatnya dengan perasaan yang dalam.
Dengan suara yang sedikit bergetar, Luna mengulangi janji yang sama untuk seluruh rakyatnya. "Aku akan kembali. Jagalah diri kalian dan kerajaan ini. Kita akan bertemu lagi, dengan kisah-kisah baru yang akan aku bagikan bersama."
Kerumunan mulai tenang, meskipun air mata masih mengalir, ada rasa ketenangan dan harapan yang mulai menyebar. Mereka mempercayai Luna, ratu mereka yang penuh kebijaksanaan dan kasih sayang.
Mereka semua mempercayai keputusan Luna, karena Luna adalah Ratu yang sangat baik. Tidak pernah berbohong dan tidak membuat kerugian bagi siapapun. Luna melangkah kembali ke tengah panggung, memberikan satu pandangan terakhir yang begitu halus.
"Aku berjanji."
'dengan kekuatan bulan, akan menghukummu'
semangat terus