Banyak cerita yang terjadi di saat Elvin Zayyan Pradipta masih duduk di bangku SMA. Beberapa kali ia di tangkap oleh polisi, tapi tak mampu menahannya di dalam walaupun ia terlibat dengan kasus yang besar.
Ia juga terlibat dengan sebuah organisasi saat berada di negara K tempat sang granma. Kedua orang tuanya pun tidak mengetahui hal itu, tapi granma tahu tentangnya.
Sampai suatu ketika ia di paksa oleh orang tuanya untuk menikah, yang di mana dirinya belum terpikirkan untuk melakukannya.
Apakah Elvin akan menuruti atau bahkan memberontak?
Dan siapakah wanita yang akan di jodohkan dengannya?
BACA CERITANYA SEKARANG!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Pagi ini Elvin sudah berada di sekolah. Rutinitas sekolah seperti biasanya. Ia belum memiliki banyak teman selain Felix. Walaupun Rosa masih saja mendekatinya.
Hari ini Gama sudah masuk sekolah lengkap dengan perban di kepalanya yang belum kering sempurna.
"Cepat banget lo naik" ucap Felix ketika Gama sudah berada di dalam kelas dan berdiri disisi mejanya.
"Gue males di rumah. Lagian gue juga udah gak pa-pa"
"Sekarang gue duduk di mana?"tanya Gama. Tempat duduknya sudah di ambil Elvin.
"Jadi ini tempat duduk Lo? duduk aja gue bisa cari tempat kosong" ucap Elvin.
"Gak usah. Lo duduk di belakang aja Gam. No masih kosong tu" Felix melarang Elvin pindah. Ia menyuruh Gama untuk duduk di belakang saja.
"Yaudah deh.." Gama mengalah dan pindah ke belakang.
Tak berselang lama guru yang akan mengajar masuk ke dalam kelas dan proses pembelajaran dimulai.
Sedangkan di kelas sebelah, guru yang baru masuk sudah marah-marah. Ia memberikan tugas pada anak muridnya tapi ada dua orang siswi yang tidak mengerjakannya.
"Maaf Bu, bukannya kami nggak kerja tapi bukunya ketinggalan di rumah. Kami salah bawa buku" ucap Clara.
Yah.. yang terkena semprotan pagi-pagi adalah Clara dan Fara. Mereka lupa membawa buku tugasnya karena kesiangan. Fara memang menginap di rumah Clara semalam dan mereka terlalu asik bercerita sampai begadang. Paginya mereka kesiangan dan buru-buru memasukkan bukunya dan ternyata ada yang salah bawa.
"Alasan saja kalian berdua. Alasannya sama lagi. Pokoknya ibu gak mau tahu, kalian berdua keluar dari kelas saya dan berdiri di bawah tiang bendera sampai pelajaran saya selesai"
"Ahhh...ibu. Hukuman lain dong Bu. Diluar banyak orang" ucap Clara memohon.
"Tidak ada. Kalian keluar cepat!" perintah guru dengan menunjuk pintu keluar.
Clara segera berdiri dan menarik tangan Fara. Teman-teman sekelasnya menertawakan mereka. Fara, Clara berdiri di bawah tiang bendera.
"Panas banget di sini. Mana tahan gue sampai 3 jam berdiri" keluh Fara
"Elo sih ngajak gue ngegosip semalam, kesiangan kan kita" Clara menyalahkan Fara karena Fara yang memulainya semalam.
"Ngapa jadi nyalahin gue. Lo juga ngapa dengerin?"
"Soalnya Lo ajak gue cerita"
"Yee...jadi bukan salah gue dong"
"Kita berteduh disana yuk, mumpung ibu Dela nggak liat kita" tunjuk Fara pada pohon yang berada di pinggir lapangan.
Clara mengangguk setuju. Fara berjalan lebih dulu, namun ketika Clara ingin menyusul suara pak Denis mengurungkan niatnya.
"Mau ke mana kalian?" tanya pak Denis seraya mendekat.
"Hehe...pak Denis. Bapak nih tahu aja kalau kita lagi capek. Panas pak, kita mau neduh" ucap Fara cengegesan.
"Nggak bisa. Kalian kan dihukum. Jadi harus menyelesaikan hukuman yang diberikan"
"Yah bapak. Sebentar doang pak. Ayolah pak, kepala kami pusing pak, gak sempat sarapan" ucap Clara.
Pak Denis jadi bimbang. Ia jadi kasian melihat mereka. Apalagi mereka belum sarapan, yang ada mereka nanti pingsan di sini. Ia melirik kelas Bu Dela yang terlihat sibuk mengajar.
"Pak Denis minta izin sama Bu Dela, dia kan istri bapak. Pasti di kasi izin" ucap Fara.
"Bapak juga takut kali sama ibu. Yang ada bapak di suruh tidur di luar"
"Petsss...." Mendengar itu Clara hampir saja tertawa. Ia berusaha menahan tawanya dengan melipat bibirnya ke dalam.
"Pak Denis, apa yang bapak lakukan disana? mau nyuruh mereka istirahat" tiba-tiba suara teriakan ibu Dela membuat ketiganya menoleh bersamaan.
Dengan cepat pak Denis menggeleng seraya melambaikan kedua tangannya di depan dada.
"Enggak buk, bapak lagi ngawasin mereka. Seolnya mereka mau kabur"
Clara, Fara melototkan matanya karena kaget mendengar jawaban pak Denis.
"Yaudah awasin baik-baik. Awas loh kamu pak!" Bu Dela menatap tajam seraya menunjuk pak Denis.
Pak Denis menelan ludahnya susah payah. Ia melirik kedua siswi yang sedang dihukum.
"Pak Denis kenapa malah bilang kita mau kabur. Nanti hukumannya nambah pak" protes Clara.
"Hukuman kalian mah gampang. Kalau bapak yang dihukum tersiksa bapak. Udahlah kalian terima ajah" Pak Denis meninggalkan mereka dan melihat murid-muridnya yang ia ajar.
Pak Denis adalah guru olahraga dan kebetulan kelas yang ia ajar sedang olahraga pagi ini. Ia menghampiri Fara, Clara karena muridnya tengah latihan sesuai yang ia ajarkan tadi.
Clara dan Fara cemberut. Mereka pasrah dan tetap berdiri dibawah tiang bendera.
Hingga waktunya istirahat. Tandanya waktu mengajar Bu Sela telah selesai. Bu Sela keluar dan melihat keduanya masih berdiri disana
"Kalian bisa istirahat. Sebagai gantinya rangkum materi bab 1 sampai 3, ibu tunggu besok!" setelah mengatakan itu ia langsung pergi tanpa mendengar protes dari keduanya.
Fara menganga mendengarnya, sedangkan Clara menghentakkan kakinya seb. Ia segera berjalan ke kantin dan disusul Fara.
"Tunggu dong Cla!" teriak Fara sambil berlari.
Tanpa keduanya sadari sejak tadi Elvin, Gama, Felix memperhatikan mereka. Mereka juga akan pergi ke kantin. Setelah memesan makanan mereka duduk dan ternyata bersebelahan dengan meja Clara, Fara.
Gama berpindah duduk di sebelah Clara.
"Apa kabar Cla?"
"Nggak baik" jawab Clara kesal.
"Cemberut aja lu. Ngapa?"
"Noh Bu dela kasih hukuman gak kira-kira" bulan Clara yang menjawab tapi Fara.
"Emang kenapa kalian dihukum? berdiri di bawah tiang bendera lagi"
"Lupa bawa tugas. Oh ya, kepala Lo kenapa?" Clara baru menyadari kepala Gama yang diperban.
"Biasa anak lelaki"
"Sakit gak?" tanya Fara sambil meringis.
"Sakitlah bego. Sampai di jahit nih kepala"
"Santai aja kali. Lagian suka banget berkelahi. Nggak capek apa?" ucap Fara. Bersama dengan itu makanan mereka datang.
"Capek sih, tapi yah gimana lagi, gak bisa dihindari"
Tidak ada lagi sahutan dari mereka. Mereka makan dengan santai dan diam. Sampai suara notifikasi pesan Clara berbunyi. Ia mengecek dan membacanya. Clara tersenyum kecil misterius dan tidak ada yang menyadari hal itu selain Elvin.
tak berselang lama notifikasi pesan Felix, gama berbunyi. Mereka mengecek dan membacanya.
"Waw....ada balapan di sirkuit nanti" ucap Felix.
"Lo mau datang?" tanya Felix pada Gama.
"Pastinya. Gue selalu menanti balapan ini. Semuanya ikut balapan dan memberantas kejahatan. Hahha..." ucap Gama dengan memperagakan cara papa Zola di animasi Boboiboy.
"Gayanya..." timpal Fara
"Memberantas kejahatan?" tanya Elvin.
"Maksudnya memberantas kejahatan, saat balapan nanti akan ada perjanjian taruhan. Siapa yang menang berhak memberi perintah pada tim masing-masing yang ikut balapan. Setiap balapan ini dilakukan pasti ada kelompok yang membuat kegaduhan dan melukai orang-orang. Dengan melakukan balapan perjanjian akan dilakukan dengan kelompok itu"
"Siapa biasanya yang memenangkan balapan itu?"
"The Hide, dari tim mereka"
Elvin menggut-manggut tanda mengerti. "Boleh gue ikut?" Ia penasaran melihat balapan itu dan sepertinya menarik.
"Boleh. Nanti malam gue kabarin" ucap Felix dan Elvin mengangguk.
.
.
NEXT