aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.
apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?
🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Tiba-tiba menjadi seorang bangsawan yang mempunyai segalanya adalah hal yang selama ini hanya aku bayangkan.
Menjadi seorang Duchess dan memiliki suami yang hebat dalam segala hal seperti hadiah yang tak mungkin aku dapatkan hanya dengan mengkhayal. Namun sekarang yang kurasakan tampak nyata.
Wajah tampan yang sangat mempesona itu sedang menatapku sedangkan tangannya menyusuri tanganku dengan penuh kelembutan, menyeka tanganku seolah sudah terbiasa.
“Suamiku, kenapa kamu melakukan hal seperti ini? Aku bisa sendiri” pintaku merasa tak nyaman dan geli.
“Aku bahkan selalu menyeka tubuhmu saat kamu masih belum sadarkan diri, aku sudah biasa melakukannya untukmu, sayang” jawabnya sambil tersenyum menggoda.
“Apa? Apa yang kudengar barusan. Jadi dia yang menyeka tubuh ini? Haa.. ini gila! Meskipun benar ini tubuh istrinya tapi aku belum terbiasa mendengar hal seperti ini. Haa!! Bukannya ini terlalu dewasa? Aku bahkan belum pernah membayangkannya” dalam benakku sangat terkejut.
Aku terdiam sangat malu dan tergelitik saat tahu hal itu bahkan tubuhku pun merespon dengan perasaan yang aneh.
Rasanya aku berada dalam bahaya jika terus bersama Ivander. Aku sangat takut jika dia tahu bahwa aku bukanlah istrinya.
Meski terlihat tenang dan sangat baik saat memperlakukanku namun di balik itu Ivander terlihat seperti orang yang tegas dan mungkin tidak segan-segan untuk melakukan hal yang kejam jika ada hal yang mengganggunya.
Melihat dari postur tubuhnya bahkan wajah dan tatapannya saja bisa membuat orang tertunduk dan tidak berani menantangnya. Dia terlihat berwibawa namun juga terlihat sedikit kejam.
“Sayang kenapa kamu diam?” ucapnya melihatku terdiam.
“Ah, itu suamiku. Aku bisa sendiri, berikan padaku” jawabku sangat gugup.
Dia mendekat dengan cepat saat ia berhenti menyeka tanganku, menghampiriku ke sampingku lalu membisikkan sesuatu di telingaku.
“Sayang.. kenapa? Apa kamu malu jika aku menyentuh tubuhmu dengan ini? Atau kamu mau aku menyentuhnya dengan tanganku saja” bisiknya dengan suara yang rendah.
“Gila! Gila! Apa-apaan pria ini. Sepertinya aku harus menjauh darinya. Aku takut!!!” teriakku dalam hatiku.
Aku hanya bisa tersenyum meski sangat terkejut dengan bisikannya yang sangat menggoda. Aku yang sama sekali belum pernah berhubungan dengan siapapun, sungguh sangat terkejut dengan caranya yang sangat tak terduga.
“Suamiku.. bisakah kamu berhenti menggodaku? Aku masih belum terbiasa dengan semua ini. Aku bahkan belum percaya bahwa aku sudah mempunyai suami. Semua ini sangat membuatku kaget dan bertanya-tanya. Sungguh aku minta maaf dan kuharap kamu bisa bersabar dan perlahan dalam semua hal. Aku sangat memohon untuk itu” ucapku dengan sendirinya.
Ivander terdiam dan terkejut dengan perkataanku, wajahnya berubah menjadi serius seolah akan marah dan menatapku dengan tatapan tajam namun seketika ekspresinya berubah menjadi senyum yang tak lepas.
“Hmm.. baiklah istriku sayang. Maaf aku sudah membebani mu dengan keserakahanku. Seharusnya aku memahami dirimu yang sekarang tidak mengingat apapun. Maafkan aku sayang, aku janji akan membuatmu mengingat tentang kita secara perlahan hingga kamu mengerti betapa besarnya cintaku” Ivander menarik tanganku dan mencium punggung tanganku.
“Terima kasih suamiku”
Pria ini bersikap layaknya lelaki sejati yang menjadi dambaan banyak wanita hingga kurasa aku mungkin akan jatuh dalam pelukannya.
Ivander berhenti setelah mendengar ucapanku dan keluar dari kamarku untuk memanggil pelayan pribadiku untuk melanjutkan menyeka tubuhku.
Terlihat jelas ada kesedihan dan kekecewaan dari wajahnya dan anehnya aku bereaksi sedih melihatnya pergi begitu saja.
Tanganku bahkan refleks seolah ingin meraihnya untuk tidak pergi. Sepertinya pemilik tubuh ini sangat ingin dekat dengan Ivander.
“Apa yang harus ku lakukan? Apa aku hanya perlu menuruti kerinduan tubuh ini untuk terus dekat dengannya? Meski aku tidak berhak memilih tapi bukankah aku yang memiliki jiwaku sendiri bukan orang lain? Aku sungguh sangat bingung dan frustasi hingga ingin menangis sejadi-jadinya, berteriak dan kembali ke dunia modern dimana aku bisa hidup normal dengan tubuhku sendiri. Meski aku sangat ingin merasakan kehidupan seperti ini namun aku hanya mengkhayal nya karena saat sudah merasakannya semua ini tampak seperti sebuah kebohongan yang terbungkus manis oleh kebahagiaan dalam tubuh orang lain. Setiap aku merasakan hal yang baru dan tampak menyenangkan, rasanya itu bukan untukku dan bagaimana jika nanti semuanya terungkap bukankah pria itu akan membenciku?”
“Aku harus bertanya kepada siapa? Saat seperti ini aku merasa sendiri di dunia yang tidak ku ketahui bahkan dengan segala hal yang sangat berbeda. Meski tampak indah namun aku belum terbiasa dengan semua ini. Apa yang sebenarnya aku inginkan? Apakah aku benar-benar orang yang tidak bersyukur saat Tuhan mengabulkan keinginanku yang tak masuk akal dan terjadi justru aku mengharapkan untuk kembali. Bukankah aku terlalu naif dan konyol?”
Saat ini aku sudah tidak tahu harus melakukan apa dan hanya akan mengikuti apa yang sedang ku hadapi saja.
Entah sebagai Casandra ataupun Ellena, aku sudah tidak perduli tapi yang kutahu sekarang akulah yang mempunyai kendali penuh atas tubuh ini dan aku merasakan apapun yang terjadi pada tubuh ini sehingga aku pun harus bisa menerima bahwa tubuh ini sekarang adalah tubuhku.
Sekarang aku hanya akan menikmati semua yang ada di depanku saja.
Tok.. Tok.. Tok..
Ada yang mengetuk pintu kamarku.
“Nyonya, ini saya Rose” ucapnya dengan suara yang lembut.
“Rose? Siapa lagi ini” gumamku.
Dia pun masuk ke dalam kamarku membawa sebuah tempat yang berisikan air dan lap di tangannya. Setelah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku pun menjadi semangat untuk pertama kalinya.
Seorang pelayan pribadi mendatangiku dan membawakan air untuk membasuh wajahku, semua itu sudah sangat melekat dalam pikiranku yang selama ini terkontaminasi oleh cerita novel dan komik tentang kehidupan seorang bangsawan.
Gadis yang bernama Rose itu tampak cantik dan terlihat lembut dalm tutur katanya dan juga sopan. Dia meletakkannya di meja samping tempat tidurku.
“Nyonya, silahkan cuci muka anda selagi airnya masih hangat” ucapnya sambil membantuku.
Dia mendekatkan wadah berisi air itu agar aku bisa dengan mudah mencuci wajahku.
“Rasanya sungguh menyegarkan. Ternyata seperti ini rasanya di layani” dalam benakku.
Senyumku melebar dan sangat histeris di dalamnya saat merasakan perasaan yang baru ini.
Dia juga melakukan apa yang belum Ivander selesaikan namun aku tidak suka dengan hal yang satu ini karena mereka bisa melihat tubuhku.
Sesuatu yang sangat tidak nyaman namun aku harus bersikap biasa saja karena sekarang aku hidup sebagai seorang Duchess bukan orang dari dunia modern.
Aku sangat ingin mandi namun ternyata tubuhku masih lemah dan lemas sehingga menurutku ini sudah cukup untuk membuat tubuhku bersih.
Setelah itu aku pun kembali beristirahat dan tidak sabar melihat dunia luar yang belum pernah ku lihat sebelumnya.
Aku sangat ingin melihat mansion ini dari luar serta berjalan-jalan ke luar melihat peradaban di sini, melakukan banyak hal baru, pengalaman yang baru bersama orang-orang baru.
Masih menjadi misteri apakah orang-orang ini benar-benar nyata hidup atau hanya sebuah ilusi, semuanya masih menjadi tanda tanya.