Buku itu, buku yang tidak sengaja ku temukan di sebuah rumah kosong peninggalan nenek ku berhasil membawaku ke dunia asing yang tidak pernah masuk kedalam wish list hidup ku selama ini. Entah apa yang sebelumnya terjadi padaku sehingga aku bisa berada di tempat yang ku sebut gila ini. dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk aneh yang belum pernah ku temui, juga hewan-hewan serupa seperti didunia asliku berasal namun mereka bisa bicara.
siapa dia sebenarnya? kucing putih yang ku beri nama Noir itu? dia sedikit misterius. Namun meski begitu berkatnya aku bisa memahami sedikit demi sedikit mengenai dunia ini.
next story? ikuti cerita ini selanjutnya.
see you next story
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gytftrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 4 : NOIR
"maaf, sepertinya aku harus kembali". ucap Fiona sembari melangkahkan kaki ingin meninggalkan kucing itu. Setelah beberapa langkah menjauh dari kucing putih itu, terdengar suara seseorang yang berhasil membuat Fiona menoleh akibat terkejut.
"Kamu yakin tidak ingin mendapatkan buku itu?"
Fiona terkejut bukan main, suara berat lelaki milik siapa yang baru saja ia dengar? Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, Kosong! Tidak ada siapapun. Lalu, siapa yang berbicara tadi?
Fiona melangkahkan kakinya mendekat kembali pada kucing putih kemudian berjongkok di hadapannya. "kamu mendengar suara tadi? Kamu melihat orang lain selain aku disini?" tanya Fiona yang masih terus mengedarkan pandangannya, takut-takut kalau akan ada yang membahayakan. "sebaiknya kita pergi dari sini, berbahaya!"
Fiona berdiri, menaikan kucing itu kedalam dekapannya kemudian dengan sekuat tenaga berlari menjauhi rumah kosong itu. "jangan melompat! Kita harus segera tiba dirumah paman Glean". Ucap Fiona dengan nafas ngos-ngosan akibat terus berlari.
"oke"
Fiona mengangguk, namun berikut nya ia memelankan laju larinya dengan mata yang membulat sempurna. takut-takut ia melihat kucing yang kini berada di bahunya.
"k-kau, b-berbi-cara?" tanya Fiona dengan terbata-bata. Namun, tidak ada sahutan. Fiona menggelengkan kepalanya, "Tidak, kurasa aku yang sudah gila" ucapnya sembari menempelkan punggung tangannya pada keningnya.
"Tidak, kau tidak gila"
Fiona refleks melemparkan kucing itu ke bawah, "bagaimana mungkin?" tanya Fiona dengan raut wajah yang sangat-sangat terkejut.
"kecilkan suara mu atau orang-orang akan menganggap mu gadis baru gila karena berbicara dengan seekor kucing". kelas kucing itu.
Fiona ber jongkok dihadapan kucing putih itu, "kau, sungguh bisa bicara?" tanya Fiona kembali memastikan, namun kali ini dengan nada suara yang kecil hingga nyaris tidak terdengar.
"Ya". Sahut kucing itu lagi sembari menjilati tangannya yang sakit akibat di jatuhkan oleh Fiona dari bahunya.
Mata Fiona kembali membulat, ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. "Apa ini mimpi?"
Kucing itu berjalan mendekati Fiona, "Tidak, mau aku beri satu cakaran? Agar kamu sadar bahwa ini bukan mimpi". tawar kucing itu.
"Tidak!" sahut Fiona dengan pasti membuat kucing putih itu terkekeh. "baiklah-baiklah. Lalu, siapa namamu?" tanya Fiona dengan hati-hati.
"Noir" sahutnya enteng.
Fiona mengangguk-anggukkan kepalanya, "Aku Fiona" ia memperkenalkan dirinya.
"tidak, kau Queen ku" sahut kucing itu yang berhasil membuat Fiona heran dengan jawaban kucing yang menyebut dirinya Noir.
"aku Fiona bukan Queen". Jelas Fiona,
"Baiklah Queen, sepertinya matahari akan segera keluar. Kau mau paman Glean mu dan sepupu mu melapor ke polisi karena seorang Fiona mendadak hilang?" tanya Noir sembari turun dari pangkuan Fiona.
"ah, benar juga", sahut Fiona sembari berdiri, "ayo, kita harus kembali". ajak Fiona kepada Noir.
Noir berjalan menjauh, "Tidak, aku tidak bisa ikut dengan mu, Queen". Jelasnya dengan mengibas-ngibaskan ekornya.
Fiona menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?" tanya Fiona penasaran.
Noir berjalan mendahului Fiona yang masih setia mengikutinya, Noir hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan Fiona. Seertinya tidak berniat menjawab.
"kau tidak menjawab ku?" tanya Fiona lagi.
Noir menghentikan langkahnya, menghadap Fiona seutuhnya. "Kau yakin ingin mendengar nya Queen?" tanya Noir.
Fiona berkacak pinggang, "Ya, tentu saja". Sahut Fiona
"Glean akan membunuh ku"
.
.
.
.
.
.
.
.
kayak Mak lampir sih Elena. giliran ditinggal malah sad
bener gak nih Thor?
untung gak di kuliti hidup-hidup