Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Sore harinya, Fifia, Ummah Kulsum dan juga Abah Umar sudah sampai di Pesantren Ta'mirul Mukminin. Pesantren tersebut milik teman Abah Umar yang bernama Abah Shodiq.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" ucap Abah Umar
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh" sahut seseorang dari dalam.
Wajah Abah Shodiq seketika tersenyum senang melihat temannya datang mengunjungi dirinya. "Ya Allah, ayoo masuk masuk." Abah Shodiq merangkul Abah Umar dan mengajaknya masuk.
Fifia mengamati ruangan sekitarnya. Tampak sederhana namun terkesan nyaman.
"Sudah lama nggak ketemu. Bagaimana kabar mu, Shodiq?" ucap Abah Umar.
"Alhamdulillah baik, sehat. Kamu juga apa kabar, Umar?" tanya Abah Shodiq.
"Alhamdulillah Allah masih memberiku kesehatan sampai sekarang."
"Alhamdulillah" ucap Abah Shodiq "Tunggu sebentar, aku panggilkan istri ku dulu agar bisa berbincang-bincang dengan istri mu." Abah Shodiq pun beranjak dari duduknya.
Tak lama kemudian Abah Shodiq serta istrinya datang menghampiri Abah Umar sekeluarga. Dua orang santriwati memberikan minuman lalu pergi.
"Umi, ajaklah istrinya Umar dan putrinya berbincang-bincang," ujar Abah Shodiq lembut pada istrinya.
"Baik Abah"
Umi Zahra pun mengajak Ummah Kulsum dan Fifia ke ruangan yang lumayan luas namun terkesan nyaman. Beberapa bunga dan lukisan ulama' tertata rapi di halaman tersebut.
"Jadi begini Shodiq, aku ingin menitipkan anak ku di pesantren ini. Aku tidak ingin putri ku menjadi orang yang salah dalam pergaulan. Dia berbeda dari abangnya. Dia lebih suka hidup bebas dan susah di kasih tahu. Tolong didiklah putri ku agar menjadi orang yang sholehah dan memiliki cukup ilmu," ujar Abah Umar berterus terang.
Abah Shodiq tersenyum lembut. "Kamu tenanglah, Umar. Insyaa allah putri mu akan menjadi orang yang sholehah dan memilik bekal ilmu yang cukup"
"Terima kasih, Shodiq. Aku merasa lega sekarang. Aku begitu khawatir dengan putri ku itu yang sangat bandel dan suka hidup dengan bebas di luaran sana."
"Hmmm sama-sama. Insyaa allah putri mu akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya" ucap Abah Shodiq.
Sedangkan di sisi lain, Ummah Kulsum memberitahukan pada Umi Zahra bahwa putrinya akan masuk ke pesantren nya mulai hari ini. Dan mereka saat ini tengah melihat-lihat di di pesantren tersebut.
Fifia melihat begitu banyak gadis yang seumurannya dengan semangat menghafal Al Qur'an. Ada juga yang menyendiri menghafal kitab-kitab kecil yang entah ia tak tau. Ada juga yang masih belajar di dalam kelas.
Namun sesaat Fifia menangkap sosok lelaki putih bersih sedang berada di bawah pohon, tangannya memegang Al-Qur'an berukuran kecil. Bibirnya komat kamit membaca ayat suci Al-Quran. Kedua matanya terpejam seperti menikmati hawa sejuk angin yang menerpa wajahnya. Begitu menikmati ayat-ayat suci Al-Quran yang di bacanya.
Fifia merasakan sosok lelaki itu tampak tenang dan damai saat membaca ayat suci Al-Quran. Mata Fifia tak luput memandang sosok lelaki itu. Sudut bibirnya tersenyum membentuk bulan sabit. Hatinya bergetar melihat sosok lelaki tersebut.
"Fia" panggil Ummah Kulsum membuat Fifia tersadar.
"Iyaa Ummah" Fifia gegas menghampiri Ummah Kulsum dan Umi Zahra.
"Gimana, Sayang? Kamu suka sama pesantrennya?" tanya Ummah Kulsum.
"Suka Ummah. Tapi kalau betah atau nggak nya Fia belum tau" ucap Fifia.
"Nanti lama-kelamaan kamu pasti akan terbiasa hidup di pesantren, Sayang"
Fifia mengangguk.
"Umi, boleh Fia bertanya?" ucap Fifia sopan.
"Boleh, Nak. Mau tanya apa?"
"Kalau boleh tau, di pesantren ini kegiatannya apa saja?"
Umi Zahra tersenyum lembut. "Ada banyak, Fia. Ada yang khusus belajar Al-Qur'an, ajaran kitab kuning, bela diri, dan masih banyak lagi"
"Kalau mau ambil salah satu atau dua kegiatan saja, apa boleh?" tanya Fifia.
"Boleh! Memangnya Fia mau masuk kegiatan apa saja?"
"Emmm sepertinya aku lebih tertarik ajaran Al-Qur'an dan juga ajaran kitab kuning. Aku ingin belajar lebih dalam tentang Al-Qur'an. Boleh kan, Ummah.?" Fifia memandang Ummah Kulsum.
Netra Ummah Kulsum berkaca-kaca mendengar penuturan putri bungsunya. "Tentu boleh, Sayang" Ummah Kulsum mengusap kepala putri bungsunya lembut.
"Mari kita kembali," ujar Umi Zahra yang di angguki oleh Ummah Kulsum dan juga Fifia.
Fifia sebenarnya tidak tertarik akan kegiatan pesantren tersebut. Ia hanya berbasa-basi bertanya tentang kegiatan pesantren saja. Ia penasaran dengan sosok lelaki yang berada di bawah pohon tadi.
Sedangkan sosok lelaki yang berada di bawah pohon itu tampak menikmati angin sejuk yang menerpa dirinya. Ia merasa sejuk, pikirannya terasa tenang. Ia dengan khusyuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan fasih.
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr