NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 - Asal usul dan satu kesalahan besar

Satu minggu berlalu seperti tidak pernah ada kejadian apapun, Jingga kembali menjalani hari-harinya seperti biasa di rumah sang Ayah. Sebisa mungkin dia mencoba menghindar dari kedua Kakak dan juga adik tirinya, kecuali saat makan bersama.

Kini dia menyadari jika para pelayan keluarga Januarta tidak tinggal bersama. Mereka akan pulang setelah menyelesaikan tugasnya.

Setelah makan malam tadi, Jerry mengajak Jingga untuk mengobrol di ruang tamu, sedangkan ketiga jagoannya sedang bersantai di ruang keluarga.

"Besok kamu sudah bisa masuk kuliah, Ayah sudah selesai mengurus semua berkas," kata Jerry.

"Baik, Ayah."

Beberapa hari yang lalu Jerry sudah membahas tentang prodi apa yang akan Jingga ambil. Gadis itu memilih untuk masuk dalam progam studi Desain Komunikasi Visual (DKV).

Jurusan yang memang sudah ia idam-idamkan sedari bangku sekolah menengah atas.

"Ayah lupa mengatakannya padamu, Jean juga berada dalam prodi yang sama denganmu. Dia akan menjadi kakak tingkatmu, mengingat jika kamu baru masuk kuliah tahun ini," ucap Jerry.

Jingga mengangguk menimpali ucapan sang ayah. Meskipun di dalam hati ia merutuki kebodohannya karena tidak mencari tau terlebih dahulu.

"Ayah," panggil Jingga pelan. Jingga masih merasa segan kepada ayahnya, obrolan mereka juga masih terasa kaku.

"Ada apa?"

Jingga memainkan jemarinya dengan gugup. "Bagaimana Ayah bisa bertemu dengan Ibu?" tanya gadis itu dengan takut.

Dia tidak sebodoh itu hingga tidak mengerti posisinya sebagai "anak haram" serta "anak selingkuhan" seperti yang di ucapkan oleh Jio dan mendiang istri ayahnya.

Jerry menatap putrinya dengan tatapan terkejut, tenggorokannya tercekat. Bagaimana dia mengatakannya kepada Jingga? Tentang bagaimana dia bisa hadir di dunia?

"Apa Ibu benar-benar selingkuhan Ayah?"

Jerry semakin bingung, dari mana dia memulai ceritanya?

Pria itu berdehem untuk menetralkan ekspresinya, "Jangan berpikiran macam-macam, intinya kamu anak Ayah dan Ibumu--Winata."

Jingga juga tidak tau ingin bertanya kepada siapa. Saat dia duduk di bangku sekolah dasar dan sudah mengerti apa itu Ayah dan Ibu, dia menganggap Ibu panti adalah ibunya.

Tetapi saat beberapa teman sekolahnya mencemooh jika wanita yang dia panggil Ibu itu bukan Ibu kandungnya, dia bertanya kepada Ibu panti.

Saat itu, Ibu panti menjawab. "Kamu memang bukan anak kandung Ibu. Tetapi Ibu akan merawat serta menjagamu dan juga anak-anak lain yang ada di sini dengan baik. Kamu bisa menganggap Ibu sebagai Ibu kandung kamu. Jangan pernah merasa sendiri."

Jingga yang kala itu masih kecil hanya mengangguk, seolah ia benar-benar paham apa yang dibicarakan oleh Ibu Panti.

Semakin ia dewasa, dia akhirnya berani bertanya asal usulnya. Mungkin saja ada keluarga atau sanak saudara yang bisa ia datangi untuk mencari tau siapa Ayah dan Ibu kandungnya.

"Ibu tidak tau. Di bawah langit senja yang indah, Ibu menemukanmu yang tengah menangis keras di depan gerbang panti asuhan. Dengan tas besar berisi pakaian dan beberapa kebutuhan milikmu, dengan kalung perak yang terukir nama "Jingga" yang menggantung di lehermu. Hari itu juga Ibu memutuskan untuk membawamu masuk dan merawatmu."

Penjelasan Ibu panti masih terngiang-ngiang dengan jelas di otak Jingga. Hingga akhirnya pria yang mengaku sebagai ayahnya datang dan membawanya tinggal bersama.

"Jingga?" panggil Jerry saat melihat anaknya sedang melamun.

Gadis itu tersentak pelan, "Iya, Ayah," balas Jingga dengan menatap ayahnya dengan senyum tipis.

"Sudah malam, tidurlah," perintah Jerry.

"Selamat malam, Ayah. Ayah jangan tidur terlalu larut," jawab Jingga. Gadis itu berdiri dari duduknya setelah mendapatkan anggukan dari sang ayah.

Jika dia ingin menuju kamarnya, ia harus melewati ruang keluarga yang letaknya tidak jauh dari tangga menuju lantai 2. Mau tidak mau dia harus melewati ketiga orang yang tengah berada di ruang keluarga.

Dengan pelan Jingga menuju tangga tanpa menoleh sedikitpun kearah ketiga putra ayahnya. Dia berharap bisa cepat-cepat sampai kamarnya.

"Woi! Berhenti!

Baru saja Jingga menginjak anak tangga, ia mendengar seseorang berbicara padanya. Dia bisa mengenali jika itu adalah suara Kakak tirinya--Jason.

Jingga berbalik dengan kikuk, "Ada apa, Kak?"

"Besok kau sudah mulai kuliah?!" tanya Jason dengan alis berkerut. Samar-samar dia bisa mendengarkan percakapan ayahnya dengan gadis ini.

Jingga mengangguk pelan, tatapan matanya tidak sengaja bertemu dengan mata elang Jean yang menatapnya dengan datar.

"Pastikan kau tidak membuat kesalahan sehingga orang-orang tau jika kau anak selingkuhan Ayah," peringat Jason.

"Baik, Kak. Jingga mengerti." Gadis itu berbalik kembali dan melanjutkan langkahnya untuk menaiki tangga.

"Satu lagi!"

Jingga kembali menghentikan langkahnya mendengar seruan itu. "Jangan pernah menampakkan wajahmu di depan kami saat di kampus. Kami sudah muak melihatmu saat di rumah."

Kali ini Jean lah yang berbicara, dengan suara berat serta terkesan dingin, membuat siapapun yang mendengarnya merinding ketakutan.

Jingga mengangguk cepat, dia kembali menapaki anak tangga agar cepat sampai di kamarnya. Hanya di sana satu-satunya tempat ter-aman baginya.

"Semoga aku bisa menghindari mereka saat di kampus, terlebih aku satu jurusan dengan Jean," gumam Jingga setelah menutup pintu kamarnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam sudah berganti pagi, Jingga segera bangkit dari atas kasur dan mandi. Dia akan ikut membantu membuat sarapan. Dia ingin menjadi lebih berguna di sini.

Hanya perlu waktu 15 menit untuk membersihkan diri, Jingga segera keluar dari kamar mandi dan menuju dapur. Jam baru menunjukkan pukul 6 pagi, masih cukup waktu untuk dia membantu para pelayan.

Hingga pukul 7 lebih, ketiga putra Januarta tidak ada yang datang ke ruang makan. Rutinitas sarapan bersama memang terdengar sepele, tetapi Jerry selalu menekankan kepada anak-anaknya agar tetap melakukannya bersama.

Jikapun setelah sarapan mereka akan tertidur kembali, itu bukan masalah. Mereka harus tetap melakukan aturan yang sudah ia buat sedari lama. Hal itu juga agar anak-anaknya terbiasa untuk menaati peraturan.

Jerry yang sudah menunggu sedari 15 menit yang lalu mulai mengeraskan rahangnya. "Panggil saudaramu. Tidak biasanya mereka telat seperti ini," perintahnya kepada Jingga.

Tanpa menunggu di perintah dua kali, Jingga beranjak untuk membangunkan saudara-saudaranya. Lagi-lagi jantungnya berdetak dengan cepat, dia takut. Tetapi dia lebih takut jika menolak perintah sang ayah.

Kamar pertama yang ia tuju adalah kamar si bungsu. Baru saja dia hendak mengetuk pintu, Jio sudah terlebih dahulu membuka pintu dari dalam.

"Apa yang kau lakukan di depan kamarku," ucapnya dengan sinis.

"Aku di suruh Ayah untuk memanggilmu untuk sarapan."

Jio mendengus pelan meninggalkan Jingga tanpa berkata satu patah kata. Pemuda itu langsung menuju ruang makan.

Sekarang Jingga menuju kamar Kakak tirinya, karena kamarnya letaknya tepat di samping kamar Jio.

Tok! Tok!

"Kak! Ayah menyuruhku untuk memanggil Kakak untuk sarapan. Ayah sudah menunggu Kakak di ruang makan," ucap Jingga agak keras, agar sang Kakak mendengar suaranya.

Jason yang juga sudah bersiap membuka pintu kamarnya, dia melewati Jingga begitu saja. Seolah gadis itu tidak ada di sana. Tidak di anggap.

Jingga hanya bisa menghela napas pelan. Sekarang hanya tinggal kamar si tengah. Kamar yang letaknya lebih jauh dari kamar Jason dan juga Jio.

Entah kenapa jika dengan Jean, rasa takut Jingga meningkat 100%, auranya benar-benar berbeda dengan saudaranya yang lain.

Tok! Tok!

Dengan gemetar Jingga mengetuk kamar Jean. "Je? Ayah memanggilmu untuk segera ke ruang makan. Kak Jason dan Jio juga sudah berada di sana," kata Jingga sedikit keras.

Tok! Tok!

"Je?!" Panggilnya lagi ketika tidak mendapatkan respon apapun. Apa dia masih tidur? batinnya.

Tanpa berpikir panjang Jingga masuk ke dalam kamar Jean yang tidak terkunci. Kamar yang bahkan para pelayan tidak berani untuk memasukinya.

Dia tidak ingin membuat Ayahnya kecewa karena gagal memenuhi perintahnya. Hingga dia lupa dia sudah membuat satu kesalahan besar.

Kesalahan yang mana bisa kembali membangunkan singa yang tengah tertidur di dalam diri Jean.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!