NovelToon NovelToon
"My Love...." LILY

"My Love...." LILY

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Aku membacanya di sebuah buku, bunga Lily memiliki pesona yang manis dan lugu, mungkin itulah yang membuat dia jatuh cinta padaku.
Lily biru memiliki arti kesetiaan dan kepercayaan, mungkin inilah yang menginspirasinya untuk selalu menungguku.

Takdir mempertemukannya dengan Reiner.
Lily dan Reiner saling mencintai, namun takdir juga yang memisahkan mereka.
"Apa salah kita Li, kita hanya jatuh cinta".
"Kamu dan aku tidak salah, yang salah adalah waktu, karena kita bertemu diwaktu yang salah".

Disaat itulah Leo datang mengobati Lily.
"Dulu kamu menungguku bertahun tahun untuk aku datang padamu, kali ini maafkan aku membuatmu menunggu lagi...."

Tiger Lily memberi makna kepercayaan diri.
Lily, I dare you to fall in love.
And, I dare you to love me.

Full of love from me,
Author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Haruskah?

Di awal tahun ini mama Reiner menghubungiku, beliau mengajakku bertemu tanpa sepengetahuan Reiner.

Aku sangat gugup menghadapinya, aku punya perasaan tidak baik tentang pertemuan ini.

Saat memasuki ruang cafe, aku dapat melihat mama Reiner duduk sedang meminum kopi.

"Siang tante" sapaku sopan.

"Siang Lily, kamu mau minum apa?".

"Teh tawar saja tante".

Kami mengobrol sebentar, berbasa basi sambil menunggu minumanku datang.

Setelah minumanku datang, mama Reiner berkata,

"Lily, tante sangat berterima kasih padamu, sejak Reiner mengenalmu, perilakunya berubah membaik, kamu memberikan dampak yang postif untuk Reiner".

"Sudah berapa lama kalian bersama?", tanya mama Reiner.

"Hampir 2 tahun tante", jawabku dengan sesopan mungkin.

"Kamu anak yang baik Lily, jika tante menawarkan untuk kamu mengejar cita-citamu belajar di luar negri, apa kamu tertarik?".

"Tante, terima kasih atas perhatiannya, kalaupun saya tertarik untuk lanjut sekolah, saya akan berusaha dengan kemampuan saya sendiri tante."

"Mohon maaf tante, saya tidak bermaksud untuk menolak kebaikan tante, saya hanya ingin mendapatkannya dari usaha saya sendiri", aku berusaha menjelaskannya dengan sebaik mungkin.

"Kamu sungguh anak yang baik Lily, andai situasinya berbeda".

"Sebelumnya tante minta maaf dulu padamu Li".

Saat mama Reiner berkata seperti itu, aku merasakan detak jantungku berdetak kencang.

Lalu beliau melanjutkan pembicaraannya,

"Lily pacaran dan menikah adalah 2 hal yang berbeda. Tante menyukaimu Li, tapi untuk menikah dengan Reiner tante sulit untuk menerimanya".

"Reiner adalah anak laki-laki tante satu satunya, sebagian besar usaha tante akan tante serahkan pada Reiner nanti. Sebagai ibu tante mengharapkan menantu yang sepadan, berasal dari keluarga yang lengkap, keluarga yang dapat membantu usaha bisnis kami semakin besar".

"Maaf Lily, tante mungkin sangat egois, tapi tante sangat menyayangi Reiner. Reiner baru berubah akhir-akhir ini saja, bagaimana kalau Reiner ternyata tidak dapat mengembangkan bisnis keluarga yang sudah susah payah dibangun oleh papa Reiner dan tante, oleh karena itu ia membutuhkan pasangan yang sepadan dengannya. Maafkan tante Lily, tapi tante harap kamu mengerti perasaan tante dan bersedia mundur sebelum kalian memiliki hubungan lebih serius lagi".

Aku bingung harus berkata apa, aku masih berusaha mencerna kata-kata mama Reiner ini, aku hanya bisa menunduk tidak berani menatap mamanya.

Lalu beliau memulai pembicaraan lagi,

"Tante mohon, kamu mempertimbangkan permintaan tante, tante pamit dulu ya".

Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil berusaha tersenyum saat mama Reiner pamit padaku.

Sekitar satu jam aku tetap duduk dikursi cafe itu, tanpa menyentuh minumanku, hanya sesekali memandang keluar, menyeka air mata yang menetes dari mataku.

Kuputuskan untuk pelan-pelan mundur dari kehidupan Reiner. Aku tidak mungkin membuat hubungan Reiner dan mamanya menjadi kurang baik, dimana aku sendiri sangat merindukan kehadiran orangtuaku. Aku meninggalkan cafe itu, dengan terus berpikir bagaimana cara aku memutuskan Reiner, bagaimana aku melupakan Reiner, aku sendiri sangat mencintainya, apa ada jalan lain supaya aku bisa bersamanya, apa ada cara agar mamanya merestui kami, tapi semakin banyak aku berpikir semakin aku menyadari sepertinya tidak ada jalan lain.

Seperti biasanya, jika aku dan Reiner tidak memiliki jadwal kerja hari itu, maka kami akan makan bersama kemudian menghabiskan waktu di salah satu tempat kami. Aku banyak diam pada malam itu.

"Lily apa kamu ga enak badan? dari tadi kamu diam terus", tanya Reiner.

"Iya Rei, kayanya cuma butuh istirahat aja kali".

"Menginap di apartemenku aja ya Li, kamu lebih bisa beristirahat disana, aku juga bisa menjagamu".

Saat Reiner berkata seperti itu, pikiranku melayang, menyadari bahwa aku harus berhenti kerja dan pindah kost, jika tidak akan sulit bagiku untuk putus dengannya.

Jika kami masih sering bertemu, Reiner mungkin tidak akan percaya dengan kebohonganku atau aku yang akan menjadi egois untuk tetap bersama Reiner.

"Li, Lily... kenapa diam saja, ayolah kita ke apartemenku saja, biar aku lebih tenang bisa menjagamu".

Aku tetap diam, membiarkan Reiner membawaku ke apartemennya. Aku berpikir, aku tidak bisa mengatakannya sekarang, aku harus diam diam mengajukan berhenti kerja dulu dan mencari pengganti kostku, baru aku bisa berusaha menghilang dari kehidupan Reiner.

Saat aku mandi, dibawah guyuran shower aku tidak bisa menahan air mataku. Lama aku terdiam membiarkan air shower terus menerus membasahiku.

...----------------...

POV Reiner.

Aku mengkhawatirkan Lily, dia berkata tidak enak badan, tapi dia lama sekali berada dikamar mandi. Lalu aku berkata dengan suara keras agar ia mendengarku,

"Li, jangan lama lama Li, nanti kamu tambah sakit. Aku keluar sebentar ya Li, aku akan mencari makanan hangat untukmu".

Aku bergegas segera mencari makanan untuk Lily.

Saat aku kembali kulihat Lily sudah berganti pakaian, memakai bajuku. Ya, setiap Lily menginap di apartemenku, dia akan menggunakan bajuku. Lily selalu tampak menggemaskan dengan baju model oversized seperti itu, kalau saja Lily tidak sakit, mungkin aku sudah membawanya ke atas tempat tidurku.

"Li sini, biar aku bantu mengeringkan rambutmu".

Saat aku mengeringkan rambutnya, kulihat mata Lily sedikit merah. Kuangkat Lily untuk duduk di pangkuanku.

"Ada apa Li?", tanyaku khawatir.

Dia hanya memelukku lalu berkata,

"Hanya dapat berita dari keluargaku, kalau ada anggota keluargaku yang sakit", jawab Lily.

Kami berpelukan sebentar, lalu kuajak Lily makan, dia tidak terlihat memiliki nafsu makan. Lalu kukatakan padanya untuk tidur saja, nanti aku akan menyusulnya setelah mandi.

Saat di tempat tidur, kupeluk Lily, ternyata dia belum tidur, dia membalas pelukanku.

Aku mencium bibirnya, dia pun membalas ciumanku, lalu kurasakan air mata Lily membasahi wajahku. Tadinya aku ingin bertanya padanya, tapi Lily hanya memelukku erat sambil menangis, kubiarkan ia menangis dalam pelukanku sampai tertidur.

...----------------...

POV Lily.

Beberapa hari kemudian aku menghubungi mama Reiner melalui WA. Aku menjelaskan kalau aku akan melepaskan Reiner, cuma aku minta waktu sampai ujian akhir semester selesai, itu artinya sekitar 2 bulan lagi. Mamanya mengerti akan hal itu.

Aku mengajukan pengunduran diriku di tempat kerja, lalu meminta atasanku untuk merahasiakannya dari siapapun. Kukatakan alasan yang sebenarnya kenapa aku minta berhenti, ia mengerti dan merasa iba padaku, lalu aku mengucapkan terima kasih.

Aku juga diam diam sudah mulai membereskan barang-barang di kostku, aku juga sudah mendapatkan kost baru. Sengaja kupilih letak yang agak jauh dari kost lamaku, tetapi kali ini aku mencari kost yang tidak jauh dari jalan raya agar lebih aman jika kelak aku harus bekerja sampai malam lagi.

Aku mulai menghindari Reiner dan menjaga jarak dengannya, aku mencari cari alasan yang bisa diterima oleh Reiner.

Aku tau Reiner mulai curiga kepadaku, karena aku melarangnya untuk menginap di kostku lagi, begitupun sebaliknya, aku tidak pernah menginap dikost nya lagi. Sejauh ini Reiner menuruti kemauanku. Mungkin alasan ujian dan anggota keluargaku yang sakit lebih membutuhkan perhatianku, sedikit masuk akal baginya, ia memberiku waktu sampai ujian akhir selesai.

Di hari terakhir ujian selesai, Reiner memaksaku untuk berbicara di apartemennya agar lebih bebas berbicara.

Tadinya aku menolaknya dengan berbagai alasan, tapi pada akhirnya aku kalah karena tidak memiliki alasan yang kuat.

"Tolong katakan Li, kenapa kamu seperti menghindariku, apa kamu punya masalah keluarga? Aku akan membantumu Li, apapun itu Li", kata Reiner sambil memegang kedua tanganku.

Aku melepaskan tangan Reiner, aku harus mengatakannya dengan percaya diri, agar Reiner mempercayaiku, kutatap wajahnya, agar ia tidak curiga aku berbohong,

"Kita harus putus Rei, aku dijodohkan keluargaku" aku berusaha mengatakannya sesingkat mungkin agar aku bisa menjaga emosiku sendiri.

"Kamu berbohong Li, aku tidak mempercayaimu, pasti ada sesuatu yang lain, ga mungkin kamu minta putus, kita sudah bersama selama 2 tahun Li, kalaupun kamu dijodohkan, pasti ada jalan keluarnya, kita bisa mencarinya bersama Li".

Aku diam menundukkan kepalaku, takut kebohonganku terungkap, aku harus berkata sesedikit mungkin, karena semakin aku banyak bicara, aku takut semakin terdengar dibuat buat dan tidak masuk akal.

Reiner terus mencoba membujukku, mengatakan cinta padaku, akhirnya aku berkata,

"Rei, aku tau ini sulit bagimu, aku juga tidak bilang ini mudah untukku, tapi aku harus melakukannya aku harap kamu bisa mengabulkan permintaanku". Aku mengatakannya sambil menangis.

Reiner menatapku lama, aku menunduk karena tidak bisa berhenti menangis. Lalu Reiner memelukku, aku membiarkannya memelukku. Ia mulai mencium bibirku, aku juga membiarkannya, karena ini juga sulit bagiku, lalu ciumannya mulai turun ke arah leherku. Otakku mulai berpikir ini salah, ini hanya akan membuat segalanya semakin sulit.

Kudorong badan Reiner menjauh, sambil masih menangis aku berkata,

"Rei aku mohon padamu lepaskan aku".

"Aku tidak bisa Li, apapun alasannya aku tidak bisa".

Ia mulai meminta bibirku lagi.

Aku dorong lagi tubuh Reiner menjauh.

"Rei apa kamu mau kita melakukannya sambil aku menangis seperti ini, ini hanya akan mempersulit kita berdua Rei".

Kulihat Reiner menunduk, sepertinya dia juga menahan nangis.

Aku berkata, "Maafkan aku Rei, tapi aku mohon lupakan aku Rei".

Lalu aku berdiri keluar apartemennya, aku setengah berlari menuju kost temanku. Ya hari itu, aku menginap di kost temanku, aku takut Reiner akan mencariku ke kostku.

Aku hanya menginap di kost temanku 1 malam saja, besok paginya aku sudah dalam perjalanan kembali ke kampung halamanku.

Dalam perjalananku menggunakan kereta, aku mendengarkan playlist laguku, saat lagu Paris in The Rain muncul, aku meneteskan air mataku lagi. Entah berapa lagu terlewati setelah itu. Lalu samar kudengar dari playlistku lagu Zero O'clock, ....and you gonna be happy....

1
Whyro Sablenk
mkch thor...
crtnya bagus, ending-nya bikin nyesek, harusnya bikin ending mereka bs bersama lg thor...
fien: endingnya diambil dari kisah nyata ditambahkan bumbu2 menjadi karya fiksi kak 🥰
terima kasih kak untuk dukungannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!