NovelToon NovelToon
RAFFATTA

RAFFATTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Balas Dendam / Konflik etika / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Angelia Putri

Attalea Arasya Veronika Lovandra
Seorang gadis berumur 20 tahun yang sedang kuliah di Universitas terkenal di Bandung. Awalnya kehidupan dikampusnya biasa saja bersama teman-temannya sampai saat dia memasuki semester 6, dia bertemu dengan seorang dosen yang membuat emosinya naik turun ketika mereka selalu bertemu dengan sengaja atau tanpa sengaja.

Muhammad Rafasha Arendra
Seorang dosen yang berumur 24 tahun yang dikenal dengan sifat dingin dan galak tetapi memiliki wajah yang tampan bak pangeran dikerajaan es yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan seorang gadis yang merupakan salah satu mahasiswinya yang dia anggap cerewet dan susah diatur. Bukan hanya itu, gadis itu selalu berani menentang keputusannya dan ia harus banyak bersabar menghadapi perilaku mahasiswinya itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angelia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu?

Semua orang di sana syok. Truk yang melaju cepat tadi berhenti mendadak dengan bantuan menabrak mobil yang terparkir ditepi jalan.

Nampak seorang gadis yang memeluk anak kecil yang berdiri ditengah jalan tadi dan berguling-guling mengenai trotoar. Mengakibatkan bagian tangan dan kepala gadis itu mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Semua orang melihat adegan mengejutkan yang terjadi. Ternyata Ana selamat dari Truk yang melaju cepat tadi. Bagaimana bisa?

Ara lah yang menyelamatkannya. Ara nekat sampai ia berlari ditengah jalan dan menggendong Ana, tetapi saat melihat Truk itu hampir menabrak mereka, Ara melangkah dan tak sengaja tersandung sesuatu mengakibatkan mereka berdua berguling-guling di jalanan sampai trotoar.

"ANA!! Pa, ayo kita kesana." Rania mengajak suaminya ketempat Ana berada.

"Ayo, Ma."

"ANA!" Tampaklah Alice yang berusaha berdiri sambil memegangi perutnya, berjalan menuju trotoar dekat Raka.

Nampak Raka yang dengan sigap menyambut sang istri dan memapah ketempat anaknya, disusul dengan Raffa dibelakang mereka.

"Agghhhhh! Kepalaku ...." Ternyata dahinya Ara berdarah, tetapi itu bukan hal besar bagi Ara. Untuk sementara, ia kesampingkan rasa sakit itu kemudian beralih menatap anak kecil yang sedang dalam dekapannya.

"Dek, kamu tidak papa?" tanya Ara kepada anak itu.

"Hiks ...." Ana menangis ke pelukan Ara. Ia mungkin masih terkejut dengan apa yang telah terjadi secara tiba-tiba.

"Udah, jangan nangis ya. Kakak ada disini," ucap Ara menenangkan anak itu dengan mengelus pelan rambut dan punggungnya.

Nampak dari seberang datang Raka dengan Alice yang dalam rangkulannya.

"Ana."

"Ana. Sayang, kamu tidak papa, Nak?" ucap Alice yang sudah berada dihadapan mereka sambil mengelus pipi Ana sayang.

"Mama ...." Akhirnya Ana mulai bicara. Ia perlahan melepas pelukannya dari Ara dan beralih memeluk mama dan papanya.

"Iya sayang ini Mama, Nak."

Setelah melihat Alice sebentar, sekarang Ana melihat ke arah Raka. Memandang dalam-dalam sang papa, ada terbesit rasa sesal dalam dirinya.

"Papa ...."

"Kamu tidak ada luka kan nak, Papa disini." Raka memeriksa tubuh Ana, melihat apakah ada luka yang serius.

"Papa ..."

"Maafin Ana, Pa. Ana tidak menuruti perkataan papa untuk tetap duduk diam di kursi tadi. Ana minta maaf, Pa." Ana menangis sesenggukan dalam dekapan Raka, ia menyesal tidak menuruti perkataan papanya tadi dan selalu mengucapkan kata maaf.

Raka yang mendengarnya pun ikut sakit. Mungkin anaknya berpikir bahwa ia akan marah, sehingga sekarang anaknya memeluk sangat erat tubuhnya.

"Tidak papa, Nak. Papa gak marah kok, kamu tidak usah minta maaf. Papa yang bersalah, harusnya papa tidak membiarkan kamu duduk sendiri."

Alice tak kuasa menahan tangis ketika melihat suami dan anaknya saling menyalahkan diri dan menangis tersedu-sedu.

"Maaf, apakah kalian orangtuanya adik ini?" tanya Ara. Raka pun menoleh.

"Iya, ini anak saya namanya Ana," respon Raka.

"Ana ... kamu selamat nak." Alice memeluk Ana sayang dan dibalas erat oleh Ana.

"Kamu--"

"Terima kasih sudah menolong cucu saya ya, Nak," ucap Rania yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Iya buk, sama-sama."

"Kami sangat berterima kasih sekali sama kamu. Kalau tidak ada kamu, kami tidak tau apa yang akan terjadi sama Ana." Raka menatap sendu anaknya. Sekelebat kejadian tadi berputar di otaknya. Sebagai seorang ayah, dirinya bahkan tidak becus menjaga anaknya sendiri.

"Tidak papa kak, ini semua berkat pertolongan dari Allah. Saya hanya perantara saja. Jadi lain kali anaknya dijaga ya kak," seru Ara sembari tersenyum.

Raffa yang dari tadi diam saja merasa kenal dengan suara perempuan dihadapannya ini. Dari tadi ia tidak sempat melihat siapa perempuan yang menyelamatkan Ana. Entah kenapa suara perempuan itu mirip sekali dengan suara asdosnya. Karena penasaran, ia sedikit berpindah untuk melihat apakah gadis itu adalah Atta, asisten dosennya atau tidak.

"Kamu?"

Ini kan suaranya Pak Raffa.

Ara pun menoleh ke samping setelah mendengar suara yang ia yakini itu Raffa, dosennya.

"Pak Raffa?"

Benar dugaan Raffa, dia adalah Atta. Mahasiswi sekaligus asisten dosennya.

Ara terkejut, kenapa dosennya itu ada disini. Apakah anak yang ia selamatkan tadi itu adalah salah satu keluarganya? Kenapa ia harus selalu bertemu dengan dosen galak itu.

"Kalian saling kenal?" tanya Rania bingung, bukan Rania saja, yang lain juga merasa aneh melihat keterkejutan dua manusia yang berbeda gender ini.

"Dia ini mahasiswi aku, Ma," jawab Raffa yang sudah melayangkan tatapan dinginnya.

"Pak Raffa dosen saya di kampus, Bu," jawab Ara juga yang hampir berbarengan.

"Oh, gitu. Nama kamu siapa, nak?" tanya Rania kepada Ara.

"Nama saya panjang lho buk, hehe ... jadi panggil saya Ara saja," jawab Ara.

"Ara. Kepala kamu berdarah ...," Sontak Alice yang terlihat panik mengelap kepala Ara dengan jarinya.

"Ha? Oh, ini tidak papa kok kak—" ucap Ara terputus.

"Alice," timpal Alice langsung menyergap ucapannya.

"Ini tidak papa kok kak Alice, jadi tenang saja." Tersenyum kearah Alice.

"Tapi kamu harus diobatin sekarang, Ara." Alice khawatir dengan Ara karena luka di kepala Ara tiba-tiba mengeluarkan banyak sekali darah.

"Benar kata Alice, kamu harus diobatin dulu. Darahnya makin banyak keluar. Raffa, kamu bawa kotak P3K, 'kan? Kamu ambil cepat," kata Rania.

"Iya, Ma."

Raffa pun pergi ke parkiran tempat mobilnya parkir dan mengambil kotak P3K tersebut.

***

To be continued!

1
Danny Muliawati
dikit amat up nya sdh nunggu ber hati2 semangat thor
Ael: Hehe ... Maaf kak. Terimakasih karena sudah semangatin saya☺️🙏🏻
total 1 replies
Danny Muliawati
sepi ga update2 yah Thor semangat dong
yani suko
Lah katanya tadi sudah sholat subuh...terus tertidur lalu mimpi
kok sholat subuh lagi thor ???
Ael: Hehe ... iya kak. Ada sedikit saya ubah dan ternyata malah typo
total 1 replies
Danny Muliawati
halo2 mana up nya say
Anonymous
Kak update nya cuma satu², tapi seru😭
Nurul Khotiah
lnjut lagi kak, penasaran nih
Nurul Khotiah
lanjut kak, buruan
Ael: Sudah ada ga, sih?😭
total 1 replies
Nurul Khotiah
lanjut kak, buruan
Danny Muliawati
gemes ih Thor up nya satu2 😍
Ael: Awokawok, maafkeun
total 1 replies
Danny Muliawati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!