NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Pernikahan

Hari ini keluarga Pramudya disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Raline.

Mulai dari bagian dekorasi dan catering sudah sibuk sejak kemarin karena acaranya diadakan besok pagi.

Kamar Raline pun sudah dihias sedemikian indah layaknya kamar pengantin pada umumnya.

Keluarga besar Pramudya dan Lestari pun sudah datang sejak tiga hari yang lalu.

Jangan tanya dimana Raline. Dia sedang berada di kamarnya ditemani Ajeng. Sejak kedatangan keluarga Devan enam hari yang lalu, Raline lebih sering menghabiskan waktunya dengan termenung di dalam kamar.

Hal tersebut membuat Lestari dilanda panik. Pasalnya Raline benar-benar tampak tertekan. Maka dari itu, Lestari pun memanggil Ajeng untuk menemani Raline.

Tentu Ajeng pun tidak keberatan. Sejak hari itu pula Ajeng sudah di rumah Pramudya. Ajeng diminta menginap menemani Raline.

"Al, sudah dong jangan begini terus. Besok kan kamu mau menikah, masa iya calon mempelai wanitanya tampak murung terus sih." Ucap Ajeng berusaha menghibur Raline.

"Gimana mau senang. Aku masih kepikiran A' Alan, Jeng. Gimana kabar mereka. Dimana mereka sekarang, aku nggak tahu."

Hufftt ~ Raline menghembuskan nafasnya pelan.

"Berarti itu tandanya si Alan tuh gak benar-benar cinta sama kamu. Buktinya, dia lari begitu aja kan. Kalau dia cinta sama kamu, harusnya tuh ngasih tahu kamu baik-baik bukannya malah ngilang kaya gini." Ucap Ajeng panjang lebar biar pikiran Raline tuh lebih terbuka.

"Ah, kamu mah belum merasakan apa yang aku alami." Ucap Raline cemberut. "Kamu mah, bukannya belain aku malah ikut-ikutan kaya Ayah aja." Lanjut Raline.

Mendengar nada protes yang Raline lontarkan membuat Ajeng tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha..."

Raline pun mendelik tajam yang justru tidak tampak menakutkan. "Diam atau aku akan marah." Ancamnya.

"Baiklah. Baiklah. Oiya, ngomong-ngomong dari semalam aku tidur disini, bukankah itu artinya aku sudah merasakan tidur dikamar pengantin nih." Ucap Ajeng menggoda Raline.

Membuat Raline semakin mendelik tajam sambil berkacak pinggang. "Ajeng Pramesti."

Sontak, Ajeng pun menutup mulutnya agar tidak bicara sembarangan lagi.

Setelahnya, suasana kamar itupun kembali sunyi.

🌻🌻🌻

Di kediaman Devan sendiri tak kalah sibuknya dari kediaman Pramudya.

Ibu dan kedua saudara Devan tampak duduk diam tanpa mau repot-repot membantu.

Sedangkan saudara dari orang tua Devan, sibuk membantu.

Ada yang sibuk memasak. Ada yang sibuk membantu tukang dekorasi. Ada juga yang sibuk membuat seserahan pernikahan.

Karena memang rencananya, setelah acara dirumah Raline, langsung dilanjutkan dengan acara dirumah Devan sendiri.

Tentunya sekalian memboyong Raline untuk tinggal dirumah Devan.

"Enak banget ya Bu jadi istrinya Devan. Belum apa-apa sudah dibuatkan acara semeriah ini, HUH... " Bisik Delia pada ibunya dengan sebal.

"Tahu tuh si Devan. Awas aja kalau nanti jatah bulanan Ibu dikurangi. Lihat saja." Sama seperti Delia. Bu Ambar pun tampak tidak terima dengan pernikahan Devan.

Bagi mereka itu hanya buang-buang uang saja.

Sedang Rizal, pikirannya hanya dipenuhi bagaimana caranya bisa mendapatkan Raline.

Devan sendiri sibuk menyiapkan segala sesuatu, agar acara besok pagi berjalan dengan lancar.

🌻🌻🌻

Ajeng yang melihat Raline tampak murung pun ikut prihatin akan nasib sahabatnya itu.

Namun, dirinya yakin suatu saat nanti Raline pasti akan menemukan kebahagiaannya bersama dengan Devan.

"Al, orang dari salon sudah datang. Bersiaplah." Ucap Ajeng memberitahu Raline.

Raline sendiri tampak tidak bersemangat.

Raline pun hanya mampu menuruti arahan dari penata rias.

Ya, pagi ini adalah acara pernikahan Raline dan Devan akan dilaksanakan.

Ingin rasanya lari, namun dia juga masih memikirkan orang tuanya.

Kalau dirinya kabur, yang pasti orang tuanya akan menanggung malu.

Lalu, kalau pun bisa kabur, dirinya harus lari kemana?

'Sudahlah. Percuma juga disesali. Lebih baik aku ikhlas kan saja semua ini.'

Sudah dua jam lamanya Raline di makeup. Hasilnya benar-benar tidak mengecewakan.

Raline benar-benar seperti orang lain. Sungguh sangat-sangat cantik. Lestari dan Ajeng yang berada di kamar Raline pun tampak pangling.

Meski yang merias ini sama dengan pas acara lamaran kemarin, namun kali ini aura kecantikan Raline benar-benar terpancar keluar.

Padahal sebelum di makeup, wajah Raline sedikit kusut karena dari semalam dia tidak dapat memejamkan mata.

Bukan karena gugup menghadapi pernikahannya, melainkan memikirkan Alan. Karena sampai sekarang Raline tidak tahu bagaimana kabar Alan.

"Wah, kamu cantik sekali Sayang." Puji Lestari jujur.

"Apa yang dikatakan Tante benar Al."

Raline hanya membalas dengan senyuman yang dipaksakan.

🌻🌻🌻

Sementara itu di tempat Devan sendiri sedikit terjadi kehebohan lantaran ibu dan adik perempuan Devan mendadak menolak ikut mengantarkan Devan.

Dengan sedikit bujukan Devan, mereka pun akhirnya ikut. Tentunya dengan bujukan berupa tambahan uang belanja.

Yang paling bersemangat tentunya Rizal. Karena sejak melihat Raline tempo hari, adik laki-laki Devan itu ingin memiliki Raline.

Akhirnya rombongan Devan pun berangkat menuju rumah Raline.

Rombongan berangkat pukul delapan pagi, karena acaranya pukul sembilan tepat.

Sedang jarak antara rumah Raline dan Devan membutuhkan waktu satu jam itupun kalau tidak terjebak macet.

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam setengah, akhirnya rombongan Devan pun tiba di rumah Raline.

Iring-iringan mereka datang dengan disambut petasan dan Hadrah.

"Cih, katanya kaya, tapi sambutan saja kayak orang desa." Umpat Bu Ambar.

"Diamlah Bu, tolong ditahan sebentar. Jangan sampai Devan malah memotong jatah kita nantinya."

Memang pasangan ibu dan anak itu sangat kompak dalam segala hal termasuk bergunjing ataupun merendahkan orang.

Pramudya pun keluar untuk menyambut calon menantu dan besannya itu. Tak lupa dia juga mempersilakan masuk rombongan Devan.

Terlihat di tengah-tengah ruangan terdapat meja dan juga penghulu dan tamu lainnya sudah menunggu.

Devan dan rombongan pun dipersilakan untuk duduk di tempat yang telah disediakan.

Sekarang hanya tinggal menunggu mempelai wanitanya saja.

"Apa sudah bisa dimulai acaranya Pak?" Tanya Pramudya pada penghulu.

"Ini langsung atau menunggu mempelai wanita dulu?" Pak penghulu balik bertanya.

"Langsung saja Pak." Kali ini Devan yang bicara.

"Sebelumnya saya mau bertanya lagi. Ini mau diwakilkan atau tidak Pak?" Tanya Pak Penghulu kepada Pramudya.

"Diwakilkan saja Pak."

"Baiklah. Silakan saudara Devan jabat tangan saya."

"Bismillahirrahmanirrahim, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Devan Samudra bin Alm Abdul Manaf dengan anak saya yang bernama Raline Ayudia binti Pramudya Laksamana dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar sepuluh juta rupiah, tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Raline Ayudia binti Pramudya Laksamana dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.” Dengan sekali tarikan nafas Devan mengucapkan ijab kabulnya.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Saaahhhh"

Semua orang yang hadir pun mengucap kalimat hamdalah.

Kini saatnya sang mempelai wanita turun untuk bertemu dengan suaminya. Semua yang ada di ruangan itu tampak terpesona menatap penampilan Raline. Terutama Devan. Bahkan Devan sampai tidak berkedip untuk waktu yang lumayan lama.

Raline dibantu Lestari dan Ajeng turun ke bawah. Dia pun duduk disamping Devan. Devan malah gugup disandingkan dengan Raline. Rasanya lebih gugup daripada acara ijab kabul barusan.

Seperti prosesi pernikahan pada umumnya. Raline pun mencium tangan Devan penuh takzim. Devan pun balas dengan mencium kening Raline.

Tak terasa air mata Lestari pun jatuh. Dia menangis bahagia. Pada akhirnya putri semata wayangnya menikah dengan orang yang tepat.

Mereka pun sudah sah sebagai pasangan suami istri dan memulai babak kehidupan yang baru.

☀️☀️☀️☀️☀️

Alhamdulillah akhirnya mereka sudah sah.

Setelah ini kehidupan Raline benar-benar akan berubah.

Bab 4 sampai disini dulu ya teman-teman. Semoga secepatnya bisa up lagi.

Salam kenal dari bumi reog Ponorogo #BigHug

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!