NovelToon NovelToon
THE CITY

THE CITY

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Kekacauan dunia telah melanda beberapa ratus tahun yang lalu. 30 anak remaja dikumpulkan oleh pusat mereka dari lima kota yang sudah lama dibangun. Sesuatu harus segera dicari, untuk menemukan wilayah baru, nantinya bisa digunakan untuk generasi selanjutnya.

Bersama anak laki-laki muda bernama West Bromwich, dia melakukan misi tersebut. Bagaimana caranya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

HALAMAN TIGA

West Bromwich masih saja merenung dengan penasaran yang memuncak pada dirinya. Selama kereta tadi bergerak melesat menuju lokasi yang ditentukan.

Gerbong belakang telah terisi oleh anak muda bernama West. Bersandar dengan dinding kereta.

Gerakan kereta ini, menggerakkan seluruh tubuhnya—West merenung sendiri. Orang-orang di seberang kursi, turut memperhatikan depan mereka. Khususnya deretan kursi West Bromwich.

Tidak ada percakapan. Disisi lain, petugas-petugas merapatkan bibir sambil berdiri. Tegak lurus.

Selama itulah, anak-anak muda didalam, merasa kebosanan. Tidak ada hal yang membuat ingin bermain atau mengobrol dengan lainnya.

Jendela terbuka sengaja, matahari menyorot ke wajah-wajah yang disinari.

Dunia luar tandus, gersang, kering kerontang. Tidak ada tanaman atau pohon yang bisa hidup satu pun.

Sudah sangat lama, dunia mengalami krisis seperti ini. Kami selamat dan hidup karena tinggal pada masing-masing kota. Kota tersebar luas.

Jika ingin mengunjungi kota lain, jangan berharap bisa berjalan kaki.

Satu-satunya kereta ini, harus berhenti ketika menerima sebuah tamu dari berbagai kota, ketika anak-anak berbeda kota itu, ikut masuk bersama kami.

Baju mereka tentu bervariasi berbeda dari baju yang dikenakan West dan Erton.

Pandangan ketus serta dingin menyelimuti atmosfer ruangan dua gerbong.

Beberapa penjaga tentu membantu mereka untuk mencari tempat duduk. Memastikan bahwa anak-anak itu baik-baik saja.

West mengganti pandangan kepada perempuan yang dilihatnya, ketika ia berjalan melewatinya. Berkucir kuda, serta menyilangkan kaki daripada anak-anak lainnya. Lebih menonjol disini.

Dua gerbong kereta semakin bergerak kencang, mengingat rute perjalanan yang ditempuh, dipercepat. Kereta listrik, kami pakai untuk pertama kali.

Semakin lama, terlihat jelas kepasa sesuatu yang menggairahkan pandangan anak-anak disini. Saling berteriak, mnonton pemandangan di depan mereka.

"Hei, apa itu?" salah satu anak laki-laki tak kukenali namanya, menunjuk pada kaca jendela.

Semua memperhatikan yang ditunjuk. Aku juga melihatnya.

Tembok besar mengelilingi menara super tinggi selama kereta bergerak maju untuk memasuki tower itu.

Layar penghalang hologram yang menutupi tembok tadi, mulai dihilangkan sementara, saat kereta memasuki atmosfer jantung kota ini.

Gerbang besar telah tergeser dengan sendirinya. Menutup kembali setelah kereta tadi masuk kedalam.

Rel kereta harus terhenti setelah ia menepikan kepada halte terakhir pemberhentian. Halte cat hitam tanpa penumpang yang menunggu. Tersedia enam kursi di sana.

"Semua turun." Masing-masing petugas menyorak kalimat yang sama.

Pintu dibuka otomatis, mengeluarkan satu petugas lebih dahulu, disusul anak-anak lainnya yang mengikuti. Diiringi juga petugas lainnya, mengatur.

"Tidak ada orang disini." West berkata kepada Erton, tepat sampingnya.

"Apa aku ini peduli? Tidak." Erton memalingkan wajahnya.

Para petugas menyuruh lagi. "Semuanya cepat bergerak."

Karena suruhan yang diharuskan berjalan lagi, West menggerakkan kaki lebih cepat daripada lainnya. Satu per satu orang, dia lewati dengan mudah. Erton juga mengikuti dari belakang.

Tower tinggi akhirnya terlihat oleh mata kepala sendiri. Sangat tinggi, serba hitam. Terkecuali lambang kepakan sayap merpati diatas, warna putih.

"Inikah?" West mendongak kepala. Mulutnya tidak bisa ditutup.

Semua juga memperhatikan tower tadi. Saling memberi komentar mengenai menara didepan mereka secara langsung.

"Cepat jalan, semuanya." Petugas menyuruh lagi.

Tower tinggi yang dilihat oleh West, telah termasuki dirinya dan rombongan lain.

Sekarang, West berada di ruangan hitam, lantai satu. Ada di dalam tower paling bawah.

Setapak jalan, lagi-lagi West jalani. Sudah seperti lorong gedung pak walikota kemarin. Tidak hanya satu jalan kecil, melainkan ada jalan-jalan lain.

Terlihat juga rombongan anak remaja lainnya, datang menemui kursi mereka masing-masing. Anak-anak yang berbeda kota, dengan tinggi badan hampir melebihi kami.

"Cih! siapa mereka?" Erton sinis melirik.

"Anak-anak lainnya. Kau tadi bersama dengan mereka." West membantu menjawab.

Semua serba hitam. Pada tengah-tengah ruangan yang kami isi sekarang, hanyalah sinar matahari, jatuh mengenai ruangan gelap.

Semua melingkar jelas, dengan tempat duduk kecil disana. Sudah dipersiapkan lebih awal.

"Tempat apa ini?" West berjalan sembari melihat bangunan tadi. "Aneh sekali."

Di depan kami berdua, orang-orang ini, turut kebingungan selama menonton anak-anak lainnya, yang berbeda kota.

"Silahkan duduk," ucap kelima petugas.

Yang disuruh pun, mengangguk menuruti kemauan petugas tadi. Tidak bisa bergerak banyak kemauan.

West mendapat barisan tengah, tepatnya barisan keempat dari tujuh barisan kursi.

Waktu berjalan, tidak mengenal tempat dan suasana. Rombongan kota-kota lain selain kami, akhirnya datang duduk. Paling akhir dibanding rombongan West dan lainnya.

Semua berkumpul menjadi satu. Satu lirikan berakhir melirik penuh penasaran dengan wajah-wajah baru anak-anak muda.

West lebih curiga, untuk apa anak-anak yang terpilih dari lima kota ini, harus dikumpulkan. Terlebih wajah mereka seakan lebih tua dibandingkan kami.

West tetap tidak tau jawabannya. Menemukan sesuatu disini, membuatnya menjadi berputus asa. Tapi mungkin saja sebentar lagi, semuanya akan terungkap. Secara pasti.

"Selamat datang untuk kalian. Para anak-anak muda."

Pemicu suara panggilan, memanggil semua remaja, menjadi merendahkan suara. Semua heboh mencari sumbernya.

"Siapa yang berbicara?" West sibuk mengarahkan kepalanya, untuk mencari suara itu.

Perhatian West, terarah langsung kepada satu orang. Lebih cepat dibandingkan anak-anak lainnya yang kebingungan mencari.

"Hologram?" West menyipit kelopak bola mata.

Layar biru membuat rekayasa seorang manusia. Bergerak leluasa, sudah seperti orang benar. Teknologi yang tidak bisa diucapkan bagi West, selama menonton wanita, pada tengah-tengah lingkaran.

"Selamat kepada semuanya, anak-anak muda terpilih, datang jauh-jauh ke tempat ini. Saya, Mrs. Grow, selaku direktur utama, mengucap banyak selamat kepada kalian."

Anak-anak remaja yang dikumpulkan, memberi tepukan tangan.

"Seperti yang sudah kita semua tahu, kalian semua memiliki harapan untuk kehidupan ini. Mulai dari kota Lumber, kota stroter, kota Dispath, kota healers, dan satu lagi kota Greny."

Baju-baju yang dipakai setiap group kota pun berbeda warna-West menyadari untuk sekarang.

Kota lumber dengan corak warna merah, Kota stroter warna abu-abu, kota Dispath warna hitam, kota Healers warna putih, sedangkan kota Greny berwarna hijau.

Malam tadi, selama matanya terus terjaga, West membuka lembar catatan mengenai buku miliknya. Tentang pendirian kota pusat dan lima kota lainnya sebagai penghubung dan penggerak satu sama lain, dimana itu adalah keberuntungan yang terikat.

"Selamat datang, dan selamat bergabung dalam grup ini."

Layar hologram masih diputar menyala. Semua bersorak bertepuk tangan dengan kedatangan kami semua.

Bagian dari acara secara keseluruhan adalah pembagian gelang-gelang kepada anak-anak remaja hari ini.

Sebuah gelang muncul dari dalam bangku kursi masing-masing. Kemunculan secara tiba-tiba membuat West, semakin takjub akan teknologi yang dipakai oleh kota Victory.

Peradaban lebih maju dan bisa dibilang teknologi yang digunakan pun, tidak bisa dibayangkan oleh pikirannya. Sejak West lahir, dia selalu hidup sederhana. Melakukan pertanian sejak kecil yang dididik melalui kedua orang tuanya.

Gelang itu mengambang tepat di hadapan West. Tidak hanya dia sendiri, namun bersama-sama. Akhir dari itu, gelang tadi langsung menyesuaikan dengan pemilik tangan.

"Klik!"

Gelang hitam polos, bergerak menekan kulit West.

"Untuk tour, kegiatan yang akan kalian jalankan selama sebulan ini, dan kamar kalian, semua sudah tertera dalam gelang kalian." Mrs. Grow berkata, "gunakan lebih serius, atau gelang itu akan merusak kalian."

Hologram biru akhirnya dimatikan dengan sendirinya. Menghilang dalam sekejap mata.

Semua bertanya-tanya, dan mengotak-atik gelang pemberian pusat. West dengan penasaran tinggi, memulai menyentuh satu tombol pada tengah-tengah gelang.

"Apa ini?" layar biru muncul diatas gelang-West terlihat bingung melihatnya.

Fitur bumi bulat dengan semua wilayahnya, radar pelacak pada dirinya ikut muncul disana, dan juga waktu hari ini. 11.30 .

"Kau tidak mencobanya?" West menanyakan kepada Erton, termangut bosan.

"Tidak. Aku tidak tertarik dengan alat semacam itu."

Erton tidak bergairah mencoba menekan.

Sekali lagi, West terus menekan yang dia tau sekarang. Petugas yang berdiri tadi, menjadi bergerak sesuai intruksi pada layar kacamata mengambang. Terpasang di kepalanya, dan muncul begitu saja.

"Sejak kapan mereka pakai alat itu?" West memiring sedikit kepalanya. "Dan juga, dimana barang-barang kami?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!