NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapakah Evan?

Untuk kedua kalinya. Tante Anna memaksa Devan.

Devan mulai jengkel dengan prilaku Tante Anna

Namun ia tetap tenang.

"Tante, mulai sekarang jangan ganggu saya lagi! Saya banyak urusan! Tolong pergilah!" balas Devan dengan menyipitkan kedua matanya.

"Apa karena kamu sudah menemukan cinta Dev!Hehh! Lelaki seperti kamu. Sampai kapanpun tak kan pernah mengerti arti cinta!" Cibir Tante Anna ketus.

"Jaga bicaramu!" Devan menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa? Apa yang salah dengan perkataan ku, kamu memang laki- laki brengsek!" Tante Anna membusungkan dadanya di hadapan Devan menantang.

Kedua mata Devan membelalak. Amarahnya kian memuncak dan tak bisa lagi ia kendalikan.

"Cukup!" Devan menunjuk satu jarinya ke arah Tante Anna.

Tante Anna mengembus nafas kasar.

"Saya tidak mau berdebat denganmu!" bentak Devan.

"Kenapa Dev, kamu takut?" Tante Anna semakin menjadi. Devan melotot, lalu menjorokkan tubuh Tante Anna agar menjauh, membuat tubuh Tante Anna hampir saja jatuh.

"Kurang ajar kamu, Dev!" Tante Anna membalas perlakuan kasar Devan dengan mengepalkan satu tangannya untuk menampar Devan, tapi dengan cepat Devan menahan tangannya.

"Saya tak ada waktu meladeni seorang wanita!" Sentak Devan.

Setelah mengatakan itu, Devan pergi dari sana. Tidak mau meladeni wanita jalang dan nakal seperti Tante Anna.

Tante Anna berdiri kaku dan membisu. Dia memandangi Devan yang pergi berlalu dengan motornya, meninggalkan rasa kepenasarannya yang belum sempat di jawab Devan, lelaki yang bisa dia pakai guna menyalurkan hasrat birahinya.

*****

Tiba di rumah besar dan megah milik Pak Bowo, Devan menghentikan motornya. Dua orang satpam yang berjaga di depan langsung membuka pintu gerbang menyambut kedatangan Devan.

"Silahkan tuan. Tuan Bowo sudah menunggu anda," sambutnya seraya menunduk dan membantu Devan memasukkan motornya.

"Terima kasih," ucap Devan.

Setelah memarkirkan motornya. Devan bejalan di barengi satpam satunya yang sedikit terlihat lebih muda darinya.

"Mari tuan." Devan mengangguk lalu mengikuti satpam itu yang berjalan pelan di didepannya.

Sebuah taman ditumbuhi beraneka warna bunga menghiasi setiap sisi tembok megah pembatas.

Devan berdiri tepat di pintu berukuran besar dan berukir. Dua orang pelayan wanita sudah melebarkan pintu dan mempersilahkan Devan untuk masuk.

Tampak juga Pak Bowo sudah duduk manis di sofa warna putih, dengan melipat satu kakinya sambil tersenyum menyambut Devan.

"Mari sini Pak Dev. Bapak jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri hahaha ... " sambut Pak Bowo seraya tertawa lebar memperlihatkan gigi putihnya.

"Ba, baik Pak," jawab Devan sedikit gugup. Kemudian Devan duduk berhadapan dengan Pak Bowo.

"Selamat malam Pak," ucap Devan sambil menunduk hormat.

"Malam Pak Dev. Ayo, tadi katanya Bapak mau bicara hal penting sama saya," tanya Pak Bowo.

"Begini Pak, sa- saya," Devan berusaha tenang meski dalam hatinya ia merasa tegang dan gugup.

"Ayo Pak. Katakan ada apa?" tanya Pak Bowo lagi.

"Saya siap menikahi Putri Bapa," tegas Devan.

"Hah! Serius?" Pak Bowo membelalak mendengar pengakuan Devan.

"Iya Pak. Saya serius," kata Devan. Walau berat, tapi terpaksa Devan katakan itu.

"Hahaha ... saya senang Mendengarnya," ujar Pak Bowo seraya berdiri dan berjalan mendekati Devan lalu duduk di sampingnya.

"Pak, terima kasih, ya ... " ucap Pak Bowo. Matanya tampak berkaca sambil menatap nanar wajah Devan.

"Katakan, Bapak butuh uang berapa?"

Devan langsung mendelik melihat wajah Pak Bowo. Tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan bosnya itu. Bagaimana dia bisa tahu, kalau dirinya membutuhkan uang.

"Maaf, Pak. Tapi ..." jawab Devan terbata.

"Sudahlah Pak Dev. Bapak ini sudah tua. Jadi Bapak bisa tahu. Maksud dan tujuan Pak Dev datang kesini. Saya kan sudah memberi Pak Dev waktu dua hari untuk berpikir. Pembicaraan apa yang penting selain uang, hahaha ... " tawa Pak Bowo pecah memekikkan gendang telinga Devan.

"Bapak tahu darimana, saya butuh uang?" tanya Devan penasaran.

"Tentu saja dari wajahmu, Pak. Lihat! Muka Bapak pucat begitu," ejeknya seraya menatap tajam wajah Devan. Wajah Devan memerah seketika menahan malu sambil menelan ludahnya.

"Mbak! Tolong ambil tas hitam saya dikamar!" teriak Pak Bowo pada salah satu pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka berdua. Dengan sigap, pelayan muda itu langsung berlari menaiki tangga atas.

"Pak Dev. Saya sangat bahagia malam ini. Pak Dev begitu baik mau menolong saya," ucap Pak Bowo.

"Sama-sama Pak. Bapak juga selama ini sangat baik pada saya. Maaf Pak. Saya menikahi Nabila, bukan semata- mata karena uang. Tapi malam ini memang saya butuh uang dan mendesak. Anggap saja ini hutang Pak," terang Devan.

"Kamu jangan bicara begitu Pak Dev. Selama Pak Dev bisa membahagiakan putriku. Saya akan serahkan semua apa yang menjadi milikku. Termasuk harta kekayaan ini. Nabila adalah putriku satu- satunya. Ibunya sudah lama tiada. Jadi siapa lagi yang akan membahagiakannya selain saya" jelas Pak Bowo dengan wajah memelas.

Tak butuh waktu lama. Pelayan sudah datang membawa tas hitam lalu menyerahkannya pada majikannya. Lembaran cek kosong dikeluarkan dari tas hitam itu.

"Ayo Pak Dev. Sebutkan saja angka yang Bapak mau disini. Terserah berapa jumlah yang Pak Dev inginkan, pokoknya semua uang yang saya miliki ini, suatu saat akan jadi milik Bapak semuanya, termasuk rumah ini," kata Pak Bowo sambil membuka lembar demi lembar cek yang di pegang nya.

Devan tidak menduga, Pak Bowo begitu menyayangi putrinya. Sungguh, bos nya itu seorang pria yang luar biasa mencintai putrinya. Hingga harta yang dimilikinya rela diserahkan begitu saja padanya. Tapi lihat. Apa yang dilakukan Nabila. Gadis muda itu tak pernah memahami cinta kasih ayahnya. Di usianya yang masih belia. Nabila sudah salah jalan. Dan hamil di luar nikah tanpa mengetahui siapa sebenarnya pria yang semestinya bertanggung atas jabang bayi yang kini ada di rahimnya.

"Ayo Pak Dev. Kenapa Bapak malah bengong?" Tegur Pak Bowo.

"Eh, iya Pak." Sambil menyeka keringat yang menetes di dahinya. Devan kemudian menyebutkan sejumlah uang untuk ditulis Pa Bowo.

"Saya hanya butuh 350juta Pak," ucap Devan dengan nada rendah.

"Hmm ... baiklah, kalau boleh tahu, untuk apa, uang sebesar ini," tanya Pak Bowo sambil menulis jumlah yang baru saja Devan sebutkan.

"Untuk, untuk ... " jawab Devan terbata.

"Ok. Tidak usah di jawab! Yang penting Bapak bahagiakan putri saya. Itu saja." Pak Bowo kemudian menyerahkan cek itu kepada Devan.

Dengan ragu, Devan mengambil cek itu.

"Ambilah," Pak Bowo tersenyum lega, akhirnya Devan menyetujui permintaannya. Bukan tanpa alasan Pak Bowo memilih Devan untuk menjadi pendamping putrinya. Itu di karenakan, Devan pekerja keras dan ulet. Di kantor Devan salah satu karyawan yang paling menonjol, dengan segudang prestasi yang pernah di raihnya.

Pak Bowo, berharap suatu saat nanti. Devan bisa menggantikan posisinya sebagai Direktur utama.

"Terima kasih banyak Pak," kata Devan. Devan kemudian memasukkan cek itu ke dalam saku jaketnya.

"Ayo. Temui Nabila di kamarnya. Dia pasti sangat senang menerima kabar ini," ucap Pak Bowo sambil memanggil pelayan untuk mengantar Devan menemui putrinya.

"Tapi Pak. Saya ... " Devan sedikit terkejut mendengar titah Pak Bowo.

"Ayolah, sebentar lagi Nabila akan jadi istrimu. Kamu jangan sungkan begitu hahaha ... " Lagi- lagi Pak Bowo tertawa terbahak membuat Devan merasa risih dan takut.

"Baiklah," ucap Devan malas.

Semua yang di lakukan Devan, demi adik tercinta nya terbaring lemah dan butuh pertolongannya segera.

Belum sempat Devan melangkah. Tiba- tiba, Nabila sudah berdiri di tangga teratas sambil memandangi Devan yang berada di bawah.

Devan mendongak ke atas menatap gadis cantik yang melenggang menuruni anak tangga satu persatu. Tubuhnya terbalut gaun malam warna merah marun. Rambutnya dibiarkan tergerai indah dan bergelombang.

"Nah itu Nabila. Ayo sini Nak. Lihat siapa yang datang," ujar Pak Bowo sambil berjalan perlahan mendekati Nabila.

Nabila membatu.

"Ayo Nak. Pak Dev ada disini," ucap Pak Bowo sambil mengelus rambut Nabila.

Devan tersenyum sambil menunduk mengalihkan tatapannya dari bersitatap dengan gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Sayang ..." Nabila tiba- tiba menghambur ke arah Devan dan memeluk tubuh Devan dengan sangat erat. Sontak Devan kaget bukan kepalang mendapati aksi Nabila yang begitu berani memeluk dirinya.

Nabila memang gadis binal yang tak punya rasa malu sedikitpun.

"Evan. Kamu jangan tinggalin aku lagi hisk ... hiks ... " Sebuah mana terucap dari mulut Nabila dan itu membuat Devan terperangah.

"Evan!" Devan lantas bergerak melepaskan pelukan Nabila. Namun Pak Bowo dengan cepat manarik tangan Nabila.

"Itu Evan, teman sekolahnya Pak Dev, ya. Teman sekolah," ujar Pak Bowo dengan wajah pucat. Kedua pelayan langsung berlari mendekati Nabila dan membawanya ke atas.

Jantung Devan berdetak kencang mendapati situasi yang baru saja dialaminya.

Siapa Evan? Tadi Nabila memeluknya seolah dirinya adalah laki- laki yang bernama Evan

Devan mulai mencurigai aksi Nabila.

Evan? Siapakah Evan?

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!