Menikahi Majikan Kejamku

Flashback

Sebelum Adrian keluar dari kamarnya. Ia sudah memikirkan matang-matang untuk melamar Laura malam ini. Adrian sudah sejak tadi mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia menatap kotak biru itu berulang kali.

"Katakan! Tidak! katakan! Tidak!" ucapnya sambil menghitung jarinya bolak balik.

Akhirnya Adrian mengambil keputusan. Ia akan mengungkapkan perasaan nya pada Laura. Ia sudah tidak sanggup memendam perasaan nya itu. Adrian akan menerima apa pun jawaban yang akan diberikan Laura kepadanya.

Adrian keluar dari kamar dan ia terkejut melihat Laura sudah berdiri di hadapannya.

Flashback off.

Sementara Damian merasa gelisah. Ia tak bisa memejamkan kedua matanya. Bayangan akan Laura selalu menghantuinya. Damian membuka laci dan betapa terkejut ia melihat cincin Laura di sana.Sebelum pergi Laura sempat melepas dan meninggalkan cincin itu.

"Cincin ini?" batinnya.

Damian menatap cincin itu. Cincin yang pernah ia sematkan di jari Laura. Damian tersenyum miring.

"Kau benar-benar tak menginginkan ku Laura!" gumamnya.

Timbul penyesalan dalam hatinya sejak ibunya mengungkapkan siapa bayi yang dikandung oleh Laura. Namun sampai saat ini ia belum mendapat informasi apa pun dari orang suruhannya dimana Laura sekarang.

"Aku akan mencari mu!" gumamnya sambil terus menatap cincin itu.

***

Pagi itu Abel bersiap untuk tampil di acara pentas seni di sekolah. Ia memakai kostum yang sudah di siapkan dari sekolah.

Bik Rum membantu Abel mempersiapkan dirinya. "Nona Abel, kau cantik sekali?" puji bibi Rum.

Abel segera menatap dirinya di sebuah cermin. Abel benar-benar sangat cantik ia di pilih menjadi seorang putri.

"Wow.Anak papa sudah siap?" ucap Damian begitu melihat putri kecilnya itu.

"Apakah Abel terlihat cantik, papa?" tanya Abel.

"Tentu saja sayang" sahut Damian.

Bik Rum menatap mereka sambil tersenyum. Ia membawa Abel turun ke bawah. Sementara Damian berjalan menuju kamar nyonya Laurent.

tok tok tok

ceklek

"Apa mama sudah siap?" tanya Damian.

Nyonya Laurent menoleh. "Tunggu sebentar lagi. Kau bisa turun nanti aku akan menyusul! " sahut nyonya Laurent.

Tidak berapa lama mereka berangkat ke sekolah. Abel masih saja murung. Ia sangat merindukan ibunya. Namun ia tahu ayah dan neneknya sudah pasti akan berbohong lagi kepadanya.

Ya! Abel bukan anak yang bodoh. Di usia nya yang sekarang ia mengerti apa yang terjadi dengan ibunya. Selama ini ia tahu ibunya terlalu sering disakiti oleh ayahnya.

Sehari sebelum ibunya pergi. Laura berpesan kepada nya agar selalu menurut kepada nenek dan ayahnya. Itulah sebabnya Abel selalu menurut kepada mereka.

Sementara Laura sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk calon suaminya.

"Laura kau tak perlu melakukan nya. Biarkan mereka saja!" ucap Adrian

"Tak apa, aku sudah terbiasa".

"Bukankah ini waktunya kau ke dokter?" tanya Adrian.

"Ya Tuhan, hampir saja aku melupakannya! " sahut Laura.

Untung saja Adrian mengingatkan nya. Kalau tidak sudah pasti Laura akan melupakan kunjungannya bulan ini.

"Bersiaplah! Aku akan mengantarmu sebelum berangkat ke kantor" jelas Adrian.

Laura segera menghabiskan sarapannya dan ia bergegas membersihkan tubuhnya.

Di tengah perjalanan Laura merasa mual."Bisakah kau menepi? perutku mual sekali"rintih Laura.

Adrian segera menepikan mobilnya dan ia segera memutari mobil dan membuka pintu untuk Laura.

"Hati-hati" ucap Adrian lembut.

hoek hoek hoek

Laura memuntahkan semua isi perutnya. Sarapan yang baru saja ia telan kini telah terbuang semua tanpa sisa sedikitpun.

Tubuh Laura terasa lemas. Adrian memapah Laura menuju mobil. Ia mendudukkan Laura perlahan. Laura segera mengoleskan perutnya menggunakan minyak angin khusus bayi.

"Bagaimana sekarang? Bisa kita lanjut?" ucap Adrian. Laura hanya mengangguk.

Adrian melajukan mobilnya dengan sangat pelan. Ia tak ingin Laura mengalami guncangan agar tidak mual lagi.

Sampai di rumah sakit Adrian membawa Laura langsung ke ruang rawat inap khusus.

"Cepat panggil Melisa!" titahnya kepada perawat yang turut mengantarnya.

Laura tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tanpa aba-aba Adrian langsung menggendong tubuhnya dan membawa ke tempat ini.

"Sebenarnya siapa Adrian ini?" batin Laura.

Tak berapa lama Melisa masuk ke kamar nya. "Bagaimana keadaan mu Nyonya?".

" Cepat kau periksa saja! Aku khawatir terjadi sesuatu"tegas Adrian.

Melisa langsung memeriksa keadaan Laura. Ia merasa Laura sedang mengalami morning sickness. Itu biasa terjadi pada ibu hamil.

"Bagaimana Mel?" tanya Adrian cemas.

"Nyonya tidak apa-apa tuan, beliau hanya mengalami morning sickness seperti orang kebanyakan . Itu biasa terjadi pada ibu hamil" jelas Melisa.

Mendengar penjelasan Melisa Adrian dan Laura menjadi lega.

"Bagaimana kandungan saya Dokter?" tanya Laura.

"Sebentar nyonya, perawat sedang membawa alat medis nya ke sini".

Mendengar hal itu membuat Laura melirik Adrian. Ia semakin penasaran tentang calon suaminya itu. Adrian kembali menatap Laura. Namun segera Laura memalingkan wajahnya.

" Ada apa?"tanya Adrian.

Adrian sempat melihat gerak gerik Laura. Laura hanya menggeleng pelan. Tidak berapa lama perawat lain masuk ke sana.

Sekali lagi Laura menatap bayi mungil itu melalui monitor 3 dimensi. Wajahnya terlihat sedikit jelas dari bulan lalu.

" Wah, sehat sekali bayi anda nyonya"ucap Melisa.

Laura tersenyum simpul. Ia benar-benar merasa bahagia. Sementara Adrian menatap penuh haru. Laura melirik Adrian sekilas.

"Ada apa Adrian?" tanya Laura.

Adrian gugup, ia kembali menatap calon istrinya dan mendekat ke arahnya. Sambil memegang jemari Laura ia mengecup kening wanita itu.

"Terimakasih Laura! " ucapnya singkat.

Laura tersanjung Adrian memperlakukan nya seperti itu. Tapi ia masih bingung dengan ucapan Adrian barusan.