Haura, seorang gadis pengantar bunga yang harus kehilangan kesuciannya dalam sebuah pesta dansa bertopeng. Saat terbangun Haura tak menemukan siapapun selain dirinya sendiri, pria itu hanya meninggalkan sebuah kancing bertahtakan berlian, dengan aksen huruf A di dalam kancing itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGTB And CEO BAB 18 - Satu Langkah Lagi
Monica yang sudah berjanji untuk mencari Haura pun menepati janjinya. Selama setahun terakhir ini ia terus berkeliling Indonesia, mencari dengan teliti seorang wanita berhijab yang bernama Haura Almayra.
Monica sangat berharap, ia yang lebih dulu menemukan wanita itu, sebelum Adam sang suami menemukannya.
Monica ingin memastikan jika Haura tidak akan menjadi penghalang diantara hubungannya dengan sang suami. Dan andaikan pun Haura benar-benar hamil anak Adam, maka Monica akan meminta anak itu untuk diasuhnya.
Monica yakin, jika Haura tak memiliki cukup kemampuan untuk membesarkan seorang anak. Apalagi untuk membiayai pendidikannya.
Menghela napas, Monica merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Setahun bukanlah waktu yang singkat, namun ia tak juga menemukan Haura.
Bahkan kini ia sudah berada di Papua, lokasi paling ujung di Indonesia.
"Dimana sebenarnya wanita itu berada? apa dia sudah mati?" gumamnya, seraya menatap langit-langit kamar hotel tempatnya menginap.
"Apa aku harus bertanya pada Darius?"
Monica menggeleng pelan, Tidak, batinnya yakin. Jika ia kembali berhubungan dengan pria itu, yang ada malah Adam semakin membencinya. Monica yakin jika kini pun semua pergerakkannya tak lepas dari mata-mata Adam.
"Tapi hanya Dariuslah yang tahu dimana wanita itu berada," gumam Monica lagi, ragu.
Akhirnya setelah lama termenung dan berpikir, Monica memutuskan untuk menghubungi Darius. Setelah sekian lama ia tak berhubungan dengan pria itu.
Dengan jantungnya yang berdetak takut. Monica mulai menghubungi Darius, langsung ke nomor pribadi orang itu.
Terdengar bunyi tut tut tut yang teratur, namun lama Darius tak mengangkatnya.
Saat Monica hendak memutus, terdengar suara Halo di ujung sana.
Monica bergeming, menatap layar ponselnya yang menampilkan panggilan terhubung. Detik waktu panggilan itu terus berjalan, hingga beberapa detik.
"Ha-halo," jawab Monica ragu.
Diujung sana Darius tersenyum miring, ia tahu jika yang menelponnya adalah Monica.
"Ada apa? apa yang kamu butuhkan?" tanya Darius langsung pada intinya. Hubungannya dengan Monica memang hanya sebatas saling menguntungkan satu sama lain, tidak lebih.
Membuat kesepakatan yang bisa menguntungkan kedua belah pihak.
"Dimana wanita itu berada?" tanya Monica langsung, tanpa basa basi, ia ingin ini berakhir dengan cepat.
Di dengar oleh Monica, Darius yang malah terkekeh.
"Apa suamimu masih mencari wanita itu?"
"Ti-tidak," jawab Monica cepat.
"Aku hanya ingin tau dimana keberadaannya saat ini, memastikan bahwa ia tak akan menggangguku kelak," timpal Monica gugup.
Darius tak langsung menjawab, ia berpikir untuk menukar informasi itu menggunakan apa.
"Dia di Kalimantan utara, tapi aku tidak tau dimana pastinya. Dan itu tujuan dia 6 tahun lalu, entah sekarang masih di sana atau tidak," jelas Darius apa adanya.
Mendengar itu, kedua mata Monica terbelalak. Ia sudah ke Kalimantan, namun hanya menyisir perkotaannya saja. Belum sampai ke pelosok desa.
"Apa yang kamu minta," tanya Monica langsung, ia tahu cara main jika berhubungan dengan Darius. Darius tidak akan memberikan informasi apapun jika ia tak mendapatkan keuntungan juga.
"Luna, Asisten pribadi suamimu," jawab Darius dengan senyum menyeringai.
Mendengar itu, Monica menelan salivanya dengan susah payah. Luna bukanlah seorang wanita yang mudah untuk ditangani, terlebih ia dalam perlindungan Adam.
"Baiklah, setelah aku kembali ke Jakarta, aku membuat Luna menjadi milikmu."
Tanpa menunggu jawaban Darius, Monica langsung memutus sambungan telepon itu. Jantungnya makin berdetak tak beraturan.
"Kenapa harus Luna," gumamnya seraya meremat ponselnya sendiri, kedua tangannya sudah basah oleh keringat dingin.
Namun tak ingin banyak berpikir, Monica langsung bergegas ke Kalimantan utara saat itu juga.
Ia terus mencari hingga salah satu anak buahnya menemukan seseorang atas nama Haura, yang wajahnya mirip seperti dalam foto yang mereka bawa.
Orang suruhan Monica itu mengatakan, jika beberapa hari yang lalu ada pula seorang pria yang mencari Haura. Namun sayang, kini Haura sudah tak tinggal di Parupay.
Haura sudah meninggalkan desa Parupay satu bulan yang lalu.
Mendengar itu, Kaki Monica bergetar, tak sanggup berdiri ia langsung terduduk si kursi.
Siapa orang yang mencari Haura? apakah salah satu orang mas Adam? Batin Monica penuh banyak tanya.
Ia makin merasa cemas ketika mengetahui Haura sudah kembali ke Jakarta. Monica sangat yakin, jika kini Haura hendak meminta pertanggung jawaban suaminya, Adam.
"Tidak, itu tidak boleh terjadi," gumam Monica seraya menggeleng.
"Kita kembali ke Jakarta," ucap Monica lagi.
Namun dengan cepat, orang suruhannya itu mencegah. Saat ini sedang hujan badai, penerbangan ditunda hingga esok pagi.
Dengan hatinya yang begitu cemas, Monica tetap bertahan disana. Melawan kegundahan hingga esok hari.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bagaimana?" tanya Adam dingin pada sang asisten pribadi, Luna. Menanyakan tentang pencarian terbaru Haura.
Jika di Indonesia, maka Luna lah yang berhubungan dengan Mark. Mark tak pernah menampakkan dirinya di tengah keramaian.
Luna menjadi penyampai informasi.
"Diluar dugaan kita Tuan, dia mampu bertahan hidup dengan baik. Mark benar, saat itu Haura tengah hamil. Tak hanya 1, dia hamil anak kembar, kedua anaknya bernama Azzam dan Azzura."
Mendengar itu, ada geleyar aneh di hati Adam.
"Haura sudah memiliki perkebunan yang cukup luas di Kalimantan, ia bahkan bekerja sama dengan pedagang dari Malaysia. Dia kembali ke Jakarta untuk menyekolahkan kedua anaknya."
Adam bergeming, hanya mampu mendengarkan. Lidahnya kelu walau hanya untuk sekedar menanggapi.
Pikirannya terbang kemana-mana tanpa tujuan. Nama Azzam dan Azzura terus bermunculan.
Anakku. Batin Adam yakin.
"Mark meminta waktu 3 hari untuk menemukan Mereka di Jakarta," terang Luna lagi, dilihatnya sang Tuan yang tetap setia bergeming. Menatap dengan tatapan yang dingin dan kosong.
Sabarlah Tuan, sebentar lagi anda bertemu dengan mereka, satu langkah lagi. Ucap Luna yang hanya bisa membatin.
Selesai membahas tentang Haura, Luna pun melaporkan tentang jalannya perusahaan mereka. Terlebih, akhir-akhir ini banyak sekali event yang sedang mereka gelar.
PT. Malik Kingdom, tak hanya fokus memperluas kerajaan bisnisnya. Mereka pun fokus membantu pertumbuhan ekonomi desa-desa kecil, membantu pendidikan para anak-anak berprestasi dan membangun berbagai yayasan.
Hal inilah yang membuat perusahaan keluarga Malik menjadi semakin kuat, tingkat kepuasan masyarakat oleh perusahaan itu menjadikannya terus menempati posisi satu.
"Lakukan seperti biasa, sempurna tanpa ada kesalahan," titah Adam.
"Baik Tuan," jawab Luna patuh, lalu undur diri dari ruangan sang presdir.
Meninggalkan Adam seorang diri.
Ditatapnyalah, foto Haura lagi. Kebiasan yang sudah ia lakukan selama setahun terakhir, setelah mengetahui jika wanita dimalam itu adalah Haura. Semenjak itu, Adam hanya mampu memandangi wajah cantik sang wanita.
Aneh memang, seperti magnet ia tak pernah lepas dengan foto itu.
"Apa kamu akan memaafkan aku? mengizinkan aku menemui mereka, anak-anakku," gumamnya dengan banyak pertanyaan.
Namun tak ada yang menjawab, selepas suaranya menghilang, hanya keheningan yang tersisa.