Selama hidupnya Lesya memang selalu licik dan tak terkalahkan hanya demi mempertahankan warisan sang ibu. Tetapi dia mengalami kecelakaan dan terjun ke jurang. Lesya dinyatakan meninggal dan harta warisan miliknya dikuasai oleh pamannya yang serakah.
Siapa sangka dia kembali hidup dan memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Tetapi Lesya dibangkitkan pada tubuh seorang gadis lemah bernama Yiesha yang di biarkan terkurung dan kelaparan berhari-hari. Jiwanya yang penuh dendam ingin Lesya bisa membalaskan perbuatan keluarga tiri dan teman-temannya yang jahat kepadanya. Lesya berjanji.
Hingga Lesya bertemu dengan atasan sekaligus orang yang membantunya untuk membalaskan dendam. Kenzo pewaris keluarga Will yang buruk rupa. Ingin membuktikan jika dia pewaris yang sah atas kekayaan milik ayahnya.
Bagaimana cara Lesya membalaskan dendamnya? Yukkk... mari kita simak bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⅕ x 10 + 2
Kondisi rumah sudah sangat memprihatinkan sejak Yiesha tidak mengerjakan pekerjaan rumah karena dikurung di dalam gudang. Piring kotor menumpuk, lantai keramik kotor dengan debu dan jejak kaki, baju kotor belum di cuci, halaman depan penuh dengan dedaunan kering dan kolam renang airnya berbau karena belum dikuras dan di ganti dengan air yang baru.
Belva yang baru saja bangun tidur menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Hidungnya mencium aroma tidak sedap, ternyata itu berasal dari tumpukan piring kotor yang ada di wastafel selama berhari-hari.
"Iyuuuhhh menjijikan. Sampai busuk begini baunya, hueeekkss!!!" keluh Belva sambil menutup hidungnya guna menahan aroma tak sedap agar tidak masuk ke dalam indra penciumannya.
Dia teringat jika Yiesha berada di kamarnya, mungkin saat ini sudah sadar. Waktunya Belva untuk mendatangi kamar Yiesha nyuruhnya untuk segera mencuci piring-piring kotor tersebut. Menurutnya sudah cukup waktu bagi Yiesha untuk beristirahat dan sekarang waktunya untuk membersihkan rumah.
Dooor
Dooor
Dooor
Dengan cukup keras kepalan tangan Belva menggedor pintu kamar Yiesha yang sebenarnya diperuntukkan untuk kamar pembantu. Sejak sang ayah meninggal, Belva memindahkan kamar Yiesha kebelakang dan menjadikan kamar Yiesha sebagai kamar tamu.
"Yiesha, bangun kamu. Jangan kebanyakan tidur, dasar pemalas. Apa kamu tidak tahu pekerjaan rumah sangat banyak. Bangun kamu Yiesha, jangan pura -pura tidur. Saya tahu kamu sudah bangun!!! Cepat buka pintunya dan keluar Yiesha. Kalo tidak saya dobrak pintu itu!!!" teriak Belva dengan nada suara yang begitu keras.
Belva awalnya mencoba untuk membuka pintu kamar Yiesha tapi ternyata terkunci dari dalam, padahal dia ingat sebelum meninggalkan Yiesha dalam kamarnya dia tidak mengunci pintu tersebut, berarti Yiesha sudah bangun dari pingsannya.
Karena tak kunjung ada jawaban dari dalam kamar, Belva terus menggedor pintu kamar tersebut dengan sangat keras. Untung saja jarak antar rumah di komplek tersebut lumayan jauh sehingga apa yang terjadi di dalam rumah tidak didengar oleh tetangga.
*Karena jiwa Lesya sudah berada dalam tubuh Yiesha, maka selanjutnya tokoh akan memakai jari diri Yiesha. Karena Lesya dinyatakan meninggal dalam kecelakaan yang melibatkan dirinya*
Yiesha yang tak sengaja kembali tertidur setelah membersihkan tubuh mendengar suara gedoran dan teriakan dari luar kamarnya. Terpaksa dia membuka matanya dan bangun karena suara tersebut cukup menganggu. Tidak mungkin juga Yiesha bisa kembali tidur dengan kondisi yang sangat ribut.
Dengan langkah gontai dan malas, Yiesha berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Siapa sih!!? Berisik tau ga, ganggu orang lagi tidur aja!!" keluh Yiesha sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa mengantuk.
"Ngomong apa kamu barusan hah??? Siapa yang kamu bilang mengganggu!! Kurang ajar, tidak pernah diajarin sopan santun ya!!!" Pekik Belva murka.
Sejujurnya dia cukup terkejut dengan cara bicara Yiesha yang begitu berani, padahal selama ini tidak pernah berani Yiesha berkata demikian.
"Kalau ngomong bisa ga ya pelan dikit suaranya, ini telingaku mau pecah rasanya dengerin suara yang kerasnya melebihi toa mesjid," jawab Yiesha dengan polos.
"Kamu ini mau melawan saya!!! Sudah cukup bukan waktu beristirahatnya, sekarang waktunya kamu bekerja. Pekerjaan rumah sangat banyak, piring kotor, baju kotor, lantai rumah perlu dibersihkan. Dan kamu jangan seenaknya bertindak, kamu bukan siapa-siapa dirumah ini," ucap Belva dengan tegas.
Yiesha menanggapi ucapan ibu tirinya dengan masa bodoh, kedua telapak tangannya bahkan disimpan di telinganya agar suara Belva yang keras tidak mengganggu pendengarannya.
"Kamu dengar ucapan saya tidak!!!!!" geram Belva, Yiesha nampak berbeda kali ini.
Yiesha memegang perutnya yang masih terasa lapar, rupanya sepiring nasi yang sempat dia makan tidak cukup mengenyangkan. Apalagi beberapa hari dia menahan lapar akibat di kurung di gudang.
Melihat gelagat Yiesha yang tengah memegangi perutnya, Belva tahu jika anak tirinya tersebut merasa lapar.
"Tidak ada makanan sebelum mengerjakan pekerjaan rumah!!!" seru Belva tiba-tiba.
Yiesha menatap tajam ke arah Belva, seolah-olah ingin mencekik wanita tua di hadapannya tersebut. Sudah berdandan menor, dempul tebal di bagian wajah dan pakaian yang sama sekali tidak cocok antara atasan dan bawahan.
"Dasar ibu tiri yang kejam," ucapnya dengan suara yang lirih, tapi sayang sekali pendengaran Belva sangat sensitif.
"Berani kamu mengataiku anak pembawa sial!!!!" bentak Belva, tangannya tak lupa menjewer telinga Yiesha.
"Aaaaahhhkkkk sakit! Sakit!!! Lepaskan sia-lan!!!" teriak Yiesha kesakitan. Rupanya dia kelepasan dengan sikap Lesya semasa hidupnya dahulu yang tidak suka ditindas dan suka mengumpat.
"Beraninya kau mengumpat ku!!! Kurang ajar sekali!!!" Geram Belva tanpa melepaskan jeweran telinganya.
Belva menyeret Yiesha keluar dari kamarnya sambil menjewer telinga. Terpaksa Yiesha mengikuti kemana Belva melangkah sebab dia tak ingin telinganya putus akibat dijewer oleh Belva.
"Dasar nenek sihir, tunggu saja pembalasanku!!!" gumam Yiesha dalam hati, untuk kali ini dia mengalah terlebih dahulu.
Tak mungkin Lesya yang berada dalam tubuh Yiesha tiba-tiba memberontak. Dia harus melihat bagaimana situasi di rumah tersebut dan memikirkan bagaimana cara agar dia bisa keluar.
Lama-lama bertahan dalam rumah yang seperti neraka pastinya akan membuat Lesya mengalami kematian kedua kalinya. Tidak, itu tidak boleh terjadi!! Dalam kesempatan kali ini Lesya tidak boleh menyia-nyiakan hidup keduanya.
"Lihat, tumpukan piring kotor item kamu cuci semua jika kamu ingin makan. Tidak ada piring bersih yang bisa digunakan, maka dari itu kamu harus mencucinya semua!!!!" ucap Belva memberi perintah.
Hueeekkss
Hueeekkss
Hueeekkss
Rasanya perut Yiesha begitu bergejolak, aroma busuk dari tumbukan piring kotor begitu menyengat. Untung saja apa yang ada dalam perut Yiesha tidak ikut keluar.
"Berani ya kau mual di hadapanku hah!!!!" kesal Belva.
Tidak biasanya Yiesha merasa jijik dengan pemandangan didepan matanya, Yiesha tak pernah mengeluh jika ada sesuatu yang tidak pantas didepan matanya.
"Ibu pikir saja sendiri, ini tumpukan piring berapa tahun!! Bahkan sisa makanan pun tidak dibuang dengan benar sehingga busuk dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Mengapa tidak ibu saja yang mencucinya," sanggah Yiesha.
Lesya tidak pernah menjalankan pekerjaan rumah, kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Jadi jelas sudah mengapa Yiesha enggan melakukan pekerjaan tersebut.
"Panggil Nyonya!!!! Saya bukan ibu kamu!!!" Geram Belva.
Yiesha melipat kedua tangannya di atas perut, kemudian mengangkat kepalanya
"Kau sudah menikah dengan ayahku bukan, jadi sebutanmu adalah IBU TIRI. Dan rumah ini adalah rumah milik almarhum ayahku jadi yang sepantasnya disebut nyonya adalah aku. Aku yang berhak atas semua yang ada di rumah ini dan aku juga yang bisa mengusirmu sewaktu-waktu," ucap Yiesha dengan sorot mata yang tegas. Sama sekali tak ada ketakutan.
Tentu Belva terkejut dengan perubahan sikap dan perilaku Yiesha saat ini. Apalagi ucapannya begitu berani dan tidak disangka tidak diduga. Semua yang dikatakan Yiesha memang benar, tetapi bukan Belva jika menyerah begitu saja.
"Ya kamu benar, tapi itu dulu," jawab Belva dengan santai.
"Apa maksudmu??"