menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Zaifa pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup karena terguyur hujan deras saat masih menangis sendirian di taman. Ia berjalan dengan lunglai menuju rumah mewah yang selalu memberikan kebahagiaan setiap hari nya.
Sementara di ruang tamu rumah itu sudah ada keluarga inti dari imam, yaitu sang mama dan juga ada seorang perempuan yang usianya tidak beda jauh dengan mama imam. Juga ada seorang lelaki yang duduk dengan santai menikmati kopi hitam yang masih mengepul uap nya.
Zaifa menatap heran ke arah mereka semua. Ada apa gerangan sehingga rumah nya di datangi oleh paman dan bibi nya. dan melihat wajah datar mereka Zaifa jadi memiliki firasat yang kurang baik.
"kau sudah pulang?" tanya perempuan yang duduk di samping mam mertuanya, dan tak lain adalah bibi nya.
"ya" jawab Zaifa lemah.
Sesungguhnya niat Zaifa setelah sampai di rumah adalah lekas mandi dan beristirahat. Jujur Zaifa belum sanggup berhadapan dengan seorang lelaki yang selama ini menjadi suaminya.
"ganti lah baju. Kami menunggu mu disini" kali ini imam, suaminya yang berbicara.
Karena males berdebat, Zaifa lekas menuju kamar nya dan berganti baju. Setelah itu ia kembali lagi ke ruang tamu dan duduk di sofa tunggal yang ada di ruang itu. Tidak ada raut tegang, atau pun bahagia di wajah nya. Hanya raut sendu dan sedih yang tampak di matanya. Imam yang memperhatikan sang istri sedikit berdetak dan bertanya-tanya.
"sayang... Kenapa......"
"katakan ada apa?" tanya Zaifa datar ketika mendengar sang suami ingin berbicara.
Zaifa memandang satu per satu orang yang kini menatap nya dengan ekspresi masing-masing. Seperti mama mertua dan bibi nya yang menampilkan ekspresi sinis.
"jadi kapan rencana kalian akan hamil?" tanya Marta, bibi imam.
"ini sudah delapan tahun Zaifa. kenapa belum ada tanda-tanda jika kau akan hamil?" lanjut nya.
Zaifa tersenyum tipis, kemudian memandang lekat ke arah imam. Sudah dia duga bahwa hal ini yang akan di bahas oleh mereka. Dan hasil akhir nya nanti pasti adalah mereka memberondong Zaifa dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan dan membuat Zaifa sedih bahkan hampir putus asa.
"katakan!!! Apakah kau man*dul sehingga sampai saat ini belum bisa memberikan anak? Imam sudah sukses, jangan kan satu anak bahkan lima anak pun imam sudah pasti sanggup menafkahi nya. Ini sudah delapan tahun! Bahkan orang lain yang menikah tahun lalu sudah hamil sekarang. Lalu kau????"
Zaifa menoleh dan menatap tajam ke arah bibi nya yang baru selesai mengucapkan kata pedas itu. Ya pedas, dalam pernikahan memiliki anak adalah keinginan setiap wanita. segera hamil adalah sesuatu yang membahagiakan bagi setiap wanita yang sudah menikah. Begitu pun Zaifa, sangat berharap bisa langsung memiliki putra atau pun putri sehingga rumah nya rame dengan tangisan atau pun bahkan suara-suara kecil yang menggemaskan. Tapi bagaimana bisa hamil jika partner ranjang nya selalu memberikan pil KB setiap kali hendak berhubungan badan.
"mas?" bukan nya menjawab semua perkataan dan pertanyaan dari sang bibi Zaifa justru menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca.
"kenapa memanggil putra ku? Apakah kau ingin meminta pertolongan. Dengan Zaifa, jika kau masih belum mampu memberikan cucu kepada ku dalam setahun ini. Maka aku akan menikah kan putra ku dengan wanita lain" ucap mam mertua nya dengan tajam.
"mama!" seru imam mendengar ucapan sang mama. Menyakiti hati Zaifa tidak pernah terlintas dalam benak nya.
"kenapa imam?! Zaifa tidak bisa memberikan mu keturunan! Dia man*dul imam. Man*dul!!!"
"CUKUP!!!" Seru Zaifa lantang. Ia menatap tajam ke arah sang mertua.
"Zaifa,,, jangan marah...."
Imam hendak berdiri dan mendekati Zaifa. Namun, tangan Zaifa terangkat pertanda bahwa ia tidak ingin di dekati.
"kenapa harus aku yang selalu di tuduh man*dul oleh kalian semua? hah!" tanya Zaifa.
"mengapa harus wanita yang selalu di sakiti jika perkara anak. Bukan kah bisa jadi mas imam yang mand*ul? Bukan kah sampai sekarang bibi dan paman tidak memiliki anak. mengapa tidak berkaca?" sarkas Zaifa melipat tangan nya ke dada. Menatap tajam ke arah bibi nya.
"diam kau Zaifa! Aku dan suami ku sehat. Hanya saja tuhan belum memberikan anak kepada kami!" bentak Marta.
"begitu pun aku bi. Jika bibi berfikir setelah lama pernikahan kalian belum di karuniai anak adalah karena tuhan belum memberikan amanah. bagaimana dengan ku?" tanya Zaifa lemah.
"lagipula bagaimana aku bisa hamil jika teman ranjang ku selalu memberikan pil KB kepada ku di setiap malam" ucap Zaifa datar memandang lurus ke arah suami nya.
Imam langsung terpaku mendengar pernyataan Zaifa. Ia memandang semua orang yang saat ini tengah memandang nya juga.
"apa mama pikir aku tidak ingin memiliki anak? Aku sangat ingin ma. Namun apa yang bisa ku lakukan jika selama ini mas imam diam-diam selalu memberikan aku minuman yang sudah di laruti pil KB? Katakan ma?"
Zaifa mengusap kasar air matanya. Ia sudah lelah menangis dan sekarang ingin beristirahat. Ia beranjak. Namun sebelum berlalu ia menatap tajam ke arah mama mertua nya yang masih tampak syok.
"oh ya, mama bilang ingin menikah kan putra mama kembali. Silahkan. Aku pun akan segera menceraikan mas imam" ucap Zaifa kemudian berjalan cepat dan menutup dengan keras pintu kamar nya.
Imam langsung berdiri dan menyusul Zaifa. Ia membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci. Saat masuk ia melihat Zaifa yang sedang berdiri bersandar di meja hias milik nya. Terlihat seperti sudah menunggu kedatangan imam.
"apa maksud mu Zaifa?" tanya imam marah.
"kau sudah bisa marah mas?" tanya Zaifa.
"apakah kau tidak ingin memiliki anak?"
tidak ada jawaban dari imam. Zaifa pun tersenyum miring.
"jika kau tidak ingin memiliki anak maka sampaikanlah pada keluarga mu bahwa kau yang tidak mau memiliki anak sehingga bukan aku yang di salah kan! Kenapa kau diam saja seakan kau juga menyalah kan aku? Hah!" teriak Zaifa.
Tak lama Zaifa pun menangis sesenggukan. Sebagai seorang wanita hatinya hancur mengetahui fakta bahwa suami nya sendiri yang tidak menginginkan dirinya hamil. Tangan nya menepis kasar tangan imam yang hendak memeluk nya.
"keluar!!!!"
"jangan pernah menyentuh ku! Keluaaaarrr" teriak Zaifa. Ia melemparkan sebuah lipstik ke arah imam.
Imam kemudian berlalu dan meninggalkan Zaifa. Setelah imam pergi tubuh Zaifa luruh ke lantai. Ia memeluk lututnya sendiri sembari menangis sesenggukan.
mengapa Imam tidak tinggal. Mengapa tidak membujuknya.
Ketahuilah pria, ketika seorang wanita marah dan menolak di peluk. Maka paksa diri kalian untuk terus berusaha memeluk nya. karena perlahan wanita itu akan luluh. Meskipun awalnya memberontak namun ketika sebuah pelukan lembut dan hangat di berikan.. Makan wanita itu akan luluh.
wanita tidak suka di tinggal ketika hatinya sedang rapuh. Apalagi pria itu yang selalu mengatakan 'aku mencintai mu' setiap hari.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....