S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4. APA YANG KAU INGINKAN DARI PAPA?
"Farzan, Papa janji tidak akan pergi kemanapun tapi Papa keluar sebentar untuk mengangkat telepon ya?" Ujar Farhan setelah beberapa saat berpikir.
Farzan juga nampak berpikir kemudian akhirnya mengangguk pelan, dan Farhan pun bergegas keluar dari ruangan itu.
"Farhan, kamu tidak lupa kan kalau malam ini kita ada janji untuk makan malam bersama?" Tanya Keyla begitu sambungan teleponnya terhubung dengan Farhan. Sejak calon suaminya itu pergi dengan tergesa bersama office girl itu ia menjadi tidak tenang memikirkannya.
"Iya Key, aku tidak lupa. Tapi..." Kalimat Farhan terjeda. Ia benar-benar merasa tidak enak bila harus membatalkan janjinya dengan Keyla, namun ia juga sudah terlanjur berjanji pada putranya untuk tidak akan pergi kemanapun.
"Farhan, jangan membuat aku kecewa." Diseberang telpon Keyla sudah nampak geram mendengar ucapan calon suaminya terjeda, ponselnya ia genggam dengan erat.
"Maaf Key, sepertinya kali ini aku memang akan membuatmu kecewa. Putraku sedang sakit dan sekarang berada di rumah sakit, dan dia memintaku untuk menemaninya disini." Farhan memejamkan matanya, ia merasa bersalah karena telah membuat kecewa calon istrinya.
"Baiklah Farhan tapi hanya kali ini saja. Lain kali aku tidak mau mendengar alasan apapun lagi!"
"Iya, akan aku usahakan. Key terimakasih karena sudah mengerti aku." Ujar Farhan.
Keyla tak menjawab, ia langsung saja memutus sambungan teleponnya.
"Ya Tuhan, kenapa ini semua harus terjadi?" Farhan mengusap wajahnya dengan kasar seraya menyadarkan tubuhnya pada pintu ruang rawat putranya.
Sungguh ia benar-benar merasa dilema dengan keadaan yang sedang dihadapinya saat ini. Kenapa wanita yang dicarinya selama ini baru mendatanginya sekarang disaat ia telah memiliki calon istri?
Kenapa wanita itu tidak sejak dulu datang mencarinya disaat dirinya sedang mengandung?
Haruskah ia menyalakan takdir yang sudah mempermainkan dirinya. Terlepas dari Keyla yang mungkin saja bisa menerima kehadiran Farzan putranya, lalu apa yang akan ia katakan pada dua keluarga yang sedang berbahagia menyiapkan pernikahannya dengan Keyla.
Dari dalam ruangan, Zana menatap punggung Farhan dari kaca persegi pada pintu ruangan dengan tak berkedip. Ia tahu pasti calon istri dari laki-laki itu yang menelpon. Inilah yang tidak ia inginkan, kehadirannya pasti akan membuat calon istri laki-laki itu merasa terganggu. Tetapi ia juga tidak akan pernah mencari laki-laki itu jika bukan karena putranya.
Zana langsung mengalihkan tatapannya kearah lain ketika pintu ruangan itu terbuka.
Farhan melangkah masuk dengan tampang yang terlihat gugup, namun ketika melihat putranya tersenyum iapun ikut tersenyum dan mempercepat langkahnya menghampiri Farzan.
"Malam ini Papa akan menemanimu disini." Ujarnya setelah duduk ditempatnya semula.
"Tidak perlu menginap disini, Pak. Sebaiknya Bapak pulang saja." Ucap Zana dengan cepat. Selain tidak ingin berada dalam satu ruangan dengan laki-laki yang dibencinya itu, ia juga tidak ingin membuat calon istri dari laki-laki itu semakin merasa tidak nyaman.
"Tidak apa-apa, aku akan tetap disini malam ini." Farhan tetap bersikukuh.
"Iya Ma, biarkan Papa tetap disini. Aku ingin bercerita banyak hal pada Papa." Sahut Farzan.
Zana pun terdiam, lagi-lagi ia tidak bisa menolak keinginan putranya. Sementara Farhan semakin mengembangkan senyumnya meskipun ia tahu hal yang akan diceritakan putranya itu adalah tentang bagaimana kehidupannya selama ini yang menderita tanpa sosok ayah.
"Apa yang ingin kau ceritakan pada Papa?" Tanya Farhan sambil menggenggam erat tangan putranya, seakan sedang berusaha untuk menguatkan hatinya yang akan tercabik-cabik mendengar cerita Farzan. Dan apapun penderitaan putranya selama ini, ia akan membalasnya dengan kebahagiaan yang tidak pernah Farzan dapatkan.
"Aku bangga pada Mama. Mamaku adalah Mama yang paling hebat." ucap Farzan sambil tersenyum kemudian menoleh menatap sang mama yang berdiri disamping ranjangnya, begitupun dengan Farhan yang ikut menatap Zana dengan kening mengkerut. Ia berpikir Farzan akan bercerita bagaimana kesedihannya disaat melihat teman-temannya bersama ayah mereka sementara dirinya tidak mempunyai ayah.
"Sejak dilahirkan aku memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Ayah, tapi Mama mampu menjadi keduanya. Menjadi Ibu dan Juga Ayah untukku.
Mama jarang bersamaku karena dia sibuk bekerja dari pagi hingga malam tapi aku tahu itu semua hanya untukku.
Mama mengorbankan waktunya hanya untuk memenuhi segala kebutuhanku agar aku bisa seperti teman-temanku yang tidak terlihat kampungan meskipun sebenarnya kami memang orang susah.
Mama selalu membelikan pakaian dan mainan baru untukku, tapi Mama tidak pernah membeli kebutuhannya sendiri. Mama hanya mengutamakan diriku dan tidak mempedulikan dirinya sendiri. Tapi Mama tidak pernah mengeluh, karena itu semua demi melihat aku tersenyum.
Dan ketika aku jatuh sakit," sejenak Farzan menjeda kalimatnya. Kedua matanya nampak berkaca-kaca menatap wanita terhebat dalam hidupnya.
Zana menggeleng pelan kepalanya sebagai isyarat agar putranya itu berhenti bercerita tentang dirinya. Namun, Farzan tidak akan berhenti, papanya harus tahu bagaimana menderitanya wanita yang telah melahirkannya itu berjuang demi dirinya.
Sementara Farhan, telinganya menyimak dengan baik setiap kalimat yang diucapkan putranya namun tatapannya tak lepas menatap Zana. Ingin sekali ia merengkuh wanita yang telah melahirkan darah dagingnya itu, lalu mengucapkan ribuan terimakasih atas pengorbanan dan perjuangannya untuk Farzan selama ini. Tetapi ia tidak memiliki daya itu melakukan itu, tubuhnya seakan membeku ditempat duduknya dan hanya terus menatap Zana tanpa mampu berucap apapun. Dan ketika Farzan melanjutkan kembali ceritanya, perlahan ia menundukkan kepalanya sembari memejamkan mata.
"Ketika aku jatuh sakit, disitulah Mama benar-benar merasa terpuruk. Tapi Mama wanita kuat, dia tidak pernah menyerah dengan keadaan. Mama selalu berusaha dengan berbagai cara bahkan Mama menjual semua benda berharganya untuk biaya pengobatanku."
Farzan menghela nafas panjang setelah selesai menceritakan bagaimana perjuangan mamanya, ia merasa lega berbagi cerita pada sosok yang seharusnya ada di masa-masa tersulitnya.
"Pa," panggilnya sembari mengusap punggung tangan sang papa yang menggenggam erat sebelah tangannya.
Farhan pun dengan cepat mengusap sudut matanya lalu mengangkat kepalanya. Ia tersenyum menatap putranya.
"Pa, selama ini Mama sudah melakukan yang terbaik untukku. Sekarang giliran Papa."
Dengan antusias Farhan menganggukkan kepalanya. "Iya Nak, Papa akan melakukan apapun untuk membuatmu senang, sekarang katakan apa yang kau inginkan dari Papa? Apa kau ingin mainan baru? Atau kau ingin pergi ke sesuatu tempat? Taman bermain misalnya. Jangan sungkan katakan apa yang kau inginkan, Papa akan mengabulkan semuanya setelah kau keluar dari rumah sakit."
"Tidak Pa, aku tidak menginginkan itu semua karena aku sudah mendapatkan semuanya dari Mama." Jawab Farzan, ia menatap dengan sendu sosok ayah yang sejak dulu ingin ditemuinya. Ayah yang seharusnya ada mendampingi mamanya selama ini membesarkan dirinya.
"Lalu apa yang kau inginkan dari Papa?" Tanya Farhan lagi.
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏