"Kenapa kau pergi, Al? Bagaimana nasib anak kita yang sebentar lagi akan lahir? Kenapa semesta sangat tega! Kenapa kau meninggalkan kami, Alan!" Angelina Blaire menangis histeris sembari memeluk kemeja yang biasa dipakai oleh suaminya.
Angelina yang terpukul mengalami gangguan mental di penghujung kehamilannya. Ia selalu menganggap bahwa Alan masih hidup. Bahkan, salah mengira jika Adam adalah suaminya.
Hal itu membuat Damian Jackson, menganjurkan agar putra pertamanya itu menikahi istri dari mendiang putra keduanya.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya, setelah Angelina menyadari bahwa selama ini suaminya bukanlah Alan, melainkan Adam?
Sekuel dari novel Salah Kamar ( Adik iparku, Istri ku )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4. Belah Duren?
"Apa!" Adam yang kaget sontak berdiri dari jongkoknya. Angelina yang berada di sisi tempat tidur, mendongak seketika.
"Kenapa, Al? Ini kan malam pernikahan kita. Kita, belum pernah merasakan malam pertama yang sesungguhnya bukan? Dan inilah saatnya. Bukankah, ini yang kau inginkan? Karena itu kau mengajakku menikah ulang?" Angelina kini telah berdiri di hadapan Adam meski ia harus bangun dengan susah payah.
Perutnya yang besar, ditambah dengan gaun panjang dan lebar. Meskipun, Katie sengaja memesan gaun yang tidak terlalu berat. Dengan kekuasaan dan uang, maka ia bisa mendapatkan gaun pengantin untuk ibu hamil dengan perut membesar dalam waktu dua hari saja.
"Bu–bukan begitu maksudku. Ah, ini bagaimana cara bicaranya." Adam menggaruk kepalanya yang tak gatal karena mendadak bingung. Ia adalah suami kedua. Adam masih belum boleh menyentuh Angelina sebelum wanita itu melahirkan dan haid untuk pertama kali. Tapi, kini wanita cantik yang menjadi pengantinnya ini. Mengajak dirinya melakukan adegan malam pertama.
Apa yang harus aku katakan padanya? Inilah yang aku takutkan. Jika Angelina menuntut hal biologisnya. Padahal, aku harus menunggu hingga dua sampai tiga bulan di mulai dari sekarang. Alasan apa yang harus aku katakan padanya?
Adam semakin menggaruk tak sadar telah meringis. Ia sangat kebingungan sebenarnya. Akan tetapi, Angelina justru menjadi salah paham akan perubahan raut wajah dari suaminya ini.
"Apa karena bentuk tubuhku yang seperti orang busung lapar ini! Sehingga, buat kamu tidak bergairah!" pekik Angelina serak. Kentara sekali, jika dirinya saat ini tengah menahan tangis.
Sepasang mata Adam yang sama warna dengan. Angelina, terbelalak seketika. Apa yang harus ia jawab. Di saat Angelina justru mengira dirinya tidak berselera.
Aduhh ...! Mommy! Sekarang aku harus jawab apa? Kenapa dia bisa beranggapan jika aku tidak berselera. Padahal sejak tadi aku mati-matian menahan diri.
Adam hanya bisa menjerit di dalam hatinya. Perlahan, air mata Angelina tumpah. Semakin panik saja Adam dibuatnya. Pria yang selama ini selalu memiliki strategi dan cara pandang jitu dalam menghadapi permasalahan apapun di kantor. Kini, menjadi mati kutu ketika diajak bercinta dengan wanita yang telah sah menjadi istrinya itu.
"Hei, kamu jangan nangis. Angel, please ...!" Adam kelabakan, tak tau bagaimana cara menangani kondisi yang menurutnya lebih menyeramkan ketimbang perang tender proyek pemerintah sekalipun.
Menghadapi hal semacam ini, membuat kepalanya bagai di goreng di atas pasir panas. Macam kerupuk merah putih yang tanpa minyak itu.
"Gimana aku gak nangis. Kamu kayaknya udah gak suka lagi sama aku. Padahal sebelum aku hamil besar, kamu selalu menyentuhku hampir setiap malam. Tapi, sekarang. Perlakuanmu benar-benar berbeda," protes Angelina di sela Isak tangisnya yang menyayat hati.
"Astaga bagaimana menjelaskannya? Bukan karena itu, kau sangat ... sangat cantik dan seksi. Apalagi, di balut gaun pengantin yang sangat cocok dengan porsi tubuhmu. Rambutmu yang ikal panjang kecoklatan, juga bi–bibirmu yang--" Adam tak meneruskan ucapannya. Pria itu justru memejamkan matanya meredam rasa panas yang tiba-tiba menjalar pusat ingin tubuhnya itu.
' Huh, bagaimana bisa ... Angel mengira jika dirinya tidak menarik? Padahal, berdekatan dengannya saja aku bagaikan tersengat listrik. Apalagi ketika bibirnya yang tebal berbentuk itu menciumku. Rasanya aku akan terbakar pada saat itu juga. Kau itu sangat menggoda Angelina. Menggoda imanku. Susah payah aku meredam keinginan itu. Tapi, sekarang kau justru mempertanyakannya. Lalu, bagaimana aku harus menjawab agar kau tidak salah paham dan sedih. Saat ini, bukan hanya kepalaku yang mau meledak. Tapi, anuku juga. Ah... kenapa nasibku begini?' batin Adam.
Adam, hanya bisa menggerutu atau bersungut-sungut di dalam hati saja. Ingin protes tapi pada siapa. Ingin marah juga apa alasannya. Bukankah ini sudah menjadi pilihannya. Tentu, dengan segala tantangan dan resiko di dalamnya.
"Benarkah aku seksi, Al? Ada apa dengan bibirku? Kenapa kau tidak meneruskan ucapannya? Ayo, puji lagi ... aku menyukainya." Angelina sontak menghentikan tangisnya. Wanita ini menjadi mudah sekali berubah-ubah perasaannya. Padahal, wajahnya itu masih basah oleh air mata yang barusan mengalir deras. Tapi, tiba-tiba tatapan matanya penuh binar.
"Itu ... bi–bibirmu sangat seksi dan manis," jawab Adam terbata. Rasanya, lidahnya sangat kaku untuk di buat bicara. Napasnya seketika sesak. Apalagi, ketika Angelina terlihat membuka bawahan pada gaunnya. Semakin sesak saja napas Adam.
Astaga! Dia mau apa? Ya ampun. Mommy tolong anak perjaka mu ini!
Dada pria berahang tegas dengan bulu yang sengaja ia rawat ini merasakan panas di dadanya. Ya, Adam sengaja melakukan itu agar Angelina tetap berpikiran bahwa dia adalah Alan. Sang adik yang telah kembali keharibaan bumi. Padahal, Adam sangat benci brewok di wajahnya ini. Angelina semakin memajukan tubuhnya, dan sebaliknya Adam perlahan mundur.
"Tolong jangan begini, An. Aku hanya ... tidak ingin menyakitimu. Lihatlah, perutmu sudah sebesar ini," tahan Adam berusaha memberi pengertian pada Angelina. Sang adik ipar, yang terpaksa harus ia nikahi. Karena, wanita itu telah menganggapnya sebagai Alan, suaminya yang telah tiada. Pria yang merupakan adik kandungnya. Alan tetapi, Adam tak mungkin menyentuh Angelina saat ini.
"Kau terus menolakku. Lihatlah! Kau bahkan tak mau untuk sekedar menyentuhku!" pekik Angelina kembali berderai air mata. Adam hanya bisa menggeleng sambil meringis ngilu. Hatinya sungguh tak muat jika melihat wanita menangis. Apalagi, jika wanita itu adalah sosok yang ia cintai.
Adam berusaha memberanikan dirinya. Ia maju dan mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Angelina yang deras itu. Untung saja, riasannya mahal punya. Kalau tidak mungkin wajah Angelina sudah bagaikan permen rainbow.
"Dulu, kau selalu hangat dan bergairah. Aku sangat menginginkannya. Tolong jangan tolak aku ..," ucap Angelina seraya menangkup telapak tangan Adam dan meletakkannya ke depan dada.
Astaga! Apa yang dia lakukan!
Adam setengah mati menahan desiran yang ia rasakan ketika, Angelina meletakkan tangannya di bagian yang terbuka itu. Apalagi, Angelina sudah menanggalkan pelapis gaun pengantinnya itu. Hingga, kini terjadilah kulit yang bersentuhan dengan kulit.
"Aku tau itu ... hanya saja aku ... tidak tega melakukannya saat ini. Ku harap kau mengerti, An." Adam menarik telapak tangannya perlahan Hingga, Angelina mau tak mau melepaskannya. Kemudian, Adam menangkap wajah Angelina dengan kedua tangannya. Adam mendekatkan wajahnya, hingga bibirnya menyentuh kulit kening wanita itu. "Aku ... sangat ... mencintaimu, An," ucap Adam tulus dan sungguhan. Meskipun agak terbata-bata. Pandangan Keduanya saling menatap dalam penuh arti.
Untuk perasaan yang satu ini ia tidak berbohong sama sekali. Sejak, pertama kali melihat Angelina di apartemen kala itu. Adam, tersihir cinta pada pandangan pertama. Bahkan, dirinya sudah bertekad. Seandainya, sang adik menceraikan Angelina. Maka ia akan menikahi wanita itu sebagai istrinya. Ia takkan membiarkan Alan menyia-nyiakan wanita sesempurna Angelina.
"Aku juga mencintaimu ... Alan!"
Darrr!
Baru saja, senyum itu hendak mencipta lengkungan sabit di wajah tampan Adam. Kenyataan kembali menyadarkannya bahwa, dirinya saat ini hanya sedang cosplay menjadi sang adik yang telah mati.
Kau kecewa, Ad? Memangnya apa yang kau harapkan?
Adam, memejamkan matanya. Ketika, Angelina menempelkan tubuh untuk memeluknya kembali. Ia tak sampai hati menolak hal yang satu ini. Hingga, ia membiarkan saja Angelina mendekapnya erat. Adam, memanfaatkan momen itu untuk merasakan kehangatan dari cinta Angelina meskipun semu. Karena, cinta dan rasa itu bukan untuknya.
"Baby D, ingin kau menengoknya," bisik Angelina masih terus berusaha. Bahkan ia, dengan berani menjilat telinga, Adam.
"Hentikan ... ku mohon. Mommy!
...Bersambung ...
akhir yg membahagiakan utk semuanya
terimakasih author
Author kreji up hari ini .
Mohon dukungannya ya, like, komen, gift dan juga votenya.
Beri rating bintang lima juga.
Terimakasih.
Nantikan sekuelnya yang akan menceritakan tentang Laura dan Asisten kaku Aziel.
Sayang kalian banyak-banyak.