Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Di Kerjai
"Harus di cat juga pak?" tanya Riana.
"Ya. Hari ini juga." jawab Ethan.
"Tapi ...."
"Tidak ada pekerjaan atau bertemu klien kan hari ini?" tanya Ethan.
"Iya sih, tapi kalau mengecat akan butuh waktu lama juga pak." kata Riana.
"Kerjakan saja. Panggil OBl lagi." kata Ethan.
"Pak Ethan, sebenarnya anda mau bekerja kantoran atau kerja bangunan?" tanya Riana memberanikan diri.
"Kamu tanya?"
"Ya kan, kalau mengecat itu semua harus di beresi lagi. Di tutupi barang-barang dan berkas agar tidak tertimpa cat yang jatuh. Atau bapak sengaja membuat pekerjaan saya jadi sulit?" tanya Riana lagi.
"Cuih! Kamu itu ya. Ya sudah lain kali saja di catnya." kata Ethan.
Riana diam, dia merasa lega akhirnya Ethan mau mengalah. Bukan pekerjaan mengecat yang harus di urusi, tapi seluruh karyawan di perusahaan ini. Semuanya apakah bekerja dengan baik, atau mereka hanya mau bekerja di saat waktu mau gajian saja.
Karena banyak sekali Riana menemukan karyawan seperti itu di kantor, pada akhirnya dia harus mengawasi secara diam-diam dan memberi tugas tambahan pada mereka jika memang terlihat seperti itu.
Makanya Riana sering di sebut sekretaris yang kaku dan selalu sesuai aturan kantor jika bekerja.
"Ini sudah jam makan siang pak. Setelah makan siang nanti, kita harus bertemu dengan klien." kata Riana mengingatkan jadwal baru Ethan sebagai bos baru.
"Hemm, apa bisa di undur lagi?" tanya Ethan.
Dia duduk di kursi dan memeriksa berkas yang tadi di sodorkan Riana.
"Kenapa harus di undur?" tanya Riana.
"Karena aku harus ke bandara menjemput sahabatku." jawab Ethan.
Riana diam, dia lalu melihat ipadnya mencoba mencocokkan waktu agar bisa di undur jadwal bertemu dengan klien.
"Bisa pak, tapi besok pagi harus bertemu dengan klien itu. Soalnya jadwal lima hari ke depan sudah padat untuk bapak." kata Riana.
"Bacakan jadwalku lima hari ke depan." kata Ethan.
Riana lalu membacakan jadwal Ethan dengan serangkaian kegiatan. Ethan memperhatikan Riana yang sedang membacakan jadwalnya itu. Tangannya di miringkan di kepalanya, kursi di putar-putar ke kanan ke kiri.
"Itu jadwal bapak selama lima hari ini. Dan hari Sabtu malam ada acara pesta di gedung, peresmian hotel milik tuan Takur." kata Riana.
"Apa aku harus datang?" tanya Ethan.
"Ya pak, papa anda menanam saham di hotel tuan Takur. Jadi anda harus datang sebagai perwakilan perusahaan." kata Riana lagi.
"Kamu ikut?" tanya Ethan lagi.
"Jika anda mengajak yang lain, tidak masalah. Saya tidak ikut." kata Riana.
"Emm, yang tahu semuanya itu kamu. Jadi kamu harus ikut denganku di pesta itu." kata Ethan lagi.
Riana diam, dia kembali membereskan lagi berkas yang sudah di periksa Ethan. Setelah semua beres, dia pun berpamitan keluar dari ruangan bosnya.
_
Hari ini Riana berangkat lebih pagi dari biasanya. Meski kemarin sebenarnya dia tidak terlambat, tapi Ethan yang datang lebih pagi. Jadi sekarang dia sudah ada di kantor sebelum bosnya datang.
Benar saja, Ethan belum datang ketika Riana datang. Dia senang karena lebih dulu sampai di kantor, jadi tidak ada yang harus di omeli.
Pukul tujuh tepat Riana sampai, dia merapikan meja kerja bosnya dan semuanya dia bersihkan. Meski pekerjaan OB yang harus di lakukan, tetapi dia lebih senang pekerjaannya sendiri agar tahu di mana letak setiap barang dan benda itu. Lagi pula, dulu pak Wijaya yang meminta Riana merapikan semuanya, tentu menyuruh pegawai lain.
Hingga pukul delapan lebih, Ethan belum juga datang. Riana mengerutkan dahinya, kenapa Ethan belum datang ke kantor?
Akhirnya dia menghubungi bosnya itu yang kemarin dia minta nomor ponselnya. Itu pun dia memaksa meminta nomor ponsel Ethan.
Tuuuut.
Tersambung tapi belum di jawab. Riana masih sabar, dia terus menghubungi Ethan.
Tuuuut.
Masih belum di jawab meski sambungan telepon aktif.
"Kemana pak Ethan ini, kenapa jam delapan belum datang? Padahal kemarin jam tujuh sudah ada di kantor." gumam Riana.
Riana mencoba lagi, dan kali ini di jawab oleh Ethan.
"Hei! Siapa yang mengganggu tidurku?!" teriak Ethan di seberang sana.
Riana kaget, dia pun melihat ponselnya lama. Kemudian dia menjawab pertanyaan Ethan.
"Pak Ethan masuk kantor hari ini, ada rapat dadakan dengan klien. Kemarin saya sudah bilang sama pak Ethan." kata Riana menjelaskan pada bosnya.
"Apa?!"
"Ya, pak Ethan hari ini harus ke kantor!"
"Hei! Kamu siapa?!"
"Haish! Ini bos kenapa jadi lupa begini sih. Baru juga sehari jadi bos di kantor, dengan gaya bosnya menyuruh seenaknya saja. Sekarang malah masih tidur di rumahnya." ucap Riana menggerutu di telepon.
"Riana!"
"Iya pak?!"
"Kamu datang ke apartemenku sekarang!"
"Apa?!"
"Aku tunggu kamu sekarang!"
Klik!
Riana menatap tajam pada ponselnya. Dia benar-benar kesal sekali pada Ethan. Mendengus kasar, lalu dia mengambil tasnya. Dia akan memarahi anak pak Wijaya itu, dia pikir seenaknya saja jadi bos. Harus menuruti perintahnya itu memang benar, tapi jika membatalkan pertemuan lagi dengan klien dia sendiri yang akan susah.
"Baru jadi bos sehari. Sekarang sudah aneh aja kelakuannya. Dari kemarin aku curiga dia akan mengerjaiku." ucap Riana di dalam liftnya.
"Kenapa pak Wijaya punya anak seperti itu, apa aku memang harus menikah saja jadi istri kedua pak Wijaya sesuai prasangkanya padaku. Kalau aku ada main dengan papanya." ucap Riana dengan kesalnya.
Lift sampai di lantai dasar, dia langsung menuju lobi dan segera meminta supir kantor mengantarnya ke rumah paj Wijaya.
"Pak Mun, antarkan saya ke rumah pak Wijaya." kata Riana supir khusus mengantarkan siapa saja yang di tugaskan pergi kemana pun.
"Ke rumah pak Wijaya? Mau apa mbak?" tanya pak Mun.
"Menjemput bos sombong dan pemalas itu." kata Riana.
"Oh, pak Ethan ya?"
"Iya. Siapa lagi."
"Tapi tadi saya lihat paj Ethan masuk lift mbak." kata pak Mun.
"Hei, pak Mun jangaj bercanda."
"Saya tidak bercanda mbak. Malah tuh yang tugas di lobi pada lihatin pak Ethan jalan, mereka ada yang bisik-bisik juga." kata pak Mun lagi.
Riana diam, dia menatap tajam pada pak Mun. Tapi akhirnya dia pun berbalik dan segera masuk lift lagi. Hatinya benar-benar kesal sekali. Kemarin dia di suruh merombak ruang kantornya, sekarang malah di kerjai kalau dirinya harus datang ke rumahnya.
Sampai di gedung di mana ruangan bosnya berada, Riana pun langsung keluar dan segera menuju ruangan Ethan. Dia menarik nafas panjang kemudian menarik handle pintu. Dia masuk ke dalam, tampak Ethan duduk dengan santai dan tenang sambil membaca berkas di tangannya.
"Duduk Riana." kata Ethan tanpa merasa bersalah.
Riana menatap tajam pada Ethan, dia baru kali ini di permainkan oleh bosnya. Memang rencananya dengan pak Wijaya agar Ethan bisa betah di Indonesia dan tidak kembali lagi. Tapi kenapa dia sendiri yang justru di kerjai oleh Ethan.
"Riana, apa kamu dengar?" tanya Ethan menatap Riana.
"Bos gila!"
_
_
*******************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌
tapi apakah Bu naimah tau ya klo suaminya menikah lagi🤔
bisa salah paham ibumu Riana🤦
terima resiko 🤦😁😁