Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25.
Di sebuah paviliun, di pekarangan belakang Villa Sebastian.
Seorang wanita tampak mengamuk, melempar benda apa saja yang ada di dekatnya. Raut wajahnya terlihat begitu sangat emosi.
"Kenapa aku tidak diberitahu, kalau kak James sudah menikah! dia menikah dengan siapa?! kak James hanya milikku! hanya aku yang menikah dengan kak James!!"
Prang!!
Wanita itu semakin histeris berteriak sembari menangis, dan melempar apa saja yang ada di dekatnya.
"Hentikan, Diana!!" teriak seorang pria berusia sekitar enam puluhan, menahan tangan wanita itu, yang hendak meraih benda lainnya.
"Siapa wanita yang sudah begitu lancang merebut kak James dariku, katakan Pa!!" teriak wanita bernama Diana itu sembari menangis.
"Tuan muda menikah dengan Nona Eleanor, sedari kecil Tuan muda sudah menyukai Nona Eleanor, mereka di jodohkan Nyonya Benjamin!" kata pria tua itu menjelaskan siapa wanita yang menikah dengan James.
Seketika tangis Diana berhenti, ia sedari kecil tidak menyukai Eleanor, karena ia tidak pernah bisa dekat dengan James.
Perhatian James selalu tertuju pada Eleanor, dan sepanjang hari James selalu di villa Benjamin.
"Kenapa bisa dengan Eleanor?! bukankah dia sudah memiliki pacar??" Diana menghentakkan kakinya ke lantai.
"Kamu tidak boleh mengatakan seperti itu, Nyonya Benjamin yang menginginkan Nona Eleanor putus dari pacarnya!"
"Aaaaa..... !!" Diana berteriak dengan begitu kesalnya.
Ia sangat menyukai James, dan sudah membayangkan akan menjadi Nyonya Sebastian. Tidak di sangka tiba-tiba ia mendengar, kalau James telah menikah.
Hatinya pun hancur mendengar kabar pernikahan James. Diana kemudian menghempaskan tubuhnya, duduk di lantai dengan tangisnya, yang kembali meledak dengan kencang.
Sementara itu di sebuah restoran hotel, Ricard sedang menikmati makan siangnya. Tiba-tiba menghentikan tangannya, saat akan menyendok makan siangnya.
"Ricard!"
Ricard tidak menyangka Melanie menyusulnya ke ibukota, dan dengan mudahnya dapat menemukan dirinya.
"Kenapa kamu ada di sini?" Ricard memandang tidak senang pada Melanie.
"Tentu saja menyusul suami ku, pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun padaku!" jawab Melanie tersenyum, sembari tangannya menarik kursi yang ada di depan Ricard.
Ricard dengan cepat berdiri, begitu melihat Melanie hendak duduk di depannya. Ia semakin menyadari selama ini dia sudah terlalu memanjakan Melanie.
"Mau kemana kamu!!" Melanie pun tidak jadi duduk melihat Ricard berdiri dari duduknya.
"Aku tidak berselera lagi untuk makan, makan saja sendiri kalau kamu mau makan!" Ricard mendorong kursi kebelakang.
"Ricard! berhenti!!" jerit Melanie.
Beberapa tamu restoran, yang sedang makan siang tidak jauh dari mereka, spontan melihat ke arah mereka.
Wajah Ricard seketika memerah, karena teriakan Melanie membuat semua pelanggan restoran, yang sedang makan siang terkejut mendengar teriakan Melanie.
Ricard dengan cepat melangkah meninggalkan Melanie, dan tidak memperdulikan teriakan Melanie, yang membuat ia merasa semakin malu.
"Ricard berhenti!!" teriak Melanie mengejar Ricard, yang dengan cepat melangkah meninggalkan restoran hotel.
Sialan! selama ini apa sebenarnya yang telah kulakukan! aku tidak menyadari kalau Melanie memang sengaja melakukannya, untuk memisahkan aku dari Eleanor!
Bisikan dan pikiran Ricard berkecamuk, membayangkan bagaimana ia tanpa perduli meninggalkan Eleanor di atas Altar, demi melihat keadaan Melanie yang sebenarnya baik-baik saja.
Melanie hanya terluka ringan saja, tapi ia begitu khawatir sekali melihat Melanie yang menangis.
Selama ia berpacaran dengan Eleanor, Eleanor lah yang selalu khawatir akan keadaannya. Selalu memperhatikan kesehatannya.
Eleanor selalu menjaga baik makanan apa yang harus ia makan, dan menyediakan obat sakit perutnya, yang telah mengalami sakit mag.
Sejak Melanie ada di antara mereka, ia tidak begitu menyukai lagi perhatian Eleanor pada dirinya.
Dan sekarang, ia merindukan hal itu semua dari Eleanor. Ia benar-benar sangat menyesal telah mengabaikan Eleanor.
Langkah kaki Ricard semakin cepat keluar dari lobby hotel, ia akan menemui Eleanor ke villa keluarga Eleanor.
Ia sudah bertekad akan berlutut di hadapan Eleanor, untuk meminta maaf sampai Eleanor memaafkannya.
"Ricard!!" teriak Melanie saat ia masuk ke dalam mobil.
Melanie tampak memukul-mukul badan mobil, dan berteriak sampai wajah Melanie terlihat memerah.
Melihat Melanie yang histeris berteriak memanggilnya, membuat mata Ricard semakin terbuka dengan jelas, kalau ia ternyata telah buta selama ini.
Ia ingat penjelasan Eleanor, kalau Melanie hanya berpura-pura saja, dan sengaja melakukan semua trik itu, untuk menarik perhatiannya.
Dan dengan marah, ia malah memarahi Eleanor dengan mengatakan, kalau Eleanor terlalu berpikiran negatif terhadap Melanie.
Ricard terkekeh menertawakan dirinya, mengingat bagaimana ia memarahi Eleanor. Kini ia menyesali semua yang telah ia lakukan pada Eleanor.
Bersambung.....