Maggie adalah seorang gadis kecil yang tidak pernah dianggap oleh daddynya karena ia terlahir dari rahim wanita yang tidak diinginkan yaitu rahim seorang gadis desa yang bekerja sebagai pembantu.
Gadis berusia 2 tahun ini mencoba mengambil hati daddynya dengan berbagai cara namun sia-sia. Sampai suatu saat ia lelah dan menerima tawaran mommynya untuk pergi ke tempat yang jauh disanalah mereka memulai hidup baru dan mengubah takdir hidup mereka, saat itulah gadis kecil ini perlahan-lahan mulai melupakan sosok daddy yang begitu ia idamkan.
Apakah mereka akan bertemu kembali? ikuti terus novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lala Jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Anak Siapa?
Tuan Devid dan keluarganya tiba di mamsion miliknya. Ia merasa haru karena kali ini bisa kembali bersama putri dan cucunya tapi tidak dengan wanita yang ia cintai.
"Selamat datang ke rumah kita nak. Semoga kamu betah tinggal di sini karena ini semua milikmu" ucap Devid sambil merengkuh putrinya ke dalam dekapan.
"Makasih ayah" ucap Mey yang mulai terisak. Maggie masih pulas di sttoller miliknya yang didorong oleh Novi
Datanglah beberapa asisten rumah tangga dan membawa mereka ke kamar mereka masin-masing untuk istirahat.
Kamar Mey berada di lantai atas dan sudah didesain sejak lama. Di lantai atas ada 5 kamar tidur dan salah satunya milik tuan Devid dan satunya lagi milik Mey dan satunya akan ditempati Novi lalu yang satunya akan didesain untuk cucu tercintanya.
Sejak dulu tuan david lebih nyaman mempekerjakan orang yang berasal dari negara almarhumah isterinya itu sebabnya ia bisa cepat berbahasa Indonesia karena sering berkomunikasi dengan mereka.
Pembawaan Mey dan Novi yang baik mmebuat mereka cepat beradaptasi dan akrab dengan para asisten.
Mansion mewah yang dulunya sepih kini mulai terlihat berwarna karena dihiasi oleh suara cempreng dan kegiata-kegiatan konyol cucunya.
"Opa!! tapan beli pelmainan ade? opa janji itu utang loh yang halus dibayal, ote?" ucap Maggie menagih janji opanya waktu di Indonesia
"Iya sayang, opa sudah pesan sebetar pasti datang" jelas opa gemas karena ternyata daya ingat cucunya tidak bisa diragukan
"Tenapa da langsung tesana aja haluc di pecan cegala, ade tan mau jalan-jalan" protesnya karena ingin pergi dan memilih sendiri di tempat perbelanjaan
"Ade itu masih orang baru di sini kalau hilang gimana?" ucap Mey menengahi dua orang itu
"Tan ada opa yang jagain" gadis kecil ini tetap tidak mau kalah
"Oke sayang. kamu istirahat dulu, esok baru kita jalan-jalan ya?" putus opa
"Ote opa i lop u" ucap Maggie yangg langsung menghadiahkan satu kecupan di pipi kanan opanya.
Maggie yang dalam masa-masa kepo tingkat dewa terus bertanya apa saja yang ia temui di dalam mansion itu, kadang para asisten juga di buat kalang kabut dengan pertanyaan unfaedahnya itu.
"Opa tenapa lumah opa jauh campe cini? tenapa ga di indonecia aja cih?" pertanyaan macam apa coba?
"Kan opa orang sini..." bukan opa yang menjawab tapi Mey
"Ade tanya opa bukan mommy" tegasnya yang membuat Mey langsung diam
(Ya Tuhan apakah anakku tertukar waktu lahir? kenapa bisa jadi begini?) batin Mey menangis
"Tenapa mommy bica jadi anac opa, tan mommy olang indonecia?" tanyanya lagi
"Itu karena omanya Maggie orang Indonesia sayang" jawab opa lembut
"Oh jadi opa tetemu oma di Indonecia?" Maggie yang belum puas terus bertanya
"Iya sayang, seperti itu" ucap opa
Q n A itu terus berlanjut.
Inilah aktivitas Maggie setiap hari yang selalu berubah-ubah sesuai mood
Mereka menjalani hari-hari dengan bahagia termasuk Novi.
Tiga bulan sudah berlalu. Sekarang Novi sudah memiliki tugas antar jemput Maggie di sekolah karena Mey sudah mulai aktif di dunia perkantoran. Ya! tuan Devid sudah mulai mempersiapkan Mey karena kelak perusahaan akan jatuh ke tangannya karena dialah pewaris tunggal.
*****
Di mansion keluarga Adipati pagi-pagi sudah dihebohkan dengan suara jeritan Nina yang sepertinya akan melahirkan padahal setahu Alfa kandungan isterinya baru memasuki bulan ke 7.
Setelah kejadian waktu itu, Papa Alberth dan mama Ratna memilih untuk kembali dan menetap London. Sementara Alfa sudah membawa Nina tinggal di mansion utama tapi mereka tidak menempati kamar yang dulu ditempati oleh Mey dan Maggie.
Nina dilarikan ke rumah sakit karena Alfa takut jika bayinya prematur.
setibanya di rumah sakit, Nina di bawa ke ruang berasalin dan diikuti oleh Alfa.
"Dok tolong isteriku, dia kesakitan padahal usia kandungannya baru memasuki bulan ke 7" ucap Alfa yang panik
"Baik tuan, kami akan memeriksanya terlebih dahulu" ucap seorang perawat
proses pemeriksaanpun berjalan dengan baik.
"Tuan, usia kandungan sudah 9 bulan dan sudah saatnya nyonya melahirkan, kami akan mempersiapkan perlengkapannya" ucap dokter
Deg
(Sembilan bulan? sementara kami baru hidup bersama sekitar 7 bulan yang lalu, apa maksud semua ini?) batin Alfa
Nina sudah ketakutan melihat wajah Alfa yang sulit diartikan apalagi ia keluar tanpa pamit meninggalkan ruang persalinan itu.
Alfa terus melangkah tanpa tujuan, semua ucapan orang tua soal kehamilan Nina kembali berputar di otanya apalagi dengan kenyataan yang sekarang ada di depan mata.
sementara Nina yang saat ini berjuang antara hidup dan mati demi melahirkan bayinya, dari tadi terus bertanya kemana suaminya pergi tapi tidak seorang pun yang tahu.
Beberapa saat kemudian Nina dapat melahirkan dengan normal tapi tidak dengan anaknya yang bisa dikatakan cacat secara fisik.
Melihat keadaan putranya yang tidak sesuai harapannya membuat Nina histeris dan tidak mau melihat anaknya sementara Alfa telah menghilang entah ke mana.
*****
Disinilah Alfa sekarang
Di mansion utama dan lebih tepatnya di kamar yang pernah ditempati mantan isteri dan anaknya.
Alfa sendiri tidak tau apa yang harus ia lakukan. Di satu sisi dia masih sangat mencintai isterinya Nina tapi disisi lain dia kecewa dengan berita yang didengarnya dari dokter tadi kalau kandungan Nina memamg sudah 9 bulan.
(Aku harus bagaimana?)
Alfa memutuskan untuk kembali ke Rumah Sakit. Setibanya di sana ia dikagetkan dengan Nina yang lagi histeris karena tidak mau menyusui anaknya yang seperti itu.
"Pergi pergi... bawa dia pergi dari sini aku nggak mau melihatnya... pergii!" teriak Nina
"Sayang hei kamu kenapa sayang?" ucap Alfa sambil menenangkan Nina
Perawat itu pergi meninggalkan ruangan tersebut setelah meletakkan lembali bayi itu dalam box bayi.
"Aku nggak mau punya anak seperti itu sayang," ucapnya sambil menangis
Alfa yang belum melihat kondisi anak itu pun bingung. Ia mendekat ke arah box bayi yang ada di dalam ruang rawat tersebut dan melihat kondisi anaknya.
Bayi yang sangat tampan itu sedang tertidur lelap, ia mengangkat kepalanya dan memandang istrinya seolah bertanya ada apa dengan bayi ini. Tangan Alfa kembali membuka kain kecil yang menutupi tubuh anak itu dan betapa kagetnya ia melihat kondisi kaki anak itu yang sangat menyedihkan.
Ia kembali menutupnya dan terdiam agak lama lalu angkat bicara.
"Apapun Keadaannya aku tetap menerima dan kita perlu merawatnya karena dia anak kita. tapi... " Alfa sedikit menjedah ucapannya
"Tapi apa sayang?" tanya Nina penasaran
"Aku akan terlebih dahulu melakukan tes DNA, jika dia anakku maka aku akan melanjutkan pengobatanya kemanapun hingga ia sembuh" ucap Alfa tegas
Deg
"Apa maksud kamu sayang? dia anak kita lalu kenapa harus melakukan tes DNA?" ucap Nina panik
"Aku hanya memastikan. Kamu mengatakan usia kandungan kamu baru 7 bulan sesuai waktu kita mulai hidup bersama tapi kata dokter kandungan kamu sudah 9 bulan. Siapa ayah dari anak ini sebenarnya?" tanya Alfa dengan suara meninggi
Nina terdiam dan hanya menangis.
"Jawab!!!" kata Alfa sedikit membentak
"Sayang kamu sudah bilang mau menerimaku apa adanya, terus kenapa sekarang kamu mempermasalahkan itu" ucap Nina yang semakin terisak
"Aku memang mengatakan demikian. Tapi itu karena aku mendapati kamu tidak gadis lagi bukan dengan anak ini!" ucap Alfa dan langsung melangkah keluar sambil membanting pintu ruang itu yang kembali membuat bayi itu terbangun namun anehnya sejak lahir bayi itu tidak pernah menangis walaupun tidak diberi ASI.
"Aku tidak akan membiarkan apa yang sudah ada dalam genggamanku begitu saja. Aku akan pergi tapi sebelumnya aku akan membuat semua hartamu jatuh ke tanganku" gumam Nina sambil menatap pintu itu
*****
-Bersambung-