Maysa Anggara seorang siswi SMA yang tiba tiba di panggil Mommy oleh seorang anak kecil bernama Kavin membuatnya terjebak pernikahan dengan duda beranak satu bernama Ilyas yang tak lain Daddynya Kavin.
Berbagai masalah dan keributan selalu menghiasi hari hari mereka apalagi Maysa tidak tahu cara mengurus seorang anak?
Akankah cinta hadir di antara keduanya dan membuat kehidupan mereka bertiga bahagia? Atau justru perpisahan menjadi jalan satu satunya?
Dukung dan ikuti kisahnya di sini..
Ig: Vanesha andriani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HEBOH DI KELAS
Pagi ini menjadi pagi yang sangat istimewa untuk Maysa. Bagaimana tidak? Biasanya bangun tidur ia mandi lalu berangkat sekolah, tapi pagi ini ia terlibat dalam drama panjang bapak dan anak menyebalkan itu. Ia harus memandikan Kavin lalu membuat sarapan untuk mereka. Benar benar seperti seorang ibu rumah tangga.
" Setelah makan segera pergi dari rumahku! Dan jangan pernah datang ke sini lagi! Aku nggak mau terlibat dengan kalian berdua lebih jauh lagi." Ucap Maysa bersedekap dada sambil menatap Ilyas dan Kavin yang sedang makan nasi goreng buatannya.
" Tidak janji." Ucap Ilyas.
" Apa maksudmu tidak janji Pak? Apa kau dan putramu akan semakin mengacaukan hidupku setelah ini?" Tanya Maysa tidak percaya.
" Mungkin." Sahut Ilyas membuat Maysa kesal. Ia mengepalkan tangan ke udara seolah mau menonjok Ilyas.
" Aku mohon kasihanilah aku Pak! Aku seorang gadis yatim piatu yang tidak punya siapa siapa. Selama ini aku hidup dengan tenang, tolong jangan hilangkan ketenangan yang selama ini aku rasakan." Ucap Maysa memohon.
" Ya Tuhan gue yang tidak mengakui papa sama mamaku, semoga trikku berhasil membuat mereka menjauh dariku."Batin Maysa.
" Kau yatim piatu?" Selidik Ilyas yang di balas anggukkan kepala oleh Maysa.
" Kalau begitu biar kamu nggak sendirian, mending kamu ikut kami pulang. Kamu bisa berperan menjadi mommynya Kavin. Dan aku akan memberikan gaji yang besar kepadamu. Bagaimana?" Tanya Ilyas memberikan tawaran.
" Nggak mau! Yang aku mau kalian segera pergi dari sini maupun dari hidupku." Sahut Maysa.
" Kalau begitu kami tidak mau pergi." Ucap Ilyas.
" Hah terserah kalian saja! Aku mau berangkat sekolah atau aku akan terlambat karena meladeni kalian. Jangan lupa tutup pintu setelah kalian keluar dari rumahku." Ucap Maysa berlalu dari sana.
" Daddy, Mommy mau kemana? Apa Mommy juga sekolah seperti Kavin?" Tanya Kavin menatap Ilyas.
" Ya, setelah kamu pulang sekolah nanti, kita buat kejutan untuk mommy kamu." Ucap Ilyas.
" Setuju Daddy." Sahut Kavin.
Sampai di sekolah, Maysa keluar dari mobilnya. Ia sudah di hadang oleh Nara dan Desi.
" Tumben lo berangkat siang? Apa bocil itu nyusahin lo?" Tanya Nara menatap Maysa.
" Bukan hanya bocil itu guys, tapi bokapnya juga."
" What!!!" Pekik keduanya.
" Sttt! Jangan teriak teriak!" Ucap Maysa.
" Gimana ceritanya May lo bisa ketemu ama bokapnya bocil?" Tanya Desi.
Maysa menceritakan apa yang terjadi semalam sambil berjalan menuju kelasnya. Desi dan Nara hanya mengangguk anggukkan kepala saja.
" Jangan jangan bokapnya bocil itu jodoh lo May." Ujar Desi.
" Idih ngarang, mana mau gue sama pria tua yang udah punya bocil. Mana statusnya nggak jelas lagi. Entah istrinya kemana gue nggak tahu." Sahut Maysa.
" Iya juga ya." Ujar Nara.
" Ya udah lah nggak usah di pikirin! Mending kita fokus belajar aja." Ujar Maysa.
" Oke." Sahut Desi.
Ketiganya duduk di kursinya mengikuti pelajaran yang di berikan oleh bapak guru mereka.
Jam sepuluh pagi saat Maysa sedang serius mengikuti pelajaran matematika tiba tiba...
" Mommy!!!"
Maysa menoleh ke arah pintu, ia terkejut melihat Kavin berlari ke arahnya. Semua mata tertuju kepadanya.
" Oh astaga.... Kenapa nih bocil ada di sini? Ya Tuhan... Drama apa lagi yang akan Kau tunjukkan padaku? Semoga dia tidak membuat kerusuhan yang bisa mempermalukan aku." Gumam Maysa.
Pak Radja yang sedang mengajar menatap keduanya.
" Maysa, siapa dia?" Tanyanya.
" Dia putra saya Pak."
Semua orang menoleh ke arah pintu. Mereka melongo menatap Ilyas yang berdiri di depan pintu.
" Pak Ilyas, silahkan masuk Pak!" Ucap Pak Radja.
" Putra saya ingin bersama mommynya, jadi biarkan dia bersama Maysa Pak." Ucap Ilyas membuat Maysa melongo.
" Maysa mommynya Kavin?" Tanya Pak Radja yang memang sudah mengenal Kavin.
" Calon mommynya Pak." Sahut Ilyas membuat semua orang melongo.
" Cie cie Maysa... Udah mau jadi calon mommy aja nih." Goda salah satu temannya.
Maysa melotot menatap Ilyas, Ilyas tersenyum sambil mengerlingkan matanya membuat siapa saja yang melihatnya klepek klepek.
" Saya titip anak saya dan calon istri saya Pak." Ucap Ilyas.
" Baik Pak." Sahut Pak Radja.
Ilyas menatap Maysa dan Kavin.
" Sayang, kalau mau sama mommy jangan nakal ya! Jangan mengganggu mommy belajar! Daddy akan menjemput kalian nanti. Oke?"
" Oke Daddy." Sahut Kavin.
" Saya permisi Pak." Ucap Ilyas undur diri.
Maysa menatap kepergian Ilyas sambil melongo. Mendadak suasana kelas menjadi riuh karena mereka merasa gemas melihat Kavin. Atau sekedar memuji ketampanan Ilyas.
" May lo beruntung bener bisa jadi mommynya, busyet Daddy nya ganteng banget."
" Lo pakai sihir apa May?"
" Hah ternyata selera Maysa om om, pantas aja kita selalu di tolak."
" Boleh lah May carikan satu yang seperti itu!"
" Kalau nikah nanti undang kami ya May."
" Ini yang namanya beli satu gratis satu, belum menikah tapi udah jadi Mommy."
Telinga Maysa mendadak jadi panas.
" Diam!!!!" Teriak Maysa menggema di ruangan kelasnya membuat teman temannya bungkam.
Maysa menatap temannya satu persatu.
" Kalau kalian tidak mau diam, gue patahkan leher kalian satu persatu. Nggak usah banyak omong kalau nggak tahu kenyataannya." Ucap Maysa penuh penekanan.
Maysa menatap Kavin yang saat ini menatapnya.
" Kita pulang!"
Maysa menggandeng Kavin keluar kelas.
" Mommy kok kita pulang? Mommy kan harus belajar." Ujar Kavin.
Maysa berhenti ia menatap Kavin dengan tatapan entah.
" Bagaimana gue bisa belajar hah? Sedangkan lo selalu ganggu gue. Please stop ganggu gue! Gue bukan siapa siapa lo! Gue pengin hidup tenang setenang sebelum gue bertemu dengan lo bocil." Ucap Maysa kesal hingga ia lupa sedang berbicara dengan siapa.
" I'm sorry Mom." Ucap Kavin sedih sambil menundukkan kepalanya. Melihat itu membuat Maysa merasa bersalah.
" Ya Tuhan... Kenapa dengan diriku? Kenapa setiap melihat wajah sedihnya gue selalu iba dan merasa kasihan padanya?" Ucap Mausa mengacak rambutnya. Ia merasa frustasi dengan apa yang ia alami belakangan ini.
" Ya sudah jangan bersedih! Bagaimana kalau Kakak mengajakmu ke taman bermain?" Tawar Maysa menatap Kavin.
" Beneran Mom?" Tanya Kavin.
" Iya beneran, mau nggak?" Maysa bertanya lagi.
" Yei... Kavin mau Mom." Sorak Kavin senang.
" Kalau gitu kita pulang dulu, Kakak mau ganti baju." Ujar Maysa kembali berjalan menuju mobilnya.
" Oke Mom." Sahut Kavin.
Setelah pulang mengganti bajunya kini Maysa melakukan mobilnya menuju timezone terkenal di kota itu. Sesampainya di sana mereka mulai bermain bersama. Kavin mengajak Maysa bermain bola basket.
" Tangkap Mom!" Kavin melempar bola ke arah Maysa. Dengan sigap Maysa menangkapnya lalu memasukkannya ke ring.
" Yeiii!" Sorak Maysa seperti anak kecil.
Mereka asyik bermain sampai jam makan siang.
" Kavin Kakak capek, kita udahan ya." Ujar Maysa duduk di kursi.
" Iya Mom." Sahut Kavin duduk di samping Maysa.
" Sebelum kita pulang, kita cari makan di resto terdekat." Ujar Maysa.
" Kavin takut di marahi Daddy Mom kalau makan di luar, mending kita ke kantor Daddy aja terus makan bareng sama Daddy di sana." Ujar Kavin.
" Nggak mau! Menghadapi perusuh satu aja Kakak udah kewalahan apalagi di tambah Daddymu, yang ada nanti Kakak makin kelihatan tua sebelum waktunya." Sahut Maysa membuat Kavin cemberut.
" Giaman kalau kamu telepon Daddy kamu, terus minta ijin mau makan di luar gitu. Kalau di ijinin kita makan di resto kalau tidak kita pulang saja." Ujar Maysa.
" Oke Mom." Sahut Kavin.
Kavin segera menelepon Ilyas.
" Halo sayang, ada apa? Apa kau membuat masalah di kelas mommymu?" Tanya Ilyas di sebrang sana.
" No Dad, Kavin hanya mau minta ijin sama Daddy, Kavin mau makan siang sama Mommy di resto, boleh kan Dad?" Tanya Kavin.
" Oke, shareloc restonya ke Daddy tapi jangan sampai mommy kamu tahu." Ujar Ilyas.
" Siap Dad." Sahut Kavin menutup panggilan teleponnya.
" Gimana?" Tanya Maysa menatap Kavin.
" Boleh Mom, ayo!" Ucap Kavin.
Mereka segera menaiki mobil menuju resto terdekat. Maysa menggandeng tangan Kavin masuk ke dalam. Setelah mendapatkan tempat duduk mereka memesan makanan.
" Mom Kavin mau di suapi." Ucap Kavin setelah pesanan mereka datang.
Para pengunjung menatap Maysa mendengar panggilan Kavin.
" Sttt Kavin, jangan panggil Kakak Mom donk! Panggil Kakak aja ya, malu tahu di lihat banyak orang. Masa' Kakak masih muda begini udah punya anak sebesar kamu." Bisik Maysa.
" Big No, Mommy bukan kakakku tapi Mommynya Kavin, titik." Sahut Kavin.
Maysa menghela nafasnya.
" Kalau begitu makan sendiri aja! Kakak juga mau makan, lapar." Ujar Maysa menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.
Ia menatap Kavin yang hanya diam menatap makanannya. Dengan malas akhirnya ia menyuapi Kavin.
" A'" Maysa menyodorkan makanan ke mulut Kavin.
Kavin tersenyum lalu membuka mulutnya menerima makanan dari suapan Maysa. Ia nampak senang dengan semua itu.
" Daddynya mau di suapin juga lhoh." Ucap Ilyas duduk di samping Maysa.
Maysa memutar bola matanya malas.
" Sial kenapa dia ada di sini sih! Sepertinya gue harus belajar ilmu menghilang, bocil sama bokapnya sama sama pintar membuat orang terjebak dengannya." Batin Maysa.
TBC....