NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:564.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Membatalkan

Bab 4.

Aura mengurung diri di kamarnya. Sudah hampir seharian. Dia tidak mencicipi makanan bahkan sesuap nasi pun tak masuk ke dalam lambungnya.

Aura kehilangan rasa lapar, pun hilang selera untuk segala hal. Dia bahkan tidak mau tau perkara apa yang terjadi diluar sana. Termasuk acara resepsi di Hotel–yang harusnya sudah berlangsung saat ini.

Aura percaya, jika semua sudah diurus oleh keluarganya. Entahlah, gadis itu tidak bisa berpikir banyak sekarang.

Begitupun soal Rayyan. Aura tidak tau apa yang terjadi pada pemuda itu setelah tadi dia meninggalkan ruang diskusi keluarga– mengenai skandal yang terjadi diantara dia dengan pemuda itu. Entah apa hasil akhirnya, yang jelas Aura masih menolak keras jika memang Rayyan berniat menikahinya.

Ditengah kegalauannya akan keadaan diri, Aura dikejutkan dengan suara ketukan pintu.

Tok Tok Tok …

Aura malas untuk melihat siapa yang datang, dia justru semakin menyembunyikan diri di dalam bedcover.

Aura mendengar suara pintu yang terbuka. Namun dia masih urung membuka kain yang menyelubungi seluruh tubuhnya.

"Non, maaf, maafin Mas Rayyan ya, Non."

Itu suara Bi Dima. Ya, akhirnya semua orang yang ada di rumah ini tau mengenai masalahnya. Apalagi Rayyan adalah putra dari wanita baya itu. Bi Dima akan mengetahuinya cepat atau lambat. Kalaupun Aura mencoba menyembunyikannya, mungkin Bi Dima akan tau hal ini dari Rayyan.

Ah, sudahlah, mulai sekarang Aura harus tebal muka, sebab semua yang ada disini sudah mengetahui aib dan kekurangannya. Dia tidak seperti dulu lagi. Aura yang sudah tidak suci, Aura yang telah ternoda dan Aura yang telah kehilangan apa yang harusnya dia jaga hanya untuk suaminya. Mengingat hal itu, hati Aura kembali sakit seolah diiris tipis-tipis.

"Non, maaf sekali … Mas Rayyan gak mungkin melakukan hal seperti itu kepada Non Aura, kecuali ada sesuatu, Non. Saya percaya jika Mas Rayyan tidak serendah itu sampai melakukan perbuatan tidak senonoh di kediaman Non Aura sendiri."

Diam-diam, Aura mendengarkan permintaan maaf dari Bi Dima.

"... jadi, saya tau jika Mas Rayyan tidak berbohong mengenai ketidaktahuannya. Sama seperti Non Aura yang tidak sadar, Mas Rayyan pun pasti berada dalam posisi yang serupa."

Ucapan Bi Dima seakan membuat Aura berpikir. Benar, jika Rayyan adalah otak di balik semua ini, tidak mungkin lelaki itu menggarapnya di tempat yang masih dalam lingkup kediamannya. Kecuali jika Rayyan benar-benar tidak sadar juga–sama seperti dirinya.

Tapi, entahlah. Semua bisa saja terjadi, kan? Sebuah teka-teki bagi Aura untuk menyelidiki siapa dalang dibalik ketidaksadarannya semalam. 

Yang Aura ingat, dia masih berada di kamarnya sendiri, bahkan belum sempat menuju ruang berhias. Setelah itu? Aura lupa apalagi yang terjadi. Aura sudah mencoba mengingat tapi sampai detik ini dia belum menemukan jawabannya.

"Udah, Bi. Sekarang aku lagi pengen sendirian. Tolong tinggalin aku ya, Bi." Aura mengusir Bi Dima dengan halus, bagaimanapun wanita itu tak bersalah atas apa yang telah Rayyan lakukan kepadanya–baik secara sadar atau pun tidak.

"Ya udah, Bibi kembali ke dapur saja." Bi Dima pun pamit undur diri, dia paham Aura sedang tak ingin di ganggu. "Oh, iya, Bapak, Mas Cean dan Mas Rion sedang menyelidiki apa yang terjadi melalui cctv rumah, Non," kata Bi Dima sebelum benar-benar beranjak.

Saat Bi Dima hendak keluar dari kamar Aura, rupanya ada seseorang yang datang. Bi Dima merasa was-was saat melihat Jeno sudah berada di depan pintu kamar Aura. Pasalnya, wanita itu takut jika sejak tadi Jeno sempat mendengar pembicaraannya dengan Aura secara tak sengaja.

"Mas Jeno?" Sapa Bi Dima kikuk.

"Bi, Aura udah pulang, kan?" tanya Jeno. "Tadi aku ketemu Tante Yara di bawah, katanya Aura udah di kamar dan sedang gak enak badan. Aku mau bicara sama Aura."

"Ng–iya, Mas. Non Aura memang lagi kurang fit. Lebih baik, kita biarkan Non Aura istirahat dulu ya, Mas."

Jeno heran dengan semua yang menyambut kedatangannya hari ini, kenapa wajah mereka tampak pias? Apa karena merasa sungkan bertemu dengannya–sebab kejadian yang menyebabkan pernikahannya gagal?

Dan hari ini, semua seakan kompak mengatakan jika Aura sedang tidak enak badan, lalu kompak pula mencegahnya untuk menemui Aura. Tapi, bukankah Jeno berhak menuntut jawaban dari Aura?

Jeno ingin bertanya terkait kepergian gadis itu malam tadi. Mama Yara tidak bisa mencegahnya untuk menemui Aura sekarang–apalagi hanya Bi Dima.

"Tadi aku udah izin sama Tante Yara kok. Aku cuma mau ketemu Aura sebentar aja. Permisi, Bi."

Jeno melewati tubuh Bi Dima yang tadinya berdiri menghalangi pintu masuk ke kamar Aura.

Perasaan Bi Dima yang takut jika Jeno sempat mendengar pembicaraannya dengan Aura tadi, kini kembali lega saat melihat tampang pria dengan iras kebule-an itu terlihat biasa saja.

Akhirnya, Bi Dima pun pergi dari sana, dia yakin Jeno tak sempat mendengar apa-apa terkait hal yang tadi dia bicarakan dengan anak majikannya.

****

"Aura …"

Aura terkesiap dalam posisinya yang meringkuk dan masih di dalam balutan bedcover tebal. Dia kenal pemilik suara ini–Jeno–Pria yang harusnya sudah menyandang status sebagai suaminya. Tapi, nyatanya? Ah … rasanya sangat miris.

Kedatangan Jeno membuat Aura membuka tameng dirinya dan menyingkirkan kain yang sejak tadi menutupi keseluruhan tubuhnya. 

Akan tetapi, mendadak Aura sangat malu saat dia melihat wajah Jeno lagi, perasaan tak pantas kian melingkupi dirinya hingga Aura tak kuasa dan kembali mengambil bantal untuk menutupi wajahnya.

Jeno tersenyum getir. Tapi melihat Aura sudah kembali ke rumah, ada rasa lega yang menyeruak di dadanya. Setidaknya, laki-laki itu bersyukur akan hal ini. Dia masih bisa melihat Aura lagi.

"Ra?" Sekali lagi Jeno memanggil gadis itu, tapi Aura tak menyahut, dia diam seribu bahasa dalam posisinya–seakan tengah menunggu kalimat Jeno selanjutnya.

"Apa yang sudah terjadi, Ra? Kemana kamu semalam?" Jeno bertanya lembut, tapi pertanyaannya itu seakan mendesak Aura untuk menjawabnya.

Aura kembali menangis sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Jeno tidak bisa memaksa Aura lagi. Dia tau jika sejak awal, Aura tidak begitu menyukai perjodohan diantara mereka, tapi bukan berarti Aura harus pergi seenaknya di malam pernikahan itu, kan? Benar kata neneknya, harusnya Aura katakan saja penolakan itu sejak jauh-jauh hari–sebelum pernikahan ini hampir terealisasikan.

"Kalau kamu gak mau jawab, aku pergi sekarang. Aku harap kamu baik-baik aja dan kita bakal bicara dengan kepala yang lebih dingin nantinya."

Jeno baru saja hendak keluar dari kamar Aura yang tadi dia singgahi untuk melihat keadaan gadis itu yang kabarnya sedang tidak enak badan, tapi baru satu langkah Jeno menjauh, Aura membuka bekapan bantal di wajahnya.

Dengan wajah yang basah oleh airmata, Aura bergumam lirih.

"Kita sudahi semua ini. Tidak ada perjodohan dan tidak akan ada pengulangan pesta yang sama seperti semalam. Semuanya sudah berakhir, Jen!"

Mata Jeno terbelalak. Dia tak menyangka dengan ujaran Aura. Dia bisa menerima jika Aura belum siap dengan pernikahan mereka yang dadakan, tapi tidak seharusnya gadis ini menolak--dimana acara pernikahan mereka sudah terlewati, bahkan mungkin resepsinya juga sedang berlangsung di Hotel pada saat ini. Bukankah ini terlalu terlambat untuk Aura menolak semuanya?

Mereka memang gagal menikah semalam, sebab Jeno tidak bisa mengucap ikrar kala Aura yang tiba-tiba dikabarkan menghilang sebelum acara itu dimulai, tapi Jeno pikir mereka masih bisa mencoba mengulang pesta itu di kemudian hari kala Aura sudah benar-benar siap.

"Ke--kenapa?" tanya Jeno. Suaranya tergugu, seakan tercekat di tenggorokan dan sangat sulit saat dia mengucapkannya.

Aura menghela nafas berat, berusaha menguatkan diri untuk bisa menatap Jeno lurus-lurus, hingga akhirnya dia merealisasikan itu dengan menyingkirkan bantal dari depan wajahnya sendiri.

"Aku gak bisa. Pergilah sejauh yang kamu bisa, atau aku yang akan pergi dari kehidupan ini!" sentak Aura dengan mata memejam.

Jeno semakin melebarkan kelopak matanya. Tentu saja dia terkejut dengan perkataan Aura. Bahkan ada nada ancaman dari kalimatnya. Hal ini membuat Jeno semakin bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada calon istrinya?

...Bersambung …...

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!