Elang Dirgantara, seorang pria yang suka tawuran, balap liar dan suka berpesta minum minuman keras, harus datang ke perjodohan yang sang kakek rencanakan. Awalnya dia memutuskan datang hanya untuk menolak dan mempermalukan wanita yang akan di jodohkan olehnya itu. Namun apa lah daya, saat ia bertemu dan melihat calon istri untuk pertama kalinya, ada getaran aneh yang ia rasakan dalam hatinya.
Wajah teduh nan ayu milik calon istrinya mampu membuatnya terpukau. Bahkan suara sang calon istri membuatnya tenang dan damai. Tutur kata yang lembut dan halus tak mampu mengalihkan pandangan mata Elang dari wajah ayu calon istrinya itu.
Bagaimana kah perjalanan kisah cinta Elang Dirgantara?
Mari membaca dan mulai lah masuk ke dalam dunia halu kita ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diyah nur arroyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04 Nomer Ponsel
Dion menghela nafas panjangnya ketika mengetahui Elang yang ikut dalam barisan anak anak yang terlambat. Anak anak yang terlambat kebanyakan merupakan anak anak yang ikut dalam geng motor yang di ketuai oleh Elang.
"Ngapain lo menghela nafas seperti itu?" Tanya Elang tidak suka pada helaan nafas Dion.
Dion hanya diam saja tidak menanggapi ucapan Elang. Namun saat berjalan di belakang Elang, Dion berbisik pada Elang. "Jika lo seperti ini terus, gue enggak yakin Lo bisa jadi imam buat adik gue" Dion.
Mendengar ucapan Dion membuat Elang menegangkan rahangnnya. Dia mengepal erat jemarinya karena tidak suka dengan ucapan Dion yang merendahkan harga dirinya. "Lo lihat saja nanti" Ucap Elang.
Langit mendengar ucapan Elang, namun dia tidak ambil pusing dengan Elang dan Dion yang sering berseteru. "Sudah kan Ion?" Tanya Langit pada Dion.
"Sudah" Jawab Dion datar.
"Ya sudah, kalian akan di hukum berdiri di sini sampai jema pelajaran pertama selesai. Jika ada yang berani kabur maka siap siap dengan hukuman yang lebih berat lagi" Ucap Langit tegas.
"Hem" Guman Elang.
Dion dan Langit berjalan ke dalam gedung sekolah. Setelah kepergian mereka, anak buah Elang mulai bergunjing soal Langit.
"Bang Langit kok tidak membela kita sih"
"Entah lah, padahal kita kan anak buahnya juga"
"Bos, kenapa bos tidak di biarkan begitu saja sama kak Langit? Bukan kah bos itu ketuanya?"
"Bukan urusan Lo. Kalian diam atau gue hajar kalian semua" Ancam Elang pada anak buahnya yang saat ini ikut di hukum oleh Langit dan Dion.
🌹🌹🌹
Jam istirahat.
Elang, Langit dan Dika berjalan menyusuri lorong untuk menuju ke kantin sekolah. Saat melewati kelas kelas lain, banyak sekali anak anak gadis yang histeris melihat ketampanan mereka bertiga.
"Lang, sebenarnya lo dari mana sih kemarin?" Tanya Langit yang akhirnya buka suara saat mereka sampai di kantin sekolah.
"Ada acara saja sama kakek, gue harus ikut karena acaranya sangat penting" Jawab Elang
"Kapan kita party Lang?" Tanya Dika yang baru saja kembali ke meja yang di tempati Elang dan Langit setelah mengambil pesanan makanan mereka.
"Entah lah" Jawab Elang.
Di saat bersamaan, Dion datang menghampiri Elang dan kedua sahabatnya itu. "Ikut gue sebentar" Ucap Dion datar lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Elang.
Elang bangkit dari duduknya dan ingin mengikuti Dion. Namun tangannya di cekal oleh Langit karena khawatir jika Dion dan Elang akan baku hantam lagi.
"Gue tidak akan hajar dia, Lo tidak usah khawatir" Ucap Elang.
"Lo yakin?" Tanya Langit.
Elang mengangguk lalu menepuk bahu sahabatnya itu lalu berjalan pergi mengikuti Dion yang berjalan ke arah samping gedung kantin.
"Ada apa?" Tanya Elang ketika dia sudah berhadapan dengan Dion.
"Nih" Ucap Dion memberikan secarik kertas bertuliskan nomer telfon di kertas tersebut. "Itu nomer adik gue, ajak dia beli gaun dan cincin untuk peenikahan kalian."
"Awalnya gue sendiri yang akan ajak dia pergi beli gaun, tapi gue tidak bisa karena ada rapat Osis sepulang sekolah, dan besuk juga ada acara Osis juga" Ucap Dion.
"Gue akan coba percaya sama Lo Elang, tapi jangan buat kepecayaan gue hancur atau gue akan bawa adik gue pergi dari kehidupan Lo jika sampai adik gue Lo buat sakit" Ancam Dion.
"Ok" Jawab Elang singkat.
Dion pergi meninggalkan Elang untuk kembali ke ruang Osis. Dion yang menjadi juara 1 setiap tahunnya di sekolah ini pun tidak perlu sering ke kelas. Dia sudah di percaya oelh guru guru di sekolah itu dan itu membantu Dion untuk lebih fokus ke Osis.
Di tempat yang sama Elang tersenyum senang melihat nomer telfon yang saat ini ia pegang. Dia mengambil ponselnya yang ada di saku dan mulai memencet tombol untuk mencoba menghubungi nomer pemberian Dion tadi.
"Assalamualaikum, ini dengan siapa ya?" Tanya Zahra yang terdengar lembut dan menyejukkan hati Elang.
"Ini gue Elang, calon suami Lo" Ucap Elang.
"Kalau ada yang memberi salam lebih baik di jawab dulu" Ucap Zahra dari sambungan telfonnya. "Assalamualaikum kak Elang" Ucap Zahra lembut.
"Wa.....walaikumsalam." Jawab Elang yang kini jantungnya berdebar kembali.
"Ada apa kak Elang menghubungi Ara?" Tanya Zahra.
"Di mana Lo sekarang? Gue amu ajak Lo keluar nanti sepulang gue sekolah" Tanya Elang.
"Ara di rumah sakit kak. Kalau mau ajak Ara pergi nanti langsung ke rumah sakit saja" Jawab Zahra.
"Ok, gue jemput lo nanti di rumah sakit" Ucap Elang.
"Iya kak" Jawab Zahra.
"Assalamualaikum" Ucap Elang tegang
"Waalaikumsalam kak" Jawab Zahra.
Elang mematikan panggilannya. Saat akan mematikan ponselnya, dia melihat foto profil Zahra yang tampak tersenyum bahagia di pantai. Walaupun hanya separuh wajahnya yang terlihat karena foto itu di ambil dari samping. Namun Elang melihat jelas raut wajah Zahra yang tampak bahagia dan menenangkan.
Elang berjalan kembali ke arah kantin. Dia duduk di samping Dika yanga asik menyantap makanannya. Langit melihat wajah Elang yang sedikit berubah. Elang tampak lebih bahagia setelah bertemu Dion tadi.
"Lo enggak belok kan Lang?" Tanya Langit yang seketika mendapat tatapn tajam dari Elang.
"Maksud Lo apa?" Tanya Elang marah.
"Enggak, gue heran saja. Setelah Lo bicara dengan Dion, Lo terlihat lebih bahagia saja" Ucap Langit.
Dika yang mendengar pun akhirnya ikut memperhatikan Elang. Dia mengangguk setuju dengan ucapan Langit barusan. "Pipi Lo merah Bos" Ucap Dika
Plack
Satu pukulan mendarat di kepala belakang Dika. "Sakit njir" Umpat Dika.
Langit semakin curiga dengan Elang. "Gue bahagia memang ada hubungannya dengan Dion. Tapi bukan Dion sumber bahagia gue." Ucap Elang.
"Terus apa? Sudah lama gue enggak lihat raut wajah Lo yang seperti ini?" Tanya Langit.
"Gue enggak bisa cerita sekarang" Jawab Elang.
Di saat bersamaan, kaki Dika yang menjulur keluar meja membuat seornag gadis yang tengah membawa minumannya terjatuh akibat tersandung kaki Dika.
Prang
Suara gelas pecah akibat hadis itu yang terjatuh. Gadis berkaca mata tebal dengan kuncir kuda tinggi itu seketika menjadi bahan tertawaan anak anak lain. Dika yang merasa bersalah bangun dari duduknya dan membantu gadis itu bangun.
"Njir, muka lo burik" Ucap Dika yang kembali menjatuhkan gadis itu. Dika mengusap tangannya yang menyentuh gadis itu ke celananya.
Mendengar ucapan Dika tadi seketika seisi kantin tertawa lepas. Namun yang tidak terduga, gadi culun itu bangkit lalu menampar keras pipi Dika.
⚜⚜⚜
Uang parkirnya kaka, jangan lupa ya..😁
👍 Like
♥️ Favorit
💬 Komen
⭐⭐⭐⭐⭐ bintang 5 juga
# Selamat membaca ya kak
# Terima kasih banyak
🙏🙏🙏😊😊😊
SAAAAAHHHH,,,gitu 🤭🤭🤭😂😂 Jadi semangat kan SAH nya..😜😜