NovelToon NovelToon
Nikahi Aku, Kak!

Nikahi Aku, Kak!

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak / Perjodohan / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Teen Angst
Popularitas:1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Three Ono

FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono

Sebuah kecelakaan menewaskan seluruh keluarga Arin. Dia hidup sebatang kara dengan harta berlimpah peninggalan orangtuanya. Tapi meski begitu dia hidup dalam kesepian. Beruntungnya ada keluarga sekretaris ayahnya yang selalu ada untuknya.

"Nikahi Aku, Kak!"

"Ambillah semua milikku, lalu nikahi aku! Aku ingin jadi istrimu bukan adikmu."

Bagaimana cara Arin mendapatkan hati Nathan, laki-laki yang tidak menyukai Arin karena menganggap gadis itu merepotkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Arin menunduk sampai seseorang mengetuk pintu jendela kaca mobilnya dan membuatnya terperanjat sesaat melihat Nathan ada di sisinya.

"Turun cepat, apa kau tidak tau kalau di luar sangat panas!" titah Nathan.

Arin masih dalam mode keterkejutan nya, masih belum paham apa yang laki-laki itu inginkan. Tadi minta berhenti sekarang menyuruhnya turun juga. "Hah?! Turun untuk apa kak?" tanya Arin sambil membuka kaca mobilnya.

Belum juga menjawab, Nathan sudah lebih dulu membuka pintu mobil dan menarik pergelangan tangan Arin untuk turun. "Sudah cepat, aku sudah sangat lelah dan ingin segera sampai rumah. Kau pindah ke samping biar aku yang menyetir," kata Nathan. Dia sudah duduk di kursi kemudi sedangkan Arin masih sibuk mencernanya.

"Apa kau masih mau disini?!" sentak Nathan.

"Ehh, tidak Kak." Arin buru-buru memutari mobil lalu masuk dan duduk di kursi depan.

"Dasar lelet dan merepotkan," gumam Nathan mencibir Arin yang menurutnya masih belum berubah.

Mereka sama-sama diam dalam perjalanan, hanya ada suara deru mesin dan padatnya lalu lintas kota. Nathan fokus dengan kemudinya dan Arin dengan pikirannya. Kenapa juga pria itu harus mengambil kemudi, bukankah cara Arin mengemudi juga tidak begitu buruk.

"Kenapa membawa mobil sendiri sejauh ini? Bagaimana kalau ada apa-apa di jalan," ujar Nathan tanpa melirik ataupun menoleh.

"Hah, tidak apa-apa Kak. Aku sudah biasa kok membawa mobil kemana-mana sendiri." Ya tentunya demi menunjukkan kalau ia tidak selalu merepotkan.

"Apa kau sering keluyuran sendiri dengan membawa mobil?"

"Ti--tidak kak, maksudku aku hanya keluar sesekali kalau perlu sesuatu," jawab Arin. Kenapa juga dia harus menjelaskan, apa laki-laki itu akan peduli dia mau kemana. Bukannya dulu selalu menyuruh Arin untuk pergi sendiri saat gadis itu meminta Nathan untuk menemaninya.

Hingga sampai di rumah, keduanya tidak terlibat percakapan lagi. Nathan langsung turun tanpa sepatah katapun dan menyerahkan kunci mobil pada supir untuk memarkirkannya.

Arin menghela nafasnya, sekian lama mengenal pria itu tapi kenapa tidak bisa juga memahami pikiran Nathan.

"Mommm ...." Nathan berteriak memanggil mamahnya.

"Assalamu'alaikum sayang ...," lantang Febby mengingatkan putranya yang sudah mulai lupa tentang adab di negeri sendiri.

"Iya Mom, wa'alaikumsalam." Nathan langsung menyalami mamahnya dan memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Ya ampun anak mommy kenapa jadi kurus sekali, apa kau tidak makan dengan baik di luar negeri?" Febby menyentuh tubuh putranya yang ia rasa kurus.

"Mungkin karena kelelahan Mom. Dimana Daddy?" tanya Nathan.

"Tentu saja di kantor, mana mungkin siang-siang begini Daddy mu ada di rumah."

"Kalau begitu aku mau langsung istirahat ke kamar Mom. Di koper ada oleh-oleh buat mommy dan daddy, mom cari sendiri saja. Dahh mom, panggil aku saat makan malam nanti." Nathan memang sangat kelelahan, terlebih dari tadi dia harus menahan kantuk karena menyetir sampai rumah.

"Dasar anak itu ...," gumam Febby sambil geleng-geleng kepala.

Sedangkan Arin yang melihat Nathan langsung pergi ke lantai atas hanya bisa menatap punggungnya. Walau banyak hal yang ingin ia ceritakan dan juga ingin sekali Arin menghabiskan waktu dengan laki-laki yang ia rindukan itu.

"Ehh Arin. Sini nak. Kita lihat oleh-oleh apa saja yang anak itu belikan untuk kita," ujar Febby mengajak Arin untuk membongkar koper yang Nathan bawa pulang.

Arin turut serta menemani Febby walaupun dia tidak yakin ada oleh-oleh untuknya.

Satu persatu barang diturunkan, ada tas, sepatu dan pakaian. Tapi semua itu sama sekali tidak ada untuk Arin. Semua tas hanya cocok untuk wanita dewasa seperti Febby dan warna kesukaannya juga. Pakaian dan sepatu juga semua nomor milik Febby. Sisanya untuk Mike ada jam tangan dan juga sepatu.

"Sebentar sayang, kita cari di bawah. Pasti dia menyembunyikan oleh-oleh untukmu. Atau ada di koper yang lain." Febby masih berusaha mencari barang yang mungkin cocok untuk Arin. Dia tidak menyangka kalau putranya akan setega itu pada Arin. Akan dia jewer telinganya kalau sampai tidak ada satupun oleh-oleh untuk Arin.

"Tidak apa-apa aunty, Arin juga sedang tidak butuh apapun. Kalau begitu Arin ke kamar dulu."

"Tidak nak, aunty akan mencarinya. Ini mungkin untukmu, lihatlah warnanya sangat cantik dan cocok untukmu." Febby menyerahkan sepasang sepatu berwarna putih dan Arin yang tidak enak pun mencobanya.

"Ini terlalu longgar aunty," ujar Arin.

"Kalau begitu yang ini saja. Tas ini cocok untukmu." Arin pun mencobanya dan dipandang aneh oleh para pelayan karena memang tas itu terlalu dewasa untuknya.

"Awas saja anak itu!" geram Febby pada putranya.

Sementara Arin sudah masuk ke dalam kamarnya. Baginya tidak mendapatkan oleh-oleh bukan hal yang besar dan mesti di permasalahkan. Bisa saja Nathan lupa atau dia tidak tau mau membeli apa untuk Arin.

Malamnya.

Arin membantu Febby menyiapkan makan malam. Kegiatan yang sudah lama Arin lakukan, dia memang suka memasak seperti mendiang ibunya. Meski tidak begitu pandai tapi masakannya tidak buruk juga.

"Nah sudah selesai, kalau begitu kamu panggil Nathan ya. Biar aunty panggil uncle," titah Febby pada Arin.

"Baiklah aunty," jawab Arin dengan bersemangat. Sudah lama ia rindu saat-saat seperti ini, membangun Nathan dan melihat wajah pria itu saat baru bangun tidur.

Sampai di lantai atas, Arin langsung masuk ke dalam kamar Nathan yang tidak dikunci. Dia sudah terbiasa seperti itu dari dulu. Keluar masuk kamar itu sejak ia tinggal di rumah itu.

"Kak ...," panggil Arin dengan menyembulkan kepalanya. Tapi dia tidak melihat Nathan ada di kamar itu, Arin pun masuk lebih dalam dan melihat sekeliling. Tidak ada yang berubah dari kamar itu sejak dulu. Kesukaan pria yang ia panggil kakak masih sama, suka mengoleksi miniatur dari berbagai tokoh superhero dan animasi. Ya sedikit berbeda dengan kebanyakan pria dingin lainnya, setidaknya dunia Nathan sedikit berwarna dengan benda-benda itu.

Arin melihatnya, ada satu wajah baru yang terpasang di lemari kaca itu. Ia tebak pasti Nathan membelinya saat di luar negeri kemarin. Arin tersenyum melihat benda mungil itu dan tangannya baru saja mau menggapainya tapi suara dingin Nathan lagi-lagi mengagetkannya.

"Sedang apa kau disini?!"

Arin pun membalikkan badannya dan menghadap ke arah Nathan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk. Membuat Arin langsung buru-buru membalikkan tubuhnya lagi.

"Kak, kenapa kau tidak memakai pakaian mu," keluh Arin.

"Memang kenapa, ini kamarku. Kau juga sudah biasa melihatku seperti ini, ada apa dengan hari ini?" Dengan santainya Nathan berjalan kesana-kemari tanpa peduli dengan wajah Arin yang memerah.

"Tapi itu dulu Kak, sekarang berbeda. Kak Nathan sudah dewasa begitupun dengan ku. Apa kak Nathan sudah biasa tidak memakai pakaian di depan para wanita seperti ini." Arin berkata penuh penekanan.

"Tidak, hanya di depanmu saja. Karena kau adikku."

"Kak! Aku bukan adikmu?!" suara Arin meninggi. "Tidak pantas kak Nathan seperti ini di depanku ataupun di depan wanita lain. Bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." Arin geram karena pria itu tidak juga mengerti. Akhirnya dia memilih keluar dari sana dari pada kesal sendiri.

"Ada apa dengannya?" Nathan mengedipkan bahunya.

1
Putri Nurul
inikan novel tentang Arin dan Nathan, kenapa malah sampai beberapa episode masih membahas masalah dinda bahkan sampai loncat 2 tahun kemudian tanpa ada cerita tentang Arin dan Nathan. thor, sebaiknya pisahkan novelnya Dinda dan Rezza saja agar pembaca tidak bingung dan fokus pada kisah karakter utamanya saja
Putri Nurul
thor kisah Dinda jangan terlalu bnyk disini, klo bisa novelnya dipisahkan saja. novel yang ini khusus cerita Arin dan Nathan. tidak perlu bnyk² cerita tantang Dinda dan Rezza, sepertinya saja sebagai pelengkap kisah antara Arin dan Nathan
Putri Nurul: *seperlunya saya sebagai karakter pelengkap
total 1 replies
marti 123
Kecewa
marti 123
Buruk
💗vanilla💗🎶
ijin mampir ya thor
Safa Almira
yey
Edah J
terimakasih atas karyanya yang sangat bagus 👍👍 semoga makin sukses terus😉
Edah J
ikut senang melihat kalian bahagia 😉🤗😘
Edah J
semoga kamu bahagia Dinda bukan hanya Arin saja yaa🤗
Edah J
duhh yg lagi kasmaran🥰🥰🥰huhuyyy
Edah J
he..he..he...si posesif on😁✌️
Edah J
yeyyy....Arin dilamar 👏🤗😘🥰
Edah J
cerita yg okk👍👍👍
Edah J
Dinda jd detektif dulu😉
Edah J
Itu ulah si boss Rezza😁😁😁
Edah J
wihhh berbunga"hati neng Abanggg😁😁😁
Edah J
Arin dan Dinda punya kesedihan yg sama ditinggal orang tua walau dgn cara yg berbeda😭
Edah J
hahayyy... Rezza nihh 😁😁😁
Edah J
sedih bangett 😭😭🤧
Edah J
semoga kebahagiaan segera menghampirimu Dinda😉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!