Aisyah seorang gadis lembut nan ramah, dihadapkan pada kenyataan harus menikah di umur yang sangat muda. Ia terpaksa menerima lamaran dari seorang pemuda yang katanya, hanya dialah seorang pemuda yang bisa menerima dirinya apa adanya.
Padahal kenyataannya berbanding terbalik seperti yang dikatakan oleh pemuda itu.
Aisyah terlahir dari seorang wanita yang mengalami gangguan jiwa. Ia dilahirkan oleh seorang ibu yang penyakitnya tiba tiba saja kambuh, jika ada orang yang menyebutnya sebagai wanita pembawa sial.
Aisyah mengalami ketidak Adilan ketika ia masih kecil sampai ia tumbuh remaja. Belum kering luka lama yang digoreskan karena ia terlahir dari seorang wanita gangguan jiwa, kini ia dihadapkan pada kenyataan, jika dirinya harus menyandang status janda diumurnya yang masih sangat muda.
Pernikahan nya harus kandas tepat dua hari pernikahan nya.
Inilah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma nya kambuh lagi
Rani tersentak, ketika Ibunya menarik paksa tangannya untuk masuk kedalam kamar. Langkahnya terseok-seok mengikuti langkah nya yang begitu cepat.
''Ibu!'' pekik Rani.
Ibunya itu berbalik dan menatap nya tajam. Rani terkejut, bagaimana mungkin Ibunya bisa berubah seperti ini. Bukankah selama ini jika Ibunya itu sudah terlihat biasa saja?
Lalu mengapa sekarang kambuh lagi? Apakah ada hal yang tidak diketahui nya?? Tapi apa?? Rani melamun sambil menatap nanar ibunya.
Melihat Rani yang berdiri mematung disana, dengan wajah berlinang air mata, hatinya terenyuh.
Wanita paruh baya itu mendekati Rani dan memeluknya erat. Seolah tak ingin melepas nya.
''Sayang.. dengarkan Ibu, Nak!'' pintanya dengan lirih
Rani mematung. Apa tadi? Apakah ibunya ini memanggilnya dengan sayang?? Apakah wanita ini benar ibunya??
'' I-ibu..??'' lirih Rani.
''Iya sayang, ini Ibu! Ibumu!'' tegasnya, tapi lembut ditelinga Rani.
Rani melepaskan pelukannya, dan menatap wanita paruh baya yang baru saja memanggilnya dengan sayang.
'' Benarkah ini Ibu??'' tanya nya dengan wajah berlinang air mata.
''Iya sayangku.. buah hatiku.. jantungku.. cintaku.. putriku.. putriku dengan almarhum Muhammad Alamsyah! benar! ini adalah Ibumu! Ibu mu yang dikira gila! tapi sudah sembuh semenjak setahun yang lalu! Apakah kau belum percaya padaku, Nak??'' ujarnya lembut, seraya menatap manik hitam Rani yang mengembun.
''Ibu! Ibu! Ibu ku sudah kembali! ibuku sudah sehat! terimakasih ya Allah! Engkau telah mengabulkan doa ku! terimakasih ya Allah! Ibu! Ibu!'' racau nya sambil terisak.
Rani memeluk erat Ibunya, ia tak percaya jika Ibunya yang dianggap gila dan divonis tidak akan sembuh, malah sekarang telah sembuh.
Rani menangis bahagia. Ia terharu melihat Ibunya. Selama ini ia begitu merindukan sosok seorang Ibu. Ibu yang telah melahirkan nya. Namun sayang, ia tidak pernah mendapatkan kasih sayangnya. Karena ia divonis tidak akan pernah sembuh lagi.
Kecil kemungkinannya untuk sembuh, hanya 5% saja. Ibunya itu tak akan sembuh, jika bukan dirinya sendiri yang menginginkan untuk sembuh.
Selama ini Rani tidak pernah putus untuk mendoakan Ibu nya. Sejak ia kecil hingga dewasa, Bude nya lah yang mengurusnya, hingga saat ini.
Sedari kecil melihat ibunya gila, membuat tekadnya ingin sekolah tinggi agar menjadi seorang dokter. Agar ia bisa mengobati Ibunya. Tapi sayang, itu tidak terkabul.
Ketika SMP ia dimasukkan kedalam pesantren oleh Budenya. Menurut Bude nya, itu adalah wasiat ayahnya sebelum meninggal.
Rani harus masuk pesantren sampai ia masuk SMA. Tapi Rani menolak. Waktu itu, Rani ingin mengurusi Ibunya. Karena ia ingin menyembuhkan Ibunya, dengan caranya sendiri.
Dan sekarang terbukti. Bertahun tahun ia mengurusi Ibunya. Tak kenal lelah, tak pantang menyerah dan juga tak membuatnya bosan.
Ia tetap berdoa dalam hati, dan tekadnya bulat. Bahwa ia ingin menyembuhkan Ibunya dengan tangannya sendiri.
Sekarang ia melihat hasilnya, wanita yang dianggap gila itu sekarang telah sembuh. Tapi ada yang aneh. Jika Ibunya itu sudah sembuh, kenapa tidak bersikap seperti orang yang sudah sembuh? Ada apa sebenarnya??
Rani melepas pelukannya. Ia menatap Ibunya, bibirnya berkedut ingin bertanya. Banyak pertanyaan ingin di ajukan olehnya.
Tapi belum sempat ia membuka suara, Ibunya sudah terlebih dahulu berbicara.
''Sayang! dengarkan Ibu, Nak! Kau tidak boleh menerima lamaran pemuda itu! mereka itu pembunuh! mereka itu yang telah membunuh Ayahmu! mereka itu jahat! jangan terima lamaran pemuda itu! Ibu tidak akan menyetujuinya! kau dengar, Nak??'' ujarnya sambil menatap Rani dalam.
Rani hanya diam saja. Bibirnya terasa Kelu untuk berbicara.
''Pemuda itu bukan pemuda yang baik, kamu tidak boleh menikah dengannya! Ibu tau seperti apa keluarga mereka! mereka akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta! mereka pembunuh, Nak! kamu pahamkan? apa yang Ibu katakan??'' tanyanya pada Rani.
Rani mendongak. Ia menatap Ibunya heran. Ada apakah gerangan? kenapa Ibunya ini menolak pemuda itu? Dan kenapa Ibunya itu menyebut jika keluarga itu pembunuh Ayahnya? Ada apa sebenarnya??
Dengan sedikit keberanian Rani mencoba bertanya, ada apa dengan keluarga pemuda itu.
''Tunggu dulu Ibu! memangnya kenapa jika pemuda itu melamar Rani? Ada yang salahkah?? Dan tadi, mengapa Ibu bilang jika mereka itu keluarga pembunuh ayah? Ada apa sebenarnya Bu?? Apakah ada sesuatu yang Ibu rahasiakan selama ini? Hingga Ibu menahan sakit hati sampai kian tahun?? Dan mengapa Ibu baru cerita sekarang? Apakah kegilaan yang Ibu alami hanya sandiwara saja??'' ujarnya, membuat Ibunya menghela nafas panjang.
''Sebenarnya banyak rahasia yang belum Ibu ceritakan kepada siapa pun! termasuk Bude dan Pakde mu! Ibu sengaja menutupinya, agar kau selamat dari bayang-bayang para pembunuh itu! Dan mengapa Ibu rahasiakan Ibu sudah kembali? Itu semua Ibu lakukan untuk mu, Nak! Ada seseorang yang akan membunuhmu! Jika orang itu tau jika Ibu sudah sembuh! oleh karena nya, Ibu dan juga Ayahmu sepakat untuk membuat rahasia ini sebelum Ayahmu meninggal dunia! Dan untuk kegilaan yang Ibu alami, itu bukankah sandiwara, Nak! penyakit itu beneran! Ibu baru setahun belakangan ini sembuh! Itu dikarenakan doamu! Kau selalu berdoa untuk Ibu disetiap tengah malam, agar Ibu sembuh! Dan lihatlah! Ibu sekarang sembuh, Nak!''
''Tapi mengapa Bu?? Kenapa kalian merahasiakan ini dariku dan juga Bude?? Apakah seburuk itu orang diluar sana? Sebenarnya apa yang terjadi pada Ayah dan Ibu? Hingga Ibu dan Ayah mengalami pembunuhan itu??'' desak Rani.
Bukannya tak percaya, hanya saja menurutnya ini aneh. Jika memang Ayahnya dibunuh mengapa tidak dilaporkan saja ke polisi? Kenapa harus merahasiakan pembunuhan itu? Masih jadi tanda tanya.
Lama Ibunya terdiam. Saat ingin mengenang masa lalu, tiba tiba tubuh Ibunya bergetar hebat! ibunya memejamkan matanya rapat.
Kilasan-kilasan memori tentang pembunuhan itu terlihat nyata dimatanya yang tertutup rapat.
Luka yang telah lama ia simpan dan ia kubur, kini terbuka kembali. Ini sangat menyakitkan untuknya.
Keringat dingin keluar dari porinya yang tertutup hijab instan. Tubuhnya bergetar hebat. Rani mematung.
Ada apa lagi dengan ibunya? Saat ingin bertanya, tiba-tiba...
''Aaaakkkhh.. tidaaaaakkk... jangan bunuh suamiku!! pergi kaliaaaaannn!!! pergiiiiii!!! Haaaaa.. kalian pembunuh... tidaaaaakkk... mas Alaaaaaammmm..... tidaaaaakkk....'' teriaknya histeris.
Rani terkejut. Ibunya yang sudah sehat kembali lagi seperti dulu? Mengapa? Kenapa harus kambuh lagi??
''Aaaahhhkkk... pergiiiiii.. mas Alaaaaaammmm... jangan tinggalkan aku maaaasss... haaaaa... tidaaaaakkk....!!!!'' pekiknya lagi, membuat Rani kebingungan.
''Astagfirullah!! Ibu! sadar Bu!! Ini Rani Bu!! Ibu!!! Budeeee... tolooong...'' jerit Rani.
Ia kewalahan menangani Ibunya yang terus histeris. Bude Risma yang mendengar Rani meminta tolong, bergegas masuk kedalam kamar.
Ia menyentak pintu begitu kuat. Hingga...
'' Astagfirullahal 'adhim!!! Sarasvati!!''
Deg!
💕
TBC
Assalamualaikum Thor lanjuuut...