sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.
Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.
Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Chapter 24: Tikus Got Dan Istana Pangeran
"Biar kubuktikan, kamu berada ditempat yang salah."
\#\#\#
"KELUAR, LEONA!"
Kosong.
Tak ada yang menyahut.
Ruangan itu masih sunyi, tapi firasat Kania bilang, ada yang tengah bermain petak umpet dengannya. Dan sungguh, Kania sedang tidak ingin bermain-main dengan siapa pun sekarang.
Wajahnya memerah marah. Ketakutannya akan sosok itu menguap seketika. Hanya ada kemarahan yang membuat Kania sangat ingin menampar wajah rupawan itu.
"AKU TAU KAMU DISINI! KELUAR!!!"
Masih tak ada sahutan.
Gigi-gigi di dalam mulut Kania menggertak. Gadis itu mulai mengedarkan pandangannya lagi, mencari sang Tikus yang sedang mencari masalah dengannya.
Dan hanya dalam hitungan detik, terdengar suara kikikan seorang gadis.
Kania marah besar. Ia menoleh tajam ke arah suara, dan munculah tiga orang gadis dari arah kamar mandi. Rupanya mereka bersembunyi disana.
Satu dari mereka mendekati pintu utama kamar, lalu menguncinya sebelum kembali melangkah mendekati Kania. Dan gadis itu tahu dengan jelas, salah satu dari mereka adalah,
Leona Adeline.
"KAMU!" Kania erdiri, tangannya mengepal erat. "KAMU KAN, YANG BAKAR SEMUA BUKU-BUKUKU!? SEKARANG DIMANA JASKU!?"
Leona kembali terkikik senang. "Jangan nangis dong, Kania. Ini, pake buat ngelap sisa bekas air mata lo." ujarnya sembari memberikan sebuah kain berwarna biru.
Tunggu.
Kania familiar dengan kain itu.
Baru beberapa menit lalu, Kania melihatnya. Benar, itu bahan kain itu pun sama dengan jas milik Levia dan Renatta. Pun dipinggirannya, ada bekas terbakar.
Kania mendekat, meraih kain itu dan menelitinya sungguh-sungguh.
"Ini..."
"Yap, benar. Jas lo kemaren gue pinjem, eh kayaknya kebakar dikit. Sisanya itu sih, kan lumayan masih bisa buat ngehapus air mata lo abis tau buku lo juga ikut kebakar."
Bibir Kania kembali bergetar.
Ia menatap Leona, tidak percaya. Air mata kembali menggenang di ekor mata Kania. "Kenapa, Leona? Kenapa? Kamu kira semua ini nggak penting buat aku?"
Leona terkekeh. "Tentu gue tau, Abygail. Gue nggak goblok kayak lo. Lagian gue udah peringatin lo, bukan? Jauhin Evan. Sesulit itu dimengerti? Kalo nggak goblok, terus apa?"
"Aku..." Kania mengepalkan tangannya erat.
Gadis itu kini ingat, beberapa saat lalu ia sempat bicara dengan Evan. Tapi, apa hanya karena itu Leona bisa langsung 'terbakar' dan memutuskan untuk membarkar seragam serta buku-buku pentingnya? Sialan, ini tidak adil.
"Ada tikus got yang menyusup ke istana," Leona melangkah mendekati Kania, lalu menaikkan dagu lawan bicaranya itu. "Lo tau siapa, Abygail? Itu adalah elo."
Leona tak dapat menahan amarahnya lagi. Sudah cukup ia melampiaskan segalanya dengan elegan. Baginya, kini Kania pantas mendapat pelajaran.
"Cakep? Kaga. Mulus? Kaga. Bahenol? Juga kaga. Sadar diri dong, lo itu siapa. Jangan mentang-mentang lo ikut olimpiade, terus sok jadi princess gitu. Atau lo udah merasa cukup cantik? Ha?"
"Cih," Kania memalingkan wajahnya. Membuat dagu Kania terlepas dari genggaman Leona. "Aku nggak sok. Sebelum ngatain orang lain, mending ngaca dulu, sana!"
Leona terdiam sejenak, lalu suara kekehan kembali terdengar memenuhi ruangan. Tak hanya Leona, bahkan kedua temannya pun tertawa.
"Tahan dia, girls." ujar Leona pada kedua temannya.
"K-kalian ngapain?" ujar Kania begitu kedua teman Leona mulai memegang tangannya. Bahkan Kania sempat meringis kesakitan sebab kuku mereka yang menancap pada pergelangan Kanao.
"Berani banget bentak gue sekarang, ya? Kita liat sampe sejauh apa keberanian lo, Abygail."
Kres
Kania membelalakkan matanya, melihat gunting yang dikeluarkan Leona dari kantongnya itu mulai merobek bajunya di bagian dada.
"L-Leona?"
Leona terkikik melihat kegugupan Kania.
"L-LEONA! STOP!" Kania berusaha memberontak, tapi setiap detik usaha gadis itu hanya berujung dengan gunting yang kian merobek lebih banyak kain baju Kania. "LEPAS!"
Darah mulai mengalir di sekitar pergelangan tangan Kania. Gadis itu meringis kesakitan. Dan semakin ia memberontak, semakin dua teman Leona itu menancapkan kuku tajam mereka pada tangan Kania.
"Cuma sampe sini, kan keberanian lo? Makanya, jangan sok mau cari masalah sama gue."
Kania menggeram kesal. Tapi bukan Kania bila kehabisan akal. Dengan kaki kanannya yang tidak ditahan itu, Kania menendang keras pada bagian perut Leona dan membuat gadis itu jatuh tersungkur.
"LEONA!"
Kedua teman Leona tersentak. Keduanya langsung melepaskan genggaman mereka dan mendekati Leona untuk mengecek keadaan temannya tersebut.
Sedangkan Kania akhirnya bisa bernafas lega. Gadis itu menatap kedua tangannya, luka itu cukup dalam. Dan bukan tidak mungkin untuk membekas cukup lama.
"Kania Abygail...."
Kania menoleh ke arah suara. Tak jauh dari kamar mandi, Leona melempar tatapannya yang begitu tajam pada Kania. Seolah gadis yang ada di hadapan Kania bukanlah seorang Leona Adeline si Boneka.
"Biar gue ingetin, kalo lo main sama orang yang salah."
Leona langsung bangkit, mendekati Kania dengan langkah seribu lalu menjambak rambut Kania dengan begitu kuat dan membuatnya meringis kesakitan.
"Hama parasit kayak lo itu.... GAK PANTAS ADA DISINI!"
Leona melempar dan mendorong tubuh Kania ke arah pintu. Tak berhenti sampai di situ, Leona pun segera mendekat dan membenturkan kepala Kania ke pintu.
"Kasian ya, lo. Baru pertama kali ikut olimpiade udah kayak gini,"
Kania tak menyahut. Gadis itu hanya terdiam. Lebih dari Leona yang kini menatap wajahnya begitu lekat, Kania di buat terdiam oleh cairan berwarna merah yang mulai menetes dari dahinya semakin banyak dan semakin banyak, seolah tak dapat berhenti.
✩₊̣̇. To Be Continue