Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.
selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘
Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Sekolah Berhantu
Saat tersadar, aku sudah berada di ruangan yang begitu luas. Lampu yang ada di plafon begitu menyilaukan mata. Aku terbaring di atas tempat tidur yang nyaman, dengan selimut yang tebal menutupi seluruh tubuhku.
Ada perempuan di sebelah kananku sedang tertidur dengan posisi duduk, tapi kepalanya berada di kasur yang aku tempati. Dia adalah Renata.
Kepalaku langsung terasa berputar hebat saat aku mencoba untuk duduk. Dan aku terjatuh lagi ke kasur. Memejamkan mata, dan menikmati rasa pusing yang luar biasa ini.
Aku mencoba untuk mengingat-ingat kembali kejadian sebelum aku akhirnya di gotong ke sini. Ingatanku samar-samar. Tapi, yang aku ingat, aku berteriak-teriak memanggil nama Siti Nurhaliza. Karena dia terjatuh dari lantai empat ke lantai tiga.
Tapi, yang aneh adalah, aku tidak menemukan tubuhnya!! Tapi, genangan darahnya ada dan....
Tunggu, bukankah bekas darah itu sudah ada sebelum aku naik ke lantai empat kan? Hei! Ada apa dengan diriku?
Perutku terasa mual ketika mengingat-ingat kejadian itu. Dan...
"Ueehhhggg!!" Aku muntah di atas kasur. Renata langsung terbangun dan berteriak histeris.
"Keyz!! Kamu..." Tapi, dia tidak menyelesaikan kata-katanya, dia berlari ke wastafel yang ada di depanku, mengambil baskom, mengisinya dengan air. Lalu kembali kepadaku. Membersihkan muntahan ku barusan.
"Maaf. Tiba-tiba perutku mual. Aku tidak bisa menahannya." Kataku.
"Tidak apa-apa. Ini tidak seberapa ketimbang pipiku membasahi sekujur tubuhmu." jawabnya pelan. Setelah selesai membersihkan muntahan ku. Dia menyeka wajahku dengan penuh perhatian. "Kamu baik-baik saja?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Apa yang sedang terjadi kepadaku?" aku balik bertanya.
"Kamu kesurupan di lantai tiga."
"Eeh??"
"Istirahatlah. Kamu masih terlihat kacau. Wajahmu sangat pucat. Lagipula, sekarang masih malam. Besok kamu bisa bertanya-tanya lagi."
"Baiklah. Kepalaku juga masih berputar-putar."
Nex
"Acaranya di hentikan seketika saat kamu mulai ngamuk." Kata Rena di pagi harinya. Ternyata, aku di tempatkan di UKS. Dan Renata dan Tassa menjagaku semalaman. "Saat kamu mulai menyebut nama Siti Nurhaliza, Riyo bergegas menuju ke ruangan OSIS. Dia memberikan informasi gawat. Karena, tahun yang lalu juga ada kejadian serupa."
"Kalau Tassa, kamu menghilang kemana?" Tanyaku ke Tassa.
"Aku tertidur saat kalian mengobrol. Saat terbangun, tahu-tahu kalian sudah hilang entah kemana. Jadi aku memutuskan untuk keluar sekolah dan berkumpul dengan siswa-siswi yang lain." Jawab Tassa.
"Riyo adalah salah satu OSIS. Dia bertindak sebagai pengawas. Dan, untung saja kamu segera di obati oleh ustadz. Kalau tidak aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya." Kata Rena. "Emangnya, apa yang kamu lihat kemarin malam? Kamu tiba-tiba teriak, tiba-tiba memanggil nama Siti Siti dan Siti. Aku kebingungan saat kamu tiba-tiba melompat ke lantai tiga. Dan kamu mukai histeris di sana."
"Aku melihat kenalan ku yang bernama Siti Nurhaliza. Dia tiba-tiba berlari dengan wajah sangat pucat. Lalu, di ujung tangga lantai empat, dia terpeleset dan jatuh dengan keras ke lantai tiga." Jawabku. "Apakah dia baik-baik saja?"
"Kalau itu, mending kamu tanyakan saja sendiri ke Riyo. Sepertinya dia mengetahui siapa Siti Nurhaliza yang sesungguhnya. Aku pun tidak percaya ketika tahu siapa dia sebenarnya."
"Dimana dia sekarang?"
"Dia mengurus para siswa-siswi baru." Jawab Tassa. "Dia dimarahi habis-habisan oleh wali mu. Siap itu namanya... Su... Su.."
"Sujatmoko." Sahutku.
"Aha!! Itu dia. Dia di amuk sama Pak Sujatmoko."
"Hahaa.. Kasihan."
Bel tanda masuk sekolah telah berbunyi. Tassa dan Rena pamit untuk masuk kelas. Sedangkan aku masih harus tiduran dulu di ruang UKS karena masih pusing. Dan, suasana langsung tenang ketika kedua betina tadi meninggal ruangan ini.
Namun, tak lama berselang...
"Shiit!! Kak!!" Siti nongol dari balik jendela.
"Siti!! Kamu?? Kamu baik-baik saja?" Tanyaku.
"Baik. Kakak sendiri kenapa? Kok bisa berada di UKS? Kakak sakit? Sakit apa?"
Berbeda dengan kemarin. Siti saat ini terlihat begitu bersih, dia sudah membersihkan tubuhnya seperti yang aku katakan. Tapi, dia tetap memakai baju terusan berwarna putih, tapi juga bersih tidak seperti yang kemarin.
"Tidak apa-apa kok." Jawabku sambil mencoba untuk duduk. Tapi, yang ada tubuhku langsung terkapar karena merasakan pusing yang tiada tara.
Di ujung mataku, aku melihat Siti sudah berlari ke arahku.
Hei? Bagaimana caranya dia masuk kesini?
Tapi, pikiran tadi langsung Hilang entah kemana, karena sentuhan lembut tangan Siti di keningku, membuatku merasakan ketenangan. Pusing yang aku rasakan langsung mereda seketika. "Tidak apa-apa, kakak cuma kurang istirahat saja." Katanya dengan lembut. "Tidurlah, aku akan menceritakan kisah yang kemarin tertunda sebagai dongeng sebelum tidur."
Suaranya begitu lembut, begitu menghanyutkan sehingga di setiap katanya, membuatku merasa mengantuk.
Di tambah belaian lembut tangannya, membuatku benar-benar tertidur pulas.