Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang aneh
Karina keluar dari club dengan menggerutu. Sungguh sial baginya malam itu. Sudah pun tuan yang tidak di kenal menidurinya. Tidur lho cuma tidur nggak pake anu anu, tapi tetap saja sebagai wanita ia merasa di rugikan.
"Dasar ulet keket, belatung siluman. Salah apa sih aku sama dia, bisa bisanya dia fitnah kayak gitu," gerutu Karina, sambil terus menunduk mengirimkan pesan pada sahabatnya.
Brugh.
Karina menabrak seseorang. Ponselnya pun terjatuh, sontak ia pun berjongkok untuk memungut benda pipih yang sudah retak pada layarnya. Karina mencoba memencet dan menggeser layar ponselnya.
"Yah ...yah ... mati, nggak hidup, mati." Karina menggenggam erat ponselnya yang sudah rusak sambil menenggelamkan wajahnya di antara keduanya lututnya.
"Hei kalau nabrak orang tuh minta maaf!" sentak Joe kesal.
Karina mendongakkan kepalanya, menatap Joe dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Dengan bibirnya yang sudah melengkung ke bawah, Karina mengangkat tangannya menunjukkan ponselnya yang sudah tak bernyawa.
"Om, ponselku mati," keluh Karina sedih.
Joe menatap Karina dengan rasa jijik dan aneh, sebagai seorang pria tidak sepantasnya dia bersikap seperti itu. Apalagi tampangnya yang dekil dengan tubuhnya yang kerempeng, berbalut baju yang kedodoran seperti itu. Membuat sakit mata Joe.
"Apa? Om, sejak kapan aku nikah sama tantemu. Lagi pula itu salahmu sendiri, jalan pake kaki tapi mata jangan meleng, nabrakkan!"
Karina tambah sedih. Sungguh hari yang sial baginya. Ibarat kata sudah jatuh kecemplung kolam pula. Sudahlah dia difitnah, dipecat, handphone rusak pula. Lengkap sudah mak, kau siksa aku.
"Hua ... Om, maaf Om. aku nggak sengaja nabrak, jangan marahi aku dong Om!" Karina menangis kencang.
"Udah diem, jangan nangis. kamu tuh cowok!"
"Hua...." bukannya diam tangis Karina malah semakin kencang.
"Hais ... orang aneh," gerutu Joe.
Joe pun berjalan melanjutkan langkahnya, meninggalkan Karina yang masih menangis di parkiran mobil yang ada didepan club. Ia harus segera melakukan tugas dari tuannya.
Joe pun langsung menuju ke ruangan Manager. Langkah Joe terhenti di depan pintu, saat ia mendengar suara laknat yang berasal dari dalam ruangan. Merasa tidak punya banyak waktu, Joe memutuskan untuk menganggu mereka.
Brakk
Brakk
"Jimmy cepat buka pintunya!" pekik Joe dari luar, ia sengaja mengebrak pintunya dengan kuat.
Dalam ruangan.
Jimmy tergopoh-gopoh memakai bajunya, begitu pula Eka. Mereka berdua terkejut dengan suara Joe yang meneriaki mereka.
"Cepat pake baju, dan keluar dari ruangan ini Pergi ke kamarku. Kita akan melanjutkannya di sana," titah Jimmy.
Eka mengangguk ia pun segera memunguti bajunya yang berserakan di lantai, lalu memakaikannya dengan asal. Setelah itu Eka pun segera membuka pintu. Eka terkejut saat hampir menabrak Joe yang berdiri di depan pintu. Joe menatap jijik pada Eka, jelas sekali apa yang mereka lakukan di dalam sana.
Wanita murahan, menjijikkan. batin Joe.
Eka pun tersenyum kaku, lalu pergi melewati Joe begitu saja. Joe hanya memasang wajah datar seperti biasanya, ia pun segera masuk. Joe tersenyum sini saat melihat meja kerja Jimmy yang berantakan, pria tua itu berusaha merapikannya dan menghilangkan jejak permainannya.
"Tuan Joe silahkan duduk," ucap Jimmy ramah.
Joe mengangguk lalu dudukkan tubuhnya di kursi.
"Langsung saja, kau pasti tau kenapa aku kemari," ujar Joe tanpa basa-basi. Sebenarnya Joe sangat tidak suka berada di ruangan itu.
Jimmy menelan ludah, ia tahu dengan pasti apa yang dilakukan boleh asisten pribadi Eldric. Pasti ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan insiden tadi malam di kamar 13. Namun, bukankah Jimmy sudah memecat anak sialan itu, seharusnya dia akan aman.
"Iya Tuan, saya mengerti. Saya juga mendapatkan laporan dari karyawan saya bahwa ada seseorang pelayan baru yang masuk ke kamar Tuan El."
"Bagus kalau kau tahu, dimana pelayan itu sekarang?"
"Saya sudah memecatnya Tuan," ucap Jimmy bangga.
"Apa kau memecatnya?!" sentak Joe.
"I-iya Tuan, dia sudah melakukan kesalahan yang fatal dengan menganggu istirahat Tuan El. Jadi saya memecatnya, agar kesalahan yang sama tidak di ulangi lagi oleh karyawan yang lain," kilah Jimmy.
Joe berdecak kesal, alasan Jimmy memang tidak salah. Tapi Joe takut jika Tuan El menyuruhnya untuk membawa anak itu ke hadapannya. Jakarta ini luas, bagaimana dia bisa mencari keberadaan orang itu.
"Bodoh!"
Joe mengebrak meja dengan satu kepalan tangannya. Bagaimana tidak kesal, pekerjaan yang seharusnya mudah kini menjadi sulit karena ulah gentong mesum ini. Joe menatap tajam pada Jimmy dengan kilatan amarah di matanya.
"Cepat berikan data orang itu padaku!" sentak Joe.
"Baik, Tuan," jawab Jimmy dengan terbata, ia sungguh tidak menyangka Joe akan marah seperti ini padanya.
Jimmy seng sedari tadi sudah ketakutan, pun terus mencari data diri karyawan yang selalu ia simpan di laci bawah mejanya. Setelah membuka beberapa map lamaran kerja karyawan. Ia pun menyodorkan sebuah map berwarna biru pada Joe dengan tangannya yang sudah gemetar.
Joe mengambil map itu dengan kasar, ia pun segera membukanya. Mata Joe melebar membaca data yang tertera di dalam map itu, terlebih foto karyawan yang ada di sana seorang laki-laki dekil yang baru saja ia tabrak di parkiran tadi. Dekil, kerempeng dan aneh. Joe memijit keningnya, kepalanya tiba-tiba terasa pusing.
"Apa kau yakin orang ini yang telah masuk ke kamar Tuan?" tanya Joe.
"Saya yakin Tuan."
"Apa kau sudah memeriksa rekaman cctv-nya untuk memastikan ini?"
Joe seakan ingin menolah kebenaran, sebenarnya Joe sangat terkejut dengan kenyataan bahwa orang sedekil itu bisa masuk ke dalam kamar tuannya. Akan lebih baik jika pelakunya seorang wanita atau setidaknya hal yang lebih bersih.
"Sudah Tuan, dan memang dia yang ke sana. Karena itu saya memecatnya."
Joe mengambil nafas dalam,lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Berikan bukti rekaman cctv-nya padaku," titah Joe.
"Baik Tuan, mohon tunggu sebentar." Jimmy segera bangkit dari duduknya. Ia pun melangkah keluar dari ruangan itu untuk mengambil rekaman di ruang monitor.
Sementara Joe masih menatap map di tangannya dengan rasa bimbang yang teramat sangat. Tuan El tidak pernah memberikannya tugas untuk mencari keberadaan orang lain selain partner bisnis yang akan berkerja sama dengan perusahaannya, itu pun bukan mencari orangnya melainkan mencari informasi tentang mereka.
Sedang ini, Joe harus mencari tahu sedetail mungkin tentang seorang yang dekil dan tidak jelas asal usulnya. Sungguh hari yang menyebalkan bagi Joe. Berkali kali Joe menghembuskan nafas kasar, ia tidak menyangka akan mengurusi seorang laki-laki aneh seperti itu.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Jimmy kembali keruang itu dengan membawa flash disk. Dengan wajahnya yang sudah dengan keringat, ia berjalan cepat menuju kursi miliknya. Ia pun segera memasangkan flashdisk pada laptop yang ada di mejanya.
"Ini Tuan." Jimmy mengarahkan layar laptop yang sudah memutar video di mana saat rizky mengetuk pintu kamar 13.
Joe mengamatinya dengan seksama. Joe cukup kaget saat melihat pintu kamar itu terbuka dan tangan laki-laki kerempeng itu di tarik kedalam, ya di tarik bukan pria itu yang sengaja masuk. Joe menghentakkan nafasnya.
"Sudah berikan padaku," titahnya.
Jimmy pun melepaskan flash disk itu dari laptop lalu menyerahkannya pada Joe. Setelah itu Joe pun beranjak dari kursinya lalu bergegas pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.