Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENCOBA MENCELAKAI AMEERA DAN JANINNYA
Semenjak pertemuan pertama dengan Ameera, Stevanie menjadi lebih posesif terhadap suaminya. Saat berada dirumah, wanita itu selalu mengawasi gerak gerik Mark bahkan ia mengecek pesan singkat yang masuk ke dalam smartphone milik suaminya.
Stevanie tidak mau jika kasih sayang dan cintanya Mark diberikan kepada wanita lain, walaupun ia tahu bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi namun tetap saja timbul rasa cemas dalam hatinya apalagi saat ini istri kedua suaminya tengah mengandung seorang anak yang sangat diimpikan oleh suaminya.
Hati manusia siapa yang tahu, bisa saja hari ini Mark berkata ia mencintai Stevanie namun belum tentu esok atau lusa pria itu masih mencintainya. Maka dari itu, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan akhirnya Stevanie menjalankan rencana keduanya untuk mencelakai Ameera.
Pagi hari, Stevanie sudah ada di depan rumah kontrakan yang sengaja Mark sewa untuk istri keduanya. Lokasi rumah tersebut tidak terlalu jauh dari kantor, supermarket, maupun klinik. Mark sengaja mencarikan rumah kontrakan yang lokasinya strategis agar istrinya jika sewaktu-waktu merasakan kandungannya bermasalah bisa langsung pergi ke klinik.
Selain itu, Mark juga tidak ingin Ameera terlalu lelah jika harus bolak balik kantor, rumah orang tuanya. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit berjalan kaki maka akan sampai tujuan.
Ameera baru saja membersihkan diri dan kini ia tengah mengoleskan body lotion ke tangan dan kakinya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Siapa?" Tanya wanita itu.
Ia langsung memakai pakaian santai sebelum membukakan pintu rumah.
Ceklek
Pintu rumah terbuka.
Dari balik pintu muncul seorang wanita cantik, ia adalah Stevanie, istri pertama dari suami Ameera.
"Nyonya Vanie," sapa Ameera.
Sebetulnya Ameera kaget dengan kedatangan wanita itu karena setahunya Stevanie begitu tidak menyukai dirinya sejak pertama kali bertemu dikantor. Wanita itu sudah menunjukan sikap tidak sukanya kepada Ameera.
"Kamu tidak mempersilahkan tamumu masuk?" Tegur Stevanie.
"Eh, maaf nyonya. Mari silahkan masuk."
Ameera membukakan pintu rumah kontrakannya lebar-lebar.
Stevanie memandangi rumah kontrakan tersebut. Rumah itu berukuran tipe 36, terdapat dua kamar, satu kamar mandi, ruang tamu, ruang makan merangkap dengan dapur. Rumah tersebut cukup luas dan tertata rapi. Dibagian ruang tamu terdapat sebuah sofabed berbentuk L dengan style Japandi (Japanese Scandinavian).
Material sofa tersebut terbuat dari kain woven, busa dan kayu, ada sebuah meja bundar kecil ditengah diatasnya diletakan sebuah vase bunga bening dan satu buah rak buku berwarna biru senada dengan warna sofa. Di dinding kita bisa melihat dua buah pigura berwarna putih. Satu pigura foto keluarga Ameera dan satu lagi foto saat ia melangsungkan ijab qabul bersama Mark.
Stevanie tertegun sejenak dengan pemandangan di depannya. Ia tak menyangka bahwa Ameera pandai mendekorasi ruangan. Semua furniture memiliki nilai estetika tersendiri dan terlihat cozy bagi siapa saja yang melihat.
"Tak ku sangka, wanita ini memiliki jiwa seni yang tinggi. Namun mengapa ia memilih jurusan administrasi?" Tanya Stevanie dalam hati.
"Silahkan duduk nyonya. Saya akan buatkan teh dulu."
Ameera berjalan menuju dapur, membuatkan teh hangat untuk tamunya.
"Tumben nyonya Stevanie datang kesini. Kira-kira ada perlu apa?" Gumamnya.
Tak lama kemudian, Ameera sudah selesai menyeduh teh hangat manis. Wanita itu menaruh teh hangat dan satu toples beling berisi kue kering yang biasa ia makan disaat lapar.
Maklum saja, semenjak hamil napsu makannya meningkat dan tidak bisa berlama-lama menahan lapar jadi ia memutuskan menyediakan makanan ringan untuk penghilang rasa lapar.
"Nyonya, silahkan diminum."
Ameera meletakan nampan keatas meja bundar diruang tamu. Wanita itu duduk di kursi lain disebelah Stevanie.
"Ada hal yang ingin anda bicarakan dengan saya?" Tanya Ameera memulai percakapan diantara mereka.
"Tidak ada."
"Usia kandunganmu berapa bulan?" Tanya Stevanie dingin.
Ada rasa sakit di hati Stevanie saat ia bertanya usia kandungan Ameera yang tak lain adalah istri kedua suaminya.
"Jalan lima minggu," ucap Ameera ragu.
Ameera meremas jemarinya. Wanita itu merasa bersalah karena sudah merebut suami Stevanie namun apa boleh buat, ia tak ingin anaknya kelak terlahir sebagai anak haram yang tidak memiliki seorang ayah.
"Sering mengalami mual dan muntah?" Stevanie menyeruput teh hangat.
"Iya nyonya, hampir setiap hari tapi saat siang maupun malam hari tidak."
"Oh!"
"Mulai besok pagi, aku akan datang kesini membuatkan susu ibu hamil untukmu."
"Apa nyonya sudah berdiskusi terlebih dahulu dengan Tuan Mark?" Tanya Ameera tanpa curiga.
"Kenapa harus berdiskusi dengan suamiku?" Stevanie mendelik ke arah Ameera.
"Maksudku, suami kita berdua."
"Karena...."
"Kamu curiga aku akan mencelakai bayimu?" Bentak Stevanie. Ia sudah berdiri dari sofa.
"B-bukan begitu nyonya," jawab Ameera terbata-bata.
"Sudah, pokoknya besok aku akan membuatkan susu untukmu."
Stevanie meninggalkan rumah kontrakan tersebut tanpa menunggu Ameera membuka suara. Mata Ameera terbebelak melihat sikap istri pertama suaminya.
"Ya Tuhan, ada apa dengan wanita itu?" Tanya Ameera. Ia mengusap dada.
"Nyonya Stevanie hari ini aneh," Ameera tidak mempedulikan madunya yang sudah meninggalkan rumah.
Wanita itu membawa gelas kotor ke dapur dan meletakannya diatas westafel agar bisa segera dicuci oleh seorang ART yang bertugas membantu pekerjaan rumah tangga Ameera.
Keesokan harinya, Stevanie sudah berada dirumah kontrakan Ameera, ia sudah siap menjalankan rencana yang sudah disusun olehnya. Wanita itu membuatkan susu khusus untuk Ameera.
"Minum susunya agar kandunganmu sehat." Stevanie menaruh segelas susu hangat ke atas meja.
"Nyonya tidak usah repot-repot, saya bisa membuatnya sendiri," ucap Ameera.
"Sudah, lekas diminum selagi hangat."
Ameera menuruti perintah Stevanie, saat wanita itu hendak meneguknya tanpa sengaja Bi Mirna menyenggol siku tangan dan susu itu-pun tumpah mengenai baju yang dikenakan Ameera.
"Aw!" Pekik Ameera.
"Aduh non, maafin bibi. Bibi tidak sengaja."
"Kamu bodoh sekali!" Bentak Stevanie.
Bi Mirna hanya tertunduk saat Stevanie memarahinya.
"Sudah, tidak apa-apa bi," ucap Ameera lembut.
"Sial, kenapa rencanaku gagal. Gara-gara ART ini!" Ucap Stevanie dalam hati.
Hari berikutnya, Stevanie kembali mencoba mencelakai Ameera namun dengan cara yang berbeda. Ia tidak akan menyerah sampai tujuannya tercapai.
"Setelahku taruh cairan pembersih lantai, ia dan janinnya pasti langsung KO," senyum licik terlukis diwajah Stevanie.
Kemudian, Stevanie menuangkan cairan pembersih lantai dan berpura-pura membaca majalah di sofabed rumah kontrakan Ameera dan menunggu targetnya namun ternyata yang terpleset bukan Ameera melainkan ARTnya.
Gdebug!
Ameera berjalan tergopoh-gopoh ke ruang tamu dan melihat Bi Mirna terkulai di lantai.
"Loh bi, kenapa bisa jatuh," ucap Ameera kaget.
"Tidak tahu non, perasaan tadi sudah kering area sini."
"ARTmu pasti sudah pikun, dia kan tua jadi mudah lupa!" Ucap Stevanie acuh.
"Aneh sekali, Bi Mirna tidak mungkin teledor."
Setelah kejadian itu membuat Ameera curiga karena semuanya terjadi secara kebetulan hingga suatu hari wanita itu tanpa sengaja menguping pembicaraan Stevanie dengan temannya via telfon.
"Aku gagal lagi mencelakai wanita itu," ucap Stevanie.
"Lain kali akan aku pastikan ia dan janinnya lenyap selamanya."
Ameera menggertakkan gigi, tangannya mengepal, tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri Stevanie yang sedang duduk di kursi teras rumah.
"Oh, jadi semua kejadian yang terjadi belakangan ini akibat perbuatan anda. Saya tidak akan membiarkan anda menyakiti bayi ini," ucap Ameera tegas.
"Cih, kamu pikir saya akan membiarkanmu hidup bahagia bersama anak haram itu!" Bentak Ameera.
"Tolong jangan sebut bayi ini anak haram nyonya!" Ameera balik membentak Stevanie.
"Kamu!" Stevanie menunjuk wajah Ameera dengan telunjuknya.
"Lebih baik anda pergi dari sini sebelum saya kehabisan kesabaran," gertak Ameera.
"Baik, saya akan pergi dari sini," ucap Stevanie sambil berlalu meninggalkan rumah kontrakan Ameera.
"Selamat Menikmati"