Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Yudha
Yudha
selama ini aku selalu merasa beruntung. Bagimana tidak. Aku adalah laki laki bebas meskipun sudah menikah, Halwa wanita bodoh yang tidak pernah berani menuntut apa apa dariku, apa lagi dia begitu takut dan nurut pada ibu juga kakakku yang pemalas itu, kasihan juga sebenarnya, tapi bodoh amat, aku tidak mau ambil pusing dengan urusan dirumah, aku hanya butuh senang senang dengan Dewi, wanita yang selalu membuatku merasa berbunga bunga dengan sikap manja dan tubuhnya yang memiliki body aduhai.
Halwa itu cantik, tapi sayang dia tidak pandai merawat diri, tubuhnya selalu bau bawang dan mukanya selalu kucel saat aku pulang kerja, dan itu membuatku malas untuk pulang kerumah, boro boro melepas lelah, lihat wajahnya saja sudah eneg.
sejak dia melahirkan bayi perempuan yang sangat aku benci, aku tidak pernah lagi memberinya nafkah batin apa lagi memberinya uang, syukurnya dia bisa mencari uang sendiri dengan kerja menjadi babu, bahkan semua urusan dan kebutuhan rumah Halwa lah yang menanggunya tanpa protes sedikitpun, enak kan jadi diriku.
mungkin dia takut diusir, secara dia tidak punya keluarga apa lagi rumah, tapi kadang aku merasa heran sama dia, katanya kerja jadi babu tapi kok bisa mencukupi biaya rumah tanpa mengeluh padaku sedikitpun, tapi yasudah aku sih cuek saja, Asal tidak minta uangku saja, karena uangku kusus untuk aku gunakan senang senang dengan Dewi pacarku, dia harus tetap tampil cantik dan wangi biar aku makin betah sama dia, tentu semua itu butuh biaya bukan.
sejak Halwa pindah kerja jadi penjaga toko baru yang ada di depan gang, dia semakin cuek dan mulai menampakkan sikap membantahnya, pagi pagi sudah ribut dengan mbak Yeni dan ibu, mereka memintaku untuk memarahi istriku itu, karena sudah mulai tidak Sudi menyiapkan makanan untuk kami.
jelas aku langsung marah, kesal dengan sikapnya yang mulai berani membantah ibu dan kakakku, dengan mata yang masih ngantuk, aku berusaha untuk memaksa Halwa memasak sebelum berangkat kerja, tapi Hasna anak perempuan yang tidak aku suka itu justru teriak memanggil ibu ibu yang sedang belanja di depan rumah, dan dengan terpaksa aku melunak, karena ibu ibu itu kalau sudah marah bisa mengalahkan keganasan singa, dasar bocah kurang ajar.
saat kami adu mulut, ada Bu RT yang tiba tiba membuka rahasiaku, dia ternyata pernah melihatku membeli tas mahal untuk Dewi, yang aku ingat waktu itu Dewi pas ngambek dan tidak mau memberiku jatah, untuk membujuknya aku harus memberinya barang mahal biar dia senang, karena wanita sangat menyukai keindahan, dan benar, saat aku berikan dia tas mahal, Dewi langsung memberikan servis luar biasanya yang bikin aku selalu ketagihan.
dengan mata melotot Halwa seolah tidak terima, tapi aku sangat pandai mencari pembenaran, aku bilang saja kalau sebenarnya itu tas buat dia, saat Halwa bilang tidak menerima tasnya, aku beralasan lagi kalau tasnya hilang, dan Halwa tidak lagi memperpanjang, memang dia wanita bodoh yang gampang sekali dibohongi.
tapi saat itu juga dia langsung pergi membawa anaknya, dan bilang sudah tidak ingin lagi berada dirumah ini, apa maksudnya bicara seperti itu coba, sok sok an keluar dari rumah ini, kayak punya banyak uang saja, paling juga nanti sore balik lagi.
tapi saat hari sudah malam, Halwa dan anaknya belum juga kembali, dan ibu mulai uring uringan karena tidak ada yang memasak dan membersihkan rumah, kalau aku sih cuek saja, mau Halwa pergi atau ada, tidak ada bedanya untukku, karena rasaku padanya sudah lama hilang, kalau saja ibu tidak membutuhkan dia jadi pembantu dirumah ini, sudah dari dulu aku menceraikan wanita jelek itu.
keesokan paginya, Halwa juga belum juga kembali, dan benar saja satu rumah kelimpungan karena tidak ada yang menyiapkan sarapan, dengan terpaksa ibu menyuruh mbak Yeni membeli makanan dengan uangnya, aku pikir mbak Yeni akan membeli nasi uduk, tapi dia hanya membelikan kami nasi pecel, ibu marah marah dan aku terpaksa memakan nasi pecel karena perutku sudah sangat lapar, mau gimana lagi, terpaksa.
ibu dan mbak Yeni terus saja mengomel dan menyuruhku untuk mencari Halwa dan membujuknya untuk pulang, sebenarnya aku malas, tapi ibu terus memaksaku, dengan langkah berat aku mencari Halwa ke toko tempatnya bekerja selepas pulang kerja, tapi Halwa tidak ada, kata salah satu pegawai toko, Halwa hari ini tidak masuk, kemana wanita itu pergi, menyusahkan saja.
aku pulang tanpa hasil, ibu semakin kesal dan terus memaksaku untuk mencari Halwa, karena semua kebutuhan rumah habis dan sebentar lagi Halwa gajian, benar saja ibu pasti kelimpungan, karena biasanya Halwa yang membeli semua kebutuhan bulanan dirumah, dan ibu mendapatkan uang lima ratus dari gaji Halwa.
besoknya aku datangi lagi toko dimana Halwa bekerja, lagi lagi Halwa tidak ada, sampai empat kali aku terus bolak balik ke toko itu hanya untuk mencari wanita itu demi ibuku, dan juga aku mau minta uang tiga ratus ribu untuk uang bensin, tapi hasilnya selalu nihil, awas saja kalau sampai aku menemukannya, aku akan bikin perhitungan dengannya, biar dia tidak seenaknya berulah, dasar istri tidak tau berterimakasih.