NovelToon NovelToon
Ternyata Aku Yang Kedua

Ternyata Aku Yang Kedua

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / Poligami
Popularitas:6.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.

Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.

Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?

Mampukah ia bertahan?

Atau ia memilih melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch.4 Cobaan apa lagi ini?

Pak Sapto tiba-tiba salah tingkah saat mendengar tuntutan Nanda. Ia sesekali melirik Gathan yang wajahnya tetap saja datar. Lalu ia kembali menatap Nanda yang wajahnya sudah berkilat emosi.

"Maaf dek Nanda, bapak tidak bisa." ucap pak Sapto sambil meremas tangannya sendiri.

"Mengapa tidak bisa?"

"Karena ... karena uangnya sudah tidak ada." ujarnya gugup.

"Apa?" seru Nanda sambil menggeleng tak percaya. "Lalu bagaimana dengan kami, pak? Bapak lihat anak-anak itu, mereka harus tinggal dimana? Kenapa bapak setega itu sama kami?" cecar Nanda dengan air mata yang sudah berlinangan. Begitu pula Bunda Rieke sudah tak mampu membendung air matanya.

"Itu karena ... karena uangnya sudah habis untuk membayar hutang bank." ucap pak Sapto terbata membuat Nanda makin gusar memikirkan nasib anak-anak panti dan bunda Rieke ke depan.

"Tuan, saya mohon, beri kami waktu lagi." ucap Nanda seraya bersimpuh di depan Gathan yang wajahnya tetap saja datar, tanpa ekspresi.

Gathan memandang wajah Nanda sejenak lalu berdiri. Ia menghela nafas panjang dan berujar, "Maaf, saya tidak bisa karena perusahaan telah menandatangani kontrak dengan kontraktor. Jadi rencana itu tidak mungkin diundur. Silahkan kalian berkemas!" ucap Gathan datar lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.

Bunda Rieke meraung, Nanda segera memeluk bunda Rieke untuk menenangkan.

"Bun, jangan nangis lagi, kasihan adik-adik pasti ikutan sedih kalau liat bunda nangis kayak gini." bisik Nanda lirih seraya meengusap punggung tubuh Bunda Rieke. "Bunda tunggu di sini ya! Nanda akan coba memohon lagi sama tuan itu." ucap Nanda seraya melepaskan pelukan bunda Rieke. Bunda Rieke hanya bisa mengangguk. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Dengan langkah lebar Nanda mencoba mengejar Gathan. Saat melihat Gathan telah memasuki mobil, Nanda segera berlari mendekati mobil Gathan, tinggal beberapa langkah lagi Nanda mendekati mobil itu, tiba-tiba mobil itu melaju meninggalkan halaman panti. Nanda pun mencoba berlari sekuat tenaga sambil berteriak.

"Tuan ... berhenti tuan. Saya mohon beri kamu waktu sedikit lagi tuan." teriak Nanda sambil berlari. Tak peduli panas terik membakar kulitnya ia tetap berlari. Bahkan ia sampai lupa menggunakan alas kaki. Kaki kurusnya menapaki jalanan beraspal yang panas hingga memerah.

Sang sopir melirik kaca spion di sisi kanannya, matanya menyipit saat melihat seorang gadis cantik mengejar mobilnya.

"Tuan, sepertinya gadis itu mengejar mobil kita!" ucap Erwin si sopir pribadi Gathan.

Gathan pun menoleh ke belakang, benar saja , ia melihat gadis itu mengejar mobilnya tanpa alas kaki. Gathan hanya bisa menghela nafas panjang melihatnya.

"Percepatan laju mobil ini!" titahnya pada Erwin. Ia tak berniat sama sekali menghentikan mobilnya untuk berbicara dengan gadis bernama Nanda itu.

Erwin yang hanya seorang sopir hanya bisa mengiyakan saja.

'Bukankah itu gadis yang di lampu merah itu? Tapi kenapa dia mengejar mobil ini sambil menangis?' batin Erwin menerka-nerka sebab ia tidak ikut masuk ke dalam panti jadi ia tidak tau Nanda juga merupakan salah satu warga panti.

Melihat mobil yang makin menjauh, membuat Nanda tak kuasa menahan tangisnya yang sempat ia hentikan. Nanda terduduk di jalanan sambil meraung dan membenamkan wajahnya di lutut.

"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?" lirihnya di sela isakan tangisnya.

...***...

Setelah memenangkan bunda Rieke, Nanda kembali melajukan sepedanya menuju Cafe Starla. Matanya tampak bengkak dan merah. Sesekali matanya perih, seakan belum puas menumpahkan tangisnya. Tapi tak mungkin ia kembali menangis sebab ia masih harus bekerja. Bagaimana mungkin ia menghadapi pelanggan dengan muka sembab seperti seorang yang patah hati. Walaupun sebenarnya ia memang sedang patah hati, patah hati karena harus keluar dari panti asuhan yang telah menjadi tempat bernaungnya setelah ia meninggalkan rumah ayahnya belasan tahun yang lalu.

Setibanya di cafe, Nanda segera mencuci muka dan memakai bedak bayi yang biasa ia pakai. Ya, bila para gadis lain memakai bedak-bedak bermerek seperti Maybelline, Make Over, Wardah, You, dan lainnya, tidak bagi Nanda, sebab ia hanya mampu membeli bedak bayi, selain karena harganya murah, isinya juga banyak, dan bisa ia pakai bersama dengan adik-adik sepantinya.

"Mata kamu kenapa? Kamu habis nangis?" tegur Alfi, manager Cafe Starla.

"Ah, ng-nggak kok, pak." kilahnya seraya menundukkan wajah. Ia selalu salah tingkah bila disapa oleh Alfi.

"Nggak usah berkilah. Aku nggak sebodoh itu bisa dibohongi. Kamu ada masalah, hm?" tanya Alfi seraya menarik tubuh Nanda agak menepi ke tempat yang tidak begitu terlihat oleh orang lain.

Nanda terdiam. Ia tidak mungkin mengatakan masalahnya pada Alfi sebab Alfi hanyalah seorang manager di tempatnya bekerja. Ia tidak mungkin meminta bantuan padanya yang bukan siapa-siapa dirinya.

"Kenapa diam?" tanya Alfi lagi.

Nanda menggeleng pelan, "Nanda benaran nggak papa kok, pak." kilah Nanda lagi kekeh tak mau jujur.

"Aku kan sudah pernah bilang, Nda, kalau cuma berdua jangan panggil bapak, seolah aku udah tua banget. Panggilan lain , napa." sewot Alfi membuat Nanda tersenyum simpul.

"Nah, kalau gini kan cantik. Banyakin senyum, biar banyak pelanggan." ujar Alfi dengan tersenyum. Ia tidak lagi meminta penjelasan Nanda tentang alasannya menangis. Ia tak mau memaksa, ia harap, bila ada masalah, Nanda dapat terbuka dengannya.

"Kita itu jualan makanan atau senyum sih masa' Nanda disuruh banyak senyum supaya banyak pelanggan." sewot Nanda dengan bibir mengerucut.

"Kan senyum kamu itu mampu menghipnotis, Nda , jadi pelanggan yang udah pernah kemari bakal balik lagi karena kangen sama senyum kamu, sama kayak aku." ucapnya dengan kalimat akhir hanya terucap di benak Alfi.

"Ish, bo'ong banget . Dah ah kak, Nanda mau kerja. Entar gaji Nanda dipotong gara-gara kebanyakan ngobrol."

"Apa tadi kamu bilang?" tanya Alfi dengan mata berbinar.

"Bilang apa? Yang mana?" tanya Nanda bingung.

"Yang tadi! Kak ..."

"Oh, itu ..." ucap Nanda malu-malu dengan arah pandangan menatap ke sepatu lusuhnya.

"Kak ... Nanda panggil kakak aja ya kan Kak Alfi lebih dewasa dari Nanda." ucapnya membuat Alfi makin tersenyum lebar. Sedangkan Nanda, wajahnya telah bersemu merah membuatnya tak berani menatap Alfi.

"Bagus kok. Kakak malah seneng. Panggilannya bagus banget. Kak Alfi ... hm ... kakak suka." ujar Alfi dengan tersenyum lebar.

Saat mereka sedang asik tersipu malu, tiba-tiba Mardi yang merupakan salah satu pelayan cafe seperti Nanda datang.

"Maaf pak, saya ada perlu sebentar sama Nanda." ujar Mardi pada Alfi.

"Ada perlu apa? Masih tentang urusan cafe atau pribadi?" cecar Alfi.

"Itu, Nanda dipanggil ibu Lavina ke ruangannya." ucap Mardi.

Alfi mengerutkan keningnya, penasaran. Tidak biasanya pemilik cafe itu meminta bertemu dengan bawahannya secara langsung. Apa ini ada hubungannya dengan insiden dengan Freya kemarin, batin Alfi. Tapi bukankah masalah itu sudah selesai sebab Lavina justru membela Nanda. Walaupun ia tidak melihat secara langsung, tapi ia telah melihat rekaman CCTV cafe sebab kemarin ia memang izin tidak masuk bekerja.

"Kamu ada masalah sama Bu Lavina?" tanya Alfi lalu Nanda menggeleng dengan wajah polosnya membuat Alfi justru tersenyum.

"Ya sudah temui Bu Lavina sekarang, jangan sampai beliau menunggu lama." titah Alfi seraya mengusap bahu Nanda membuat Nanda menjengit kaget.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

1
Rita Sari
Luar biasa
Eka Nur Aisah
/Good//Good//Good//Good/
Purnawati Ipung
Luar biasa
aryuu
kereeennnnnnn
aryuu
mantap novel otor /Drool//Drool/
aryuu
bukan pah aku bukan Nanda, aku kesurupan pah
aryuu
semoga bukan kuntilanak /Chuckle/
May Keisya
emg rmh ga ada cctvnya apa...kan kaya raya trs ceo lagi,biasanya pinter n cerdas
May Keisya
tio???jgn2 kakanya si fre
May Keisya
kak Alfi ma aku aja tapi aku udah punya suami ma dua bocil😂😂
May Keisya
pasti ada drama..menikah hny Krn tanggung jawab,mungkin bapaknya Freya lagi drama pura2 lumpuh akibat ditabrak gathan...ini aku masih menerka2 wkwkwk
May Keisya
dijebakkah
May Keisya
ayu Thor bukan alfi
Les Tary
maunya duitnya doang tp ga mau ngurusin lakinya
Las Mawati
dikasih tau dulu lah suami nya
Las Mawati
cerita nya bagus
Andri
bpk e pak doni
Andri
la koyok lampir yo kabeh wedi
Hadijah Nadia
Luar biasa
Hadijah Nadia
👍👍👍👍👍🌹🌹🌹🌹🌹☕☕☕☕☕
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!