Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Aksi Gila Lily
Saat di pesta kemarin malam, Bastian lupa secara persis jumlah kaleng bir yang ia habiskan tetapi yang Bastian tahu adalah ia ketiduran di sofa ruang tamu itu sampai besok paginya.
Bukan karena mabuk, sepertinya karena kecapekan sebab Bastian sudah tidak tidur dua hari belakangan ini.
Besok paginya saat Bastian bangun, Bastian menyadari bahwa dirinya bukan satu-satunya yang tertidur disana.
Banyak juga teman-temannya yang lain mengambil posisi acak, ada yang berbaring di lantai, ada yang setengah badannya berada di sofa dengan kakinya yang menjulur ke lantai dan ada juga yang tidur di lantai sembari memeluk kaki satu sama lain.
Bastian mengacak rambutnya sekali, sebelum mengusap matanya sekali guna memperjelas pandangannya. Bastian kemudian melirik ke arah jam dinding, ternyata waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi.
Masih belum terlambat jika Bastian memutuskan untuk pergi ke kampus sekarang.
Bastian bangkit berdiri, melangkahi lautan tubuh manusia yang berbaring dengan posisi acak mereka itu dan berjalan keluar dari area rumah.
Sebelum benar-benar pergi, Bastian berpapasan dengan Lily di lorong rumah.
“Bas, aku ingin bericara denganmu,” panggil Lily langsung saat melihat Bastian hendak berbalik badan untuk menghindari pertemuan mereka itu.
Mau tak mau Bastian akhirnya mengurungkan niatnya untuk kabur.
“Aku sibuk,” ujar Bastian kepada Lily, menggambarkan penolakannya.
“Sebentar saja, kenapa kau menjadi dingin seperti ini kepadaku?” tanya Lily lagi kemudian segera berlari kecil untuk menghampiri Bastian.
“Aku sedang malas berkelahi dengan Richard asal kau tahu,” peringat Bastian lagi kepada wanita itu. Sudah tahu Richard itu tipe pacar yang cemburuan, tetapi Lily selalu saja tidak bisa menjaga sikap.
“Aku bisa membicarakan hal itu kepadanya nanti, dia tidak mungkin marah kepadaku,” ujar Lily dengan percaya diri membuat Bastian mengeluarkan dengusan kasarnya sekali.
“Dia adalah pacarmu Lily, sadarlah.”
“Tapi aku menyukaimu,” ujar Lily langsung dengan beraninya.
“Aku menghargai pertemananku dengan Richard dan aku tidak menyukaimu,” balas Bastian jujur yang membuat hati Lily serasa dicubit.
Lily maju selangkah untuk mendekati Bastian, “Aku akan memutuskannya agar kau tidak merasa bersalah,” ujar Lily bersungguh-sungguh, hendak meraih tangan Bastian namun pria itu menepisnya.
“Jangan gila, pergilah,” usir Bastian.
Lily menggeleng, “Tidak mau, aku mau dirimu Bastian.”
“Apakah penolakanku malam itu tidak cukup?” todong Bastian langsung dengan nada bicaranya yang berubah seris, matanya menyorot tajam memberi syarat kepada Lily bahwa ia sedang tidak mengajak wanita itu untuk bernegoisasi mengenai hubungan mereka, melainkan Bastian sudah menetapkan batasan yang jelas diantara mereka.
Lily dan Bastian memang tidak pacaran. Malam itu, Lily menghubunginya dan menyuruh Bastian untuk pergi ke sebuah kelab malam untuk meminta tolong mengantarnya pulang karena Lily mengatakan bahwa ia mabuk berat malam itu. Bastian menyetujuinya, ia datang namun malah menemukan Lily dalam kondisi baik-baiks aja.
Lily membohongi Bastian agar pria itu bisa datang dan menemaninya minum-minum. Bahkan Bastian menangkap basah Lily yang hendak memasukkan semacam obat terlarang ke dalam minuman milik Bastian. Untungnya, Bastian memiliki tingkat kepekaan yang tinggi jadi dia mengetahui akal busuk wanita itu.
“Apa kau tidak merasa cemburu sedikitpun kepadaku dan Richard?” tanya Lily lagi yang merasa putus asa setelah ditolak mentah-mentah oleh Bastian sekarang.
“Tidak, jika kau berpacaran hanya untuk membuatku cemburu, maka putuskan saja Richard,” balas Bastian dengan nada seriusnya lagi.
“Kau seperduli itu dengan Richard, padahal dia membencimu.”
“Aku hanya menanggapnya sebagai seorang adik, kita sudah lama bersama di rumah ini.”
Bastian, Richard dan Lotus awalnya mendirikan rumah pesta itu hanya untuk sebatas bersenang-senang dan menghilangkan penat khas anak bandel seperti pada umumnya yang mencari pelampiasan ke rokok, minuman keras dan hal-hal berbau pesta yang membawa kesenangan. Tetapi lama kelamaan rumah pesta itu menjadi sebesar ini. Bahkan orang-orang rela membayar untuk ikut hadir dalam pesta itu yang mereka bertiga gunakan sebagai pemasukan tambahan mereka.
Walaupun sebagian besar penghuni pesta itu berasal dari warga kampus, namun ada beberapa dari mereka yang berasal dari luar lingkungan kampus juga.
Lily kembali menggeleng dengan kuat, seolah menolak keras penolakan dan peringatan yang Bastian berikan kepadanya beberapa saat lalu.
“Tidak, kau pasti cemburu. Jujur saja Bastian, jika kau tidak bisa menyadarinya, maka aku akan membantumu untuk menyadari perasaanmu itu kepadaku,” ujar Lily keras kepala kemudian bersamaan itu Richard datang dari arah belakang untuk menghampiri mereka berdua.
“Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanya Richard dengan nada bicaranya yang meninggi seakan menahan emosi.
“Apa…”
Kalimat Richard kemudian terpotong saat Lily secara tiba-tiba berbalik, menghampiri Richard kemudian melingkarkan lengannya pada leher pria itu sebelum mendaratkan bibirnya dnegan cepat pada bibir pria itu. Awalnya Richard tentu saja shock dengan perlakuan tiba-tiba Lily, namun hasrat emosi yang memenuhinya itu membuat Richard menyambut tindakan itu dengan cepat.
Tangan kanan Richard meraih pinggang Lily kemudian menariknya mendekat membuat kedua tubuh mereka menempel sempurna, diikuti tangan kirinya yang diletakkan pada area belakang kepala Lily, menekannya kuat guna memperdalam ciuman mereka.
Mereka berciuman dengan sangat brutal, terkesan terburu-buru dan saling melahap untuk menyalurkan nafsu masing-masing. Tetapi walaupun dengan posisi yang masih berciuman dengan Richard, Lily malah menyempatkan diri untuk memaku pandangannya pada Bastian di depan sana.
Amara Lily semakin memuncak saat mendapati Bastian yang hanya menatap datar ke arah mereka berdua. Lily memang mencium Richard, tetapi mata anita itu fokus menatap ke arah Bastian. Tetapi tampaknya Bastian tidak terganggu, raut pria itu begitu tenang dan tidak tampak terusik dengan kegiatan panas mereka itu.
“Nikmatilah waktu kalian, jangan lupa pakai pengaman kalau belum siap hamil,” ujar Bastian santai kemudian berjalan pergi dari sana.
Richard yang sudah mulai dipenuhi oleh nafsunya mulai menurunkan tangannya dan meraih bokong Lily sebelum meremasnya sekali. Lily terkesiap, ia langsung menghentikan pergerakan tangan pria itu.
“Ada apa?” tanya Richard di sela napasnya yang terengah-engah, matanya menggelap menandakan pria itu sudah benar-benar butuh pelampiasannya sekarang.
“Aku mendadak tidak enak badan,” ujar Lily kemudian menjauhkan tubuhnya dari Richard.
“Ayo kita ke dokter kalau begitu,” ujar Richard dan Lily menggeleng kemudian.
“Aku hanya ingin tidur saja.”
“Aku akan menemanimu,” balas Richard lagi namun Lily tetap bersikeras menolak.
“Aku sedang ingin sendirian Richard,” balas Lily lagi sebelum berjalan pergi meninggalkan pria itu sendirian di lorong.
Richard hanya menatap kepergian Lily yang semakin menjauh sembari mengepalkan tangannya. Richard bukanlah pria yang bodoh, ia tahu semuanya.
Richard tahu mengenai perasaan Lily kepada Bastian namun ia hanya diam saja karena ia menyukai Lily.
Richard tidak ingin Lily pergi meninggalkannya.
--